Senin, 25/8/25 | 11:01 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Mengenal Kalimat Negasi dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 17/10/21 | 07:34 WIB
Oleh: Elly Delfia, S.S., M.Hum. (Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

Seorang penulis yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik, juga dituntut untuk memahami penggunaan beberapa konsep dasar pengetahuan dalam bahasa Indonesia. Salah satunya pengetahuan mengenai kalimat. Kalimat ada banyak jenis. Kali ini, klinik bahasa akan membahasa kalimat positif dan negatif. Kata positif dan negatif menunjukkan makna bertentangan (opposition). Banyak hal bertentangan yang dapat dibuat dengan kalimat negasi dalam tulisan, misalnya keadaan, bentuk wajah, karakter, peristiwa, alur, dan latar dalam membuat cerita.

Kalimat positif merupakan kalimat yang menyampaikan informasi apa adanya atau mendukung kebenaran sebuah informasi. Kalimat positif ini juga disebut dengan kalimat afirmatif.  sedangkan kalimat negatif merupakan kalimat yang menggunakan kata-kata yang menunjukkan makna negatif/negasi atau pengingkaran untuk menyatakan sesuatu, seperti menggunakan kata tidak, belum, bukan, dan jangan. Kata-kata negasi yang menunjukkan kalimat negatif atau pengingkaran bersifat universal dan juga terdapat dalam bahasa-bahasa lain di dunia, seperti dalam bahasa Inggris (Syafar, 2016:8), bahasa Korea, dan bahasa-bahasa lainnya. Dalam bahasa Inggris, ada kata negasi no, not, never, nobody, nothing, neither, dan lain-lain. Dalam bahasa Korea, ada kata negasi an (tidak:bentuk dasar), ani (tidak:dengan penanda gramatikal), aniyeyo (tidak: bentuk sopan), aniya (tidak: bentuk banmal atau nonformal), ajik (belum), dan sebagainya.

Bagian kalimat yang diingkarkan atau dinegasikan dalam bahasa Indonesia adalah bagian kalimat yang menduduki fungsi predikat atau keterangan yang diisi oleh kata kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva), dan kata keterangan (adverbia) (Ramlan, 2005; Muslich, 2014:129). Contoh-contoh kalimat positif dan negatif/negasi dapat dilihat di bawah ini.

(1)  Saya makan (kalimat positif)
Saya tidak makan nasi. (kalimat negatif)

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Kalimat negasi di atas bergabung dengan predikat yang merupakan verba atau kata kerja bentuk dasar, yaitu kata makan menjadi tidak makan.

(2) Dosen bahasa Indonesia mengajar(kalimat positif)
Dosen bahasa Indonesia tidak mengajar mahasiswa.

Kalimat negasi di atas bergabung dengan predikat yang merupakan kata kerja (verba) berimbuhan me-, yaitu kata mengajar menjadi tidak mengajar.

(3) Bu Ani gurumusik adik (kalimat positif)
Bu Ani bukan guru musik adik. (kalimat negatif)

Kalimat negasi di atas bergabung dengan predikat yang merupakan kata benda (nomina), yaitu kata guru musik menjadi bukan guru musik.

(4) Bunga itu sangat cantik. (kalimat positif)
Bunga itu sangat tidak cantik.(kalimat negatif)

Kalimat negasi di atas bergabung dengan predikat yang merupakan kata sifat (adjektiva), yaitu kata cantik menjadi tidak cantik.

(5) Ayah pergike rumah Paman.(kalimat positif)
Ayah belum pergi ke rumah Paman.(kalimat negatif)

Kalimat negasi di atas bergabung dengan predikat yang merupakan kata kerja (verba), yaitu kata pergi menjadi belum pergi.
(6) Adi mengetik surat di kantor.(kalimat positif)
Adi mengetik surat tidak di kantor. (kalimat negatif)

Kalimat negasi di atas bergabung dengan keterangan (adverbia) yang merupakan kata keterangan tempat, yaitu frasa di kantor menjadi tidak di kantor.

Contoh kalimat (1) sampai (6) di atas merupakan pasangan kalimat positif/afirmatif dengan kalimat negasi yang menggunakan kata ingkar tidak, bukan, dan belum yang berbentuk deklaratif atau kalimat berita yang sifat pemberitahuan atau memberi informasi. Selanjutnya, ada kata negasi yang digunakan untuk kalimat imperatif atau kalimat perintah dan larangan. Moeliono (1988) menyebutnya kalimat ingkar perintah, contohnya kata negasi jangan, tidak boleh, dan dilarang. Contoh-contoh penggunaan kalimat negasi ingkar perintah dapat dilihat di bawah ini.

1) “Kamu jangan datang ke acara wisuda mantan!” ujar Dewi.
2) Tidak bolehbicara keras-keras di ruang rapat !
3) Yang tidak membawa KTP dilarangmasuk ke ruangan ini !

Ketiga contoh di atas merupakan kalimat negasi yang berbentuk imperatif yang berisi perintah dan larangan. Contoh kalimat (1) merupakan ingkar perintah dalam bentuk kalimat langsung karena ada tanda kutip sebagai penanda kalimat langsung, sedangkan kalimat (2) dan (3) merupakan kalimat imperatif yang bukan kalimat langsung karena tidak ada tanda kutip dan tidak diketahui siapa yang berbicara. Ketiga dapat digunakan hampir dalam semua jenis tulisan, terutama untuk tulisan fiksi.

Demikian uraian singkat mengenai kalimat negasi dalam bahasa Indonesia. Semoga menambahkan pengetahuan pembaca klinik bahasa yang budiman terhadap konsep-konsep bahasa Indonesia dan dapat menggunakannya dengan baik dalam kegiatan tulis-menulis.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Ragdi F. Daye

Berita Sesudah

Penyakit Sosial Kebahasaan

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Praktik Menyunting

Minggu, 17/8/25 | 14:06 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB Universitas Andalas) Menyunting naskah kadang tampak sederhana. Tinggal memperhatikan tanda baca,...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Macam Jenis Tempat Makan dan Minum

Minggu, 10/8/25 | 12:42 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Akhir-akhir ini, kehadiran kafe menjamur di...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tradisi Menyalin dan Menulis dari “Naskah” atau “Manuskrip”

Minggu, 03/8/25 | 15:42 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Doktor Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Ada kalanya disebut naskah, ada kalanya disebut...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Klinik Bahasa edisi ini akan membahas konsep...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Bentuk dan Makna Kata Ulang

Minggu, 20/7/25 | 11:05 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata ulang sangat sering digunakan di...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Berita Sesudah
Penyakit Sosial Kebahasaan

Penyakit Sosial Kebahasaan

Discussion about this post

POPULER

  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ormas dan OKP Tak Dilibatkan dalam Kebijakan Pemkab, Sekretaris KNPI Dharmasraya: Bentuk Keangkuhan Bupati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024