Bahasa tidak hanya sebatas alat komunikasi. Lebih dari itu, bahasa merupakan gabungan dari fitur-fitur linguistik terkecil yang mempunyai makna. Setiap fitur-fitur linguistik harus dapat dikenali dengan baik agar dapat digunakan dengan benar dan tepat dalam berbahasa. Kata sedang dan sedangkan merupakan bagian kecil dari fitur linguistik yang patut dikenali perbedaannya agar dapat digunakan dengan benar saat berbahasa.
Secara kasat mata, kata sedang dan sedangkan hanya dibedakan oleh penggunaan akhiran -kan pada salah satunya. Namun, kedua kata ini memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaan tersebut adalah perbedaan kelas kata dan perbedaan arti. Perbedaan kelas kata dan arti kata sedang dan sedangkan dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Kata sedang terbagi menjadi dua jenis kelas kata, yaitu adverbia atau kata keterangan dan adjektiva atau kata sifat. Kata sedang berjenis kata keterangan (adverbia) yang mempunyai dua arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pertama, kata sedang berarti ‘masih atau lagi atau baru saja melakukan sesuatu’. Contohnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat di bawah ini.
(1) Presiden Jokowi sedang berpidato tentang perkembangan Covid-19.
(2) Dosen sedang menerangkan cara-cara presentasi.
(3) Yogyakarta sedang diguyur hujan.
Kedua, kata sedang berarti ‘dalam pada (itu)’, ‘sementara’, dan ‘dalam waktu (itu)’. Contohnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat di bawah ini.
(4) Mahasiswa sedang pergi demonstrasi.
(5) Mesin mobil sedang menyala.
(6) Film terbaru sedang diputar di bioskop.
Selanjutnya, kata sedang yang berjenis adjektiva atau kata sifat mempunyai lima arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu A. menengah (tidak kecil, tidak besar, tidak kurang, tidak lebih); B. patut, pantas ; C. cukup; D. kena ukurannya atau cocok pada tubuh; dan E. sederhana. Kata sedang yang berkelas kata adjektiva dan artinya dapat dilihat pada contoh-contoh kalimat di bawah ini.
A. Contoh sedang yang berarti ‘menengah’
(7) Mala hanya mempunyai gaji yang sedang setiap bulannya sehingga tidak mungkin membeli mobil.
(8) Andi mempunyai nilai yang sedang untuk semua mata pelajaran hingga tidak mungkin untuk juara kelas.
(9) Irma mempunyai suara yang sedang saja dalam bernyanyi sehingga ia tidak bisa menjadi penyanyi.
B. Contoh sedang yang berarti ‘patut atau pantas’
(10) Gaji yang diterima buruh per hari sudah sedang untuk mereka.
(11) Perlakuan baik orang tua itu sudah sedang untuk anak-anaknya.
(12) Hadiah juara lomba cerpen yang diterima Nisa sedang untuk perjuangannya.
C. Contoh sedang yang berarti ‘cukup’
(13) Uang belanja bulanan Ibu Ani hanya sedang untuk dua minggu.
(14) Makanan ini hanya sedang untuk dua orang.
(15) Air panas yang ada di termos hanya sedang untuk menyeduh kopi.
D. Contoh sedang yang berarti ‘kena ukurannya atau cocok’
(16) Sepatu ayah ternyata sedang di kaki kakak.
(17) Tandanya adik sudah gadis, baju ibu sedang di badan adik.
(18) Jam tangan kakek sedang di tangan ayah.
E. Contoh sedang yang berarti ‘sederhana’
(19) Kehidupan buruh tani di kampung saya sedang-sedang saja.
(20) Kami merasa bahagia dengan kehidupan sedang-sedang ini.
(21) Beberapa laki-laki menyukai perempuan yang sedang-sedang saja.
Kemudian, kata sedang jika ditambahkan dengan akhiran -kan akan mengalami perubahan menjadi sedangkan. Proses penambahan akhiran (afiks) -kan pada pada kata sedang ini disebut dengan proses afiksasi. Penambahan akhiran -kan pada kata sedang menyebabkan perubahan kelas kata dan perubahan arti pada kata sedangkan. Kata sedangkan berubah menjadi kata penghubung atau konjungsi. Artinya juga berubah menjadi ‘menyatakan sesuatu yang berlawanan atau bertentangan’. Kata sedangkan juga memiliki keserupaan atau kedekatan arti dengan kata penghubung lain yang mengandung arti bertentangan atau berlawanan, seperti kata meskipun, sekalipun, padahal, dan namun. Penggunaan konjungsi sedangkan dapat dilihat pada contoh-contoh kalimat di bawah ini.
(22) Kakak berwatak keras, sedangkan adik berwatak lembut.
(23) Ibu sangat suka menonton drama, sedangkan ayah suka menonton berita.
(24) Langit terlihat mendung, sedangkan hujan tidak kunjung turun.
Selain itu, kata sedang juga dapat diturunkan menjadi verba atau kata kerja apabila ditambahkan awalan me- dan dijadikan kata ulang, yaitu menyedang dan sedang-menyedang. Kedua kata ini sudah ditemukan dalam entri Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata sedang yang ditambah awalan me- berubah menjadi verba menyedang yang berarti ‘mencoba pakaian, sepatu, sendal, dan sejenisnya sedang (cukup, pas) atau tidak’. Contoh penggunaannya dapat dilihat pada kalimat di bawah ini.
(25) Adik menyedang sepatu di toko.
(26) Lina menyedang jilbab biru yang ada di butik muslimah.
(27) Kakek menyedang topi yang dibelikan ibu.
Kata sedang yang ditambah awalan me- dan dijadikan kata ulang berubah menjadi sedang-menyedang yang berarti ‘mencukupi’ dan ‘memadai’. Contohnya dapat dilihat pada kalimat-kalimat di bawah ini.
(29) Uang jajan adik tidak sedang-menyedang karena dipakai untuk membeli baju-baju mahal.
(30) Anggaran yang disediakan negara untuk pembangunan tidak sedang-menyedang karena sering dikorupsi.(31) Semua makanan yang tersedia sedang-menyedang untuk acara Festival Randai besok malam.
Walapaun kata menyedang dan sedang-menyedang dapat berterima dan sudah masuk ke dalam entri Kamus Besar Bahasa Indonesia, frekuensi penggunaan kedua kata ini masih jarang atau belum terlalu sering digunakan dalam percakapan sehari-hari bahasa Indonesia. Demikian penjelasan yang dapat membedakan antara kata sedang, sedangkan, dan kedua kata turunan lainnya, yaitu menyedang dan sedang-menyedang. Semoga tulisan ini dapat menambah pengetahuan tentang penggunaan kata sebagai fitur-fitur linguistik terkecil, khusus fitur-fitur terkecil dalam bahasa Indonesia.
Discussion about this post