Selasa, 13/5/25 | 04:58 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Bentuk Terikat Pasca-

Minggu, 23/5/21 | 09:49 WIB
Oleh: Ria Febrina (Dosen Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

Banyak yang tidak menyadari bahwa pasca- merupakan sebuah bentuk terikat. Sebagai bentuk terikat, penulisan yang benar ialah pasca-, bukan pasca. Ada tanda hubung (-) setelah kata pasca. Hal ini menandakan bahwa kata yang berada setelah bentuk terikat pasca- harus ditulis serangkai. Dengan demikian, bentuk-bentuk yang menggunakan kata pasca- yang benar ialah pascasarjana, pascagempa, pascatsunami, dan pascapanen. Tentu salah ketika ada pengguna bahasa Indonesia yang menuliskan pasca sarjana, pasca gempa, pasca tsunami, dan pasca panen.

Bentuk terikat pasca- merupakan bentuk serapan yang diambil dari bahasa Sanskerta. JS Badudu dalam kamus Kata-kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (2003) memasukkan lema pasca- yang dilengkapi dengan keterangan Sans yang bermakna berasal dari bahasa Sanskerta. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2017), lema pasca- dijelaskan sebagai bentuk terikat yang bermakna ‘sesudah’.

Karena bentuk terikat pasca- merupakan serapan dari bahasa asing, ditemukan variasi pelafalan oleh pengguna bahasa Indonesia, yaitu berupa [pasca] dan [paska]. Masyarakat melafalkan [paska] karena beranggapan kata tersebut dipengaruhi oleh pelafalan kata dari bahasa Inggris yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, yaitu bunyi [c] berubah menjadi [k]. Hal tersebut tampak pada bentuk computer menjadi komputer, coin menjadi koin, dan cable menjadi kabel. Padahal, bentuk terikat pasca- tidak berasal dari bahasa Inggris, tetapi berasal dari bahasa Sanskerta. Pelafalan yang benar merujuk pada bentuk pancasila yang dilafalkan [pancasila], bukan [pankasila]. Dengan demikian, pelafalan yang benar untuk bentuk terikat ini ialah [pasca-], bukan [paska-].

Penggunaan bentuk terikat pasca- menarik dikaji, khususnya setelah Idulfitri. Hal ini dikarenakan kata pasca- marak digunakan. Dari sejumlah media massa yang dihimpun, tercatat bentuk Pasca Ramadan (Tribun Jogja, Berita Jatim, Kontan.co.id, dan Suara.com), Pasca Ramadhan (Pikiran Rakyat.com), Pasca-Ramadan (Liputan 6 dan Harian Jogja), Pasca Lebaran (Kompas.com, Sindonews, dan CNBC Indonesia), Pasca Libur Hari Raya Idulfitri (Waykambas.org), serta Pasca-wisata Lebaran (Kompas.com). Dari bentuk-bentuk tersebut, penulisan bentuk terikat pasca- yang benar hanya terdapat pada Pasca-Ramadan (Liputan 6 dan Harian Jogja).

BACAJUGA

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Minggu, 13/4/25 | 12:56 WIB
Kata “dalem“ dan Pronomina Serapan dalam Bahasa Indonesia

Kosakata Bahasa Inggris dalam KBBI

Minggu, 23/3/25 | 12:25 WIB

Bentuk terikat pasca- yang melekat pada nama-nama hari harus digabungkan dengan menggunakan tanda hubung (-). Kata Ramadan, Idulfitri, dan Lebaran merupakan nama hari besar atau hari raya sehingga harus menggunakan huruf kapital pada awal kata tersebut. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2016:16 ) menjelaskan bahwa bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Dengan demikian, penulisan yang benar ialah pasca-Ramadan, pasca-Idulfitri, dan pasca-Lebaran. Jika bentuk tersebut merupakan judul, penulisan yang benar ialah Pasca-Ramadan, Pasca-Idulfitri, dan Pasca-Lebaran. 

Dari data yang dihimpun di media massa, ada dua bentuk yang perlu diulas lebih lanjut, yakni Pasca Libur Hari Raya Idulfitri dan Pasca-wisata Lebaran. Kata libur dan wisata merupakan sebuah bentuk dasar yang tidak merupakan sebuah nama. Dengan demikian, kata libur dan wisata harus ditulis serangkai dengan bentuk terikat pasca-. Dengan demikian, penulisan yang benar ialah pascalibur dan pascawisata. Jika bentuk tersebut menjadi sebuah judul, penulisan yang benar ialah Pascalibur dan Pascawisata.

