Minggu, 24/8/25 | 23:11 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI

Data Covid-19 pada Anak dan Dokter Anak

Senin, 01/6/20 | 10:05 WIB

Oleh:
Sitti Hikmawatty
Aktivis Perlindungan Anak
Ahli Gizi.

Data terus bergerak berubah meningkat. Tapi perbedaan data harusnya tidak jomplang antara satu dan yg lain.

Baca Juga: Darurat Perlindungan Anak dari Covid-19

Awalnya, pagi itu saya menerima WA dari seorang Pemred media terkemuka. Isinya menanyakan kebenaran data yang disampaikan oleh KPAI tentang keterpaparan anak oleh Covid-19.

BACAJUGA

Sehat dengan Manajemen Penggunaan Gadget

Sehat dengan Manajemen Penggunaan Gadget

Jumat, 10/1/25 | 13:18 WIB
Pilkada 2024, Representasi Wajah Demokrasi Indonesia ke Depannya

Pilkada 2024, Representasi Wajah Demokrasi Indonesia ke Depannya

Senin, 09/12/24 | 13:11 WIB

“Ada 800 anak yang terpapar,” katanya. “Ini untuk Indonesia atau hanya provinsi Sumatera Selatan saja ya?”.

Maka sayapun menunda tulisan yang sedang saya kerjakan saat itu, dan tergerak melakukan penelusuran.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melalui laman resminya hingga tanggal 18 Mei 2020, telah merilis tentang tingginya keterpaparan anak dalam pandemic COVID-19 ini, yaitu total terdampak sebanyak 3.324 anak, 129 anak berstatus PDP meninggal, 584 anak terkonfirmasi positif COVID-19, dan 14 anak meninggal akibat COVID-19.

Sementara itu, berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, per tanggal 22 Mei 2020, disebutkan bahwa Total Pasien anak di bawah usia 18 tahun adalah 19.196 anak yang terdampak. Jumlah ini berasal dari : OTG 954 anak, ODP 10.375 anak, PDP 7.152 anak, Covid positif 715 anak, dengan total keseluruhan anak yang meninggal adalah 452 anak.

Laporan pada tanggal yang sama dari Gugus Tugas menyebutkan bahwa terdapat 20.796 pasien positif, 5.057 pasien sembuh dan 1.326 pasien yang meninggal, sementara data terdampak pada tanggal 21 Mei 2020 adalah 0DP total 50.187. ODP anak 10.375. Jika kita coba bandingkan persentasi angka kematian anak dari laporan tersebut, maka angka kematian anak (452 kasus) ini mencapai 34,1 % dibandingkan dengan total kematian pada hari itu (1.326 kasus). Sedangkan berdasarkan penambahan kasus positif pada anak (715 kasus) mencapai 3,4 % dibandingkan pada total kasus (20.796 kasus).

Temuan data di atas membawa kita pada sebuah kesimpulan bahwa dibandingkan dengan negara lainnya, angka kematian dan kesakitan anak akibat COVID-19 di Indonesia termasuk tinggi, hal ini sekaligus juga membuktikan bahwa kelompok usia anak di Indonesia, rentan terhadap COVID-19.

Sekedar bertanya

Sejujurnya ada kegalauan ketika melihat temuan data anak terpapar, yang tidak sinkron satu sama lain. Saya berkeyakinan data ini pasti benar semua, baik dari sisi validitas maupun reliabilitasnya. Untuk data resmi IDAI maupun data resmi Kemenkes. Namun beda jumlah yang cukup besar ini, (sekitar 16.000 kasus) juga mengundang tanya yang lain.

Menurut seorang guru besar anak di FKUI, dimana beliau pernah menjadi pengurus IDAI juga, beliau mengungkapkan bahwa data-data IDAI biasanya didapatkan dari para dokter spesialis anak yang menangani pasien anak terdampak Covid 19, dilaporkan secara terstruktur melalui jejaring IDAI yang ada, mulai dari cabang hingga ke pusat, sementara data di Kemenkes, di ambil dari seluruh RS yang online dengan Ditjen Yankes.

Dengan kata lain, data ini sebetulnya menyuarakan lebih dari sekedar data Covid 19 pada anak saja. Adakah definisi “anak” menurut IDAI memiliki definisi khusus dibandingkan definisi “anak” menurut kementerian kwsehatan? Atau ini malah membawa pada asumsi lebih jauh.

Mungkinkah IDAI hanya mampu meng-cover 17,3 % kasus anak (3.324 pasien anak) dari total kasus 19.196 kasus yang terdata oleh kemenkes, tidakkah ini menjadi sebuah indikator bahwa kita masih sangat kekurangan tenaga dokter anak di Indonesia ??

