Padang, Scientia.id – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Padang mengecam keras insiden pembubaran ibadah dan perusakan rumah doa milik jemaat Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugerah di Padang Sarai, Kota Padang. Kejadian tersebut telah meninggalkan luka, terutama bagi anak-anak yang berada di lokasi saat insiden terjadi.
“Kita berbicara tentang anak-anak yang menyaksikan tempat ibadahnya dilempari, listrik dimatikan dan ibadah dihentikan paksa. Bahkan ada yang terluka secara fisik. Ini bukan sekedar persoalan rumah ibadah, tapi soal luka kemanusiaan yang dalam,” tegas Oksa pada Scientia.id, Selasa (30/7).
Oksa menyayangkan terjadinya kekerasan terhadap jemaat, khususnya terhadap anak-anak dalam peristiwa tersebut. Ia menegaskan bahwa tindakan seperti itu merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia, anak dan hak kebebasan beragama yang dijamin oleh konstitusi.
“Apakah kita bisa terima ada anak-anak yang terluka saat beribadah? Ini pelanggaran hak yang mendasar dan menyisakan trauma mendalam,” ujar Oksa.
PMII Kota Padang mendesak aparat penegak hukum dan pemerintah kota Padang untuk segera mengusut tuntas kasus ini secara transparan dan adil. Mereka juga menyoroti pentingnya pendampingan dan pemulihan trauma bagi jemaat, khususnya anak-anak yang terdampak.
“Negara tidak boleh hanya cukup dengan permintaan maaf. Harus ada langkah konkret untuk pemulihan dan jaminan perlindungan agar kejadian serupa tidak terulang,” ucap Oksa.
Lebih Lanjut, Oksa menyatakan bahwa akar intoleransi tak lagi terbatas di ruang publik, namun telah menyusup hingga ke lingkungan keluarga dan pendidikan. Menyikapi hal itu, PMII kota Padang akan mendorong edukasi lintas iman dengan menggandeng sekolah, kampus dan komunitas lokal.
“Kita tidak bisa hanya bereaksi setiap ada kejadian. Kita harus membangun ruang damai yang menjaga intoleransi tumbuh sejak dini,” kata Oksa.
Oksa juga mengajak seluruh elemen Pemuda lintas agama dan budaya untuk membangun gerakan kolaboratif sebagai respon jangka panjang terhadap masalah ini.
Baca Juga: Wagub Sumbar Tolak Aksi Kekerasan dan Perusakan Rumah Doa di Padang
“Hari ini rumah doa yang dirusak, besok bisa rumah siapa saja. Intoleransi tidak mengenal batas. Jika kita diam, maka kita sedang menyuburkan kebencian,” tutup Oksa dengan nada prihatin. (Tmi)