Jakarta, Scientia.id – Sinyal ekonomi AS melambat mulai terlihat usai kebijakan tarif Presiden Donald Trump diberlakukan sejak April lalu. Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekonomi melemah, inflasi meningkat, dan penciptaan lapangan kerja menurun signifikan.
Kebijakan tarif yang semula ditujukan untuk membangkitkan industri justru berakibat pada hilangnya 37.000 pekerjaan manufaktur. Dalam tiga bulan terakhir, penambahan lapangan kerja terus anjlok: hanya 73.000 di Juli, 14.000 di Juni, dan 19.000 di Mei. Padahal, tahun lalu rata-rata mencapai 168.000 pekerjaan baru per bulan.
Inflasi juga mencatat kenaikan, dengan harga barang naik 2,6% hingga Juni, lebih tinggi dari 2,2% pada April. Kenaikan terbesar terjadi pada barang impor seperti furnitur, perabot rumah tangga, dan mainan.
Laporan Produk Domestik Bruto (PDB) menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS hanya 1,3% pada paruh pertama 2025, turun dari 2,8% tahun lalu.
“Ekonominya seperti jalan di tempat. Kemudian angka pengangguran memang belum naik, tapi penambahan lapangan kerja sangat sedikit. Ekonominya tumbuh sangat lambat,” ujar Peneliti Senior Burning Glass Institute, Guy Berger, dikutip AFP, Minggu (3/8/2025).
Baca Juga: AS Naikkan Tarif Impor India, Trump Sebut Ada ‘Penalti’ Tambahan
Meski begitu, Trump menolak mengakui perlambatan ekonomi. Ia bahkan memecat kepala lembaga yang merilis laporan ketenagakerjaan dan menyebut data tersebut dimanipulasi. (*)