Masih berdasarkan data yang disampaikan oleh Kemenkes RI, dari status kematian anak yang berjumlah 452 anak tersebut 85 % yaitu sekitar 383 anak, adalah pasien PDP, sebanyak 28 anak (6 %) yang meninggal adalah Positif, sebanyak 41 anak (9 %) yang meninggal adalah ODP, tentunya ini menjadi sebuah bentuk keprihatinan sendiri karena kematian terbesar sebanyak 85 %, terjadi pada anak yang telah menjadi pasien, yang berarti mereka yang telah berada dalam system penanganan kesehatan. Pertanyaan kedua, apakah ini juga menjadi sebuah “pembenaran” dari tingginya tingkat kematian karena ketiadaan dokter anak di samping mereka ??

Saat ini, dengan kondisi sekolah yang diliburkan tingkat keterpaparan anak oleh covid masih di sekitar angka 3 % dari total kasus. Dengan kasus yang masih “rendah” seperti inipun terlihat bahwa kita tidak begitu siap mengatasinya. Bayangkan jika sekolah nanti di buka dengan pengkondisian yang tidak optimal, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi ledakan kasus anak.

Sementara kita harus mempertimbangkan, bahwa populasi anak Indonesia menempati sepertiga jumlah populasi penduduk Indonesia, jumlah yang cukup besar. Pertanyaan berikutnya, bagaimana para dokter anak, paramedik anak dan sarana prasarana yang terbatas ini dipaksa berjibaku mengatasi kondisi yang nanti terjadi, sementara dengan kondisi saat ini saja sudah cukup terengah-engah ??

Dalam kondisi sebelum pandemik, kita menyadari bahwa masih ada kelangkaan di beberapa tempat/wilayah antara kebutuhan jumlah serta sebaran tenada medis yang diperlukan guna mencukupi kebutuhan penanganan kasus kedaruratan anak. Apalagi dengan munculnya wabah ini, tentu diperlukan percepatan dan langkah-langkah kongkrit dan tepat untuk mengisi kelangkaan tersebut. Saatnya bagi kita menjadikan musibah pandemik ini menjadi upaya penyelamatan perlindungan anak dengan lebih baik lagi.

Kesimpulan
1. Anak adalah kelompok rentan terpapar Covid 19, perlu kebijakan dan tindakan khusus untuk melindungi mereka dari paparan virus tersebut.
2. Perlu adanya transparansi dan integrasi data terkait penanganan kasus anak, karena anak memiliki kekhususan dan keunikan dalam penangananya.
3. Transparasi dan Integrasi data ini diperlukan agar pengambil kebijakan bisa mengeluarkan kebijakannya secara tepat dan sesuai dengan kondisi yang terjadi.
4. Perlu adanya pelurusan terhadap ketimpangan data yang terjadi, mengingat selisih beberapa hari saja, namun beda datanya sangat tinggi.
5. (Mungkinkah) Indonesia masih sangat kekurangan dokter anak, sehingga perlu di dorong adanya kebijakan pada mahasiswa kedokteran untuk diberikan akselerasi dalam menempuh pendidkan spesialisasinya khususnya dalam bidang anak, termasuk mendapatkan support pemerintah terkait biaya studi yang konon sangat tinggi ??

Semoga tulisan ini dapat menginspirasi pada upaya2 perbaikan. Aamin YRA. (*)

Tags: OpiniSitti Hikmawaty
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Azka Sofa

Berita Sesudah

e-Voting Pilkada

Berita Terkait

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Minggu lalu, tepat pada 17 Agustus 2025, saya menulis sebuah catatan...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Dalam dua tahun terakhir, rumah saya di kampung lebih sering sepi....

Puisi-puisi M. Subarkah

Puisi-puisi M. Subarkah

Minggu, 17/8/25 | 16:52 WIB

Ilustrasi:Meta AI Suara dari Sajadah Ayah Oleh: M. Subarkah Di atas sajadah usang itu, ayah duduk seperti gunung yang berzikir....

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Langkuik, Hidden Gem di Tengah Hutan Tanah Galugua

Minggu, 17/8/25 | 16:20 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas)   Langkuik Kolam bukan kolam. Petualangan kami ke sana bukan...

Berbagai Istilah dan Kemubaziran Kata dalam Kalimat

Hukum Kawin Sesuku di Minangkabau

Minggu, 17/8/25 | 16:05 WIB

Oleh: Yori Leo Saputra, S.Hum., Gr. (Guru Muatan Lokal Keminangkabau SMAN 1 Ranah Pesisir)   Mengapa di Minangkabau dilarang melakukan...

Aspek Fonologis dan Keformalan Bahasa

Aspek Fonologis dan Keformalan Bahasa

Minggu, 17/8/25 | 15:49 WIB

Oleh: Nani Kusrini (Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis Universitas Lampung)   Komunikasi merupakan proses dinamis untuk menyampaikan dan menerima pesan antara...

Berita Sesudah
Musfi Yendra

e-Voting Pilkada

Discussion about this post

POPULER

  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ormas dan OKP Tak Dilibatkan dalam Kebijakan Pemkab, Sekretaris KNPI Dharmasraya: Bentuk Keangkuhan Bupati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • IPNU-IPPNU Pesisir Selatan Cetak Pemimpin Baru, Teguhkan Semangat Kaderisasi Pelajar NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024