Bentuk-bentuk yang dihasilkan wartawan di sejumlah media massa tersebut merupakan bentuk-bentuk yang belum populer digunakan oleh masyarakat. Bentuk pascalibur dan pascawisata dapat menjadi sebuah kreativitas dalam proses pembentukan kata pasca-. Mengapa bentuk tersebut dinyatakan sebagai kreativitas? Pengguna bahasa Indonesia diprediksikan dapat menerima bentuk tersebut jika terus-menerus digunakan. Pola pembentukan kata tersebut mirip dengan pascapanen yang menggunakan kata dasar panen berkelas kata kerja (verba). Kata libur dan wisata juga merupakan kata dasar yang berkelas kata kerja (verba).

Meskipun demikian, kata pasca- bukan pilihan yang tepat ketika digabungkan dengan kata libur dan wisata. Pilihan kata yang tepat ialah usai, sesudah, atau setelah. Dengan demikian, bentuk yang lazim ialah usai libur, setelah berwisata, atau setelah libur. Namun, pengguna bahasa Indonesia justru cenderung memilih bentuk pasca- dibandingkan usai, sesudah, atau setelah karena berbagai faktor. Salah satu faktor yang menjadi penyebab ialah gengsi. Banyak pengguna yang beranggapan bahwa bahasa asing lebih keren daripada bahasa Indonesia. Padahal, fungsi bahasa sebagai alat komunikasi justru membuat tiap-tiap bahasa unik dan perlu dilestarikan. Oleh karena usai, setelah, dan sesudah merupakan kata hubung bahasa Indonesia, sebaiknya penggunaan kata tersebut didahulukan dibandingkan bentuk serapan.

Selain itu, bentuk terikat pasca- yang diikuti oleh singkatan yang berupa huruf kapital juga harus dirangkaikan dengan tanda hubung (-). Hal ini tampak pada bentuk pasca-TWK yang merupakan singkatan dari ‘pasca-Tes Wawasan Kebangsaan’ yang akhir-akhir ini sedang dibahas di berbagai media. Bentuk pasca- dan singkatan TWK merupakan dua bentuk yang berbeda. Dengan demikian, kedua bentuk tersebut harus digabungkan dengan menggunakan tanda hubung (-). Penulisan yang benar menjadi pasca-TWK. Proses pembentukan ini sama dengan anti-PKI atau non-ASEAN.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bentuk terikat pasca- harus ditulis serangkai dengan kata yang diikutinya. Namun, gabungan bentuk terikat pasca- dengan nama-nama hari atau singkatan harus menggunakan tanda hubung (-). Tanda hubung (-) berfungsi untuk menjelaskan bahwa bentuk tersebut tidak dapat ditulis terpisah dengan kata apa pun. (*)

Tags: #Ria Febrina
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Djoe HT Bagindo dan Ulasannya oleh Ragdi F.Daye

Berita Sesudah

Puisi-puisi Metra Wiranda Putra

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Mengenal Angka Romawi

Minggu, 11/5/25 | 07:47 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Angka romawi menjadi salah satu angka yang digunakan...

Memaknai Kembali Arti THR

AI dan Kecerdasan Bahasa Indonesia

Minggu, 04/5/25 | 13:26 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik Universitas Andalas) Pengaruh AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan tidak...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Makna Kata “Cukup” yang Tak Secukupnya

Minggu, 27/4/25 | 09:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Pembahasan Klinik Bahasa Scientia kali ini akan mengulik...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Minggu, 13/4/25 | 12:56 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Lebaran telah usai. Namun, serba-serbi tentang Lebaran...

Memaknai Kembali Arti THR

Memaknai Kembali Arti THR

Minggu, 06/4/25 | 12:37 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas) Salah satu fenomena yang menarik saat Hari...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Salam” dan “Salim” saat Lebaran

Minggu, 30/3/25 | 07:07 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Beberapa hari lagi, umat Islam akan...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Metra Wiranda Putra

Puisi-puisi Metra Wiranda Putra

Discussion about this post

POPULER

  • Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    Puisi-puisi Afny Dwi Sahira

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Firdaus Apresiasi Semangat Gotong Royong Masyarakat Wujudkan Festival Juadah Tanpa APBD

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Karya Farha Nabila dan Ulasannya Oleh Dara Layl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengurus DPW PKDP Sumbar Dilantik, Firdaus : Siap Berbuat untuk Kampung Halaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Malam Puncak Festival Juadah di Pasar Cubadak Berakhir Meriah dengan Lelang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024