
Padang Panjang, Scientia.id – Harga pangan di Kota Padang Panjang pada minggu kedua September 2025 menunjukkan dinamika yang cukup tajam. Sejumlah komoditas turun harga, namun cabai merah justru melambung dan menjadi sorotan utama.
Data Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setdako Padang Panjang, Ahad (14/9/2025), mencatat harga bawang merah, bawang putih, bawang bombai, bawang daun, cabai rawit, seledri, dan tempe mengalami penurunan. Bawang merah turun Rp2.500 menjadi Rp41.334/kg, cabai rawit turun Rp1.034 menjadi Rp44.650/kg, sementara tempe terkoreksi Rp3.000 menjadi Rp17 ribu/kg.
Di sisi lain, komoditas strategis seperti cabai merah dan cabai hijau justru melonjak. Cabai merah naik Rp4.833 menjadi Rp78.650/kg, sedangkan cabai hijau naik Rp6.667 menjadi Rp65 ribu/kg. Beras kualitas I, daging ayam broiler, dan minyak goreng curah juga mengalami kenaikan meski relatif kecil.
Analis Perekonomian Setdako Padang Panjang, Chandra Erfiko, menyebut pasokan cabai merah yang berkurang dari sentra produksi di Jawa dan Sumatera Utara menjadi pemicu utama.
“Dalam jangka pendek, langkah yang bisa ditempuh adalah Operasi Pasar atau Gerakan Pangan Murah bekerja sama dengan TTIC, Bulog, Bank Indonesia, dan stakeholder terkait,” katanya.
Meski ada gejolak harga di beberapa komoditas, sebagian besar kebutuhan pokok masyarakat masih stabil. Harga beras kualitas II dan III tetap Rp16 ribu dan Rp15 ribu/kg. Gula pasir bertahan Rp18.150/kg, tepung terigu Rp13 ribu/kg, dan daging sapi Rp141.667/kg.
Komoditas protein hewani juga tidak berubah. Daging ayam kampung masih dijual Rp90 ribu/kg untuk ukuran besar, Rp80 ribu/kg ukuran sedang, dan Rp70 ribu/kg ukuran kecil. Telur ayam ras stabil di Rp28.550/kg, sedangkan telur ayam kampung dan itik masing-masing Rp54.433/kg dan Rp32.800/kg.
Harga kacang-kacangan pun tak bergerak, dengan kedelai Rp11.125/kg, kacang tanah Rp28 ribu/kg, dan kacang hijau Rp26 ribu/kg.
Baca Juga: Padang Panjang Gelar Audisi Lagu Anak PAUD Tingkat Sumbar, 10 Finalis Masuk Dapur Rekaman
Dengan kondisi ini, masyarakat masih punya pilihan untuk mengatur konsumsi rumah tangga, meskipun harus lebih bijak menyikapi kenaikan cabai merah yang kini jadi “primadona” di pasar. (*)