Jumat, 29/8/25 | 00:52 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home DESTINASI

Kisah Gembok Cinta di Negeri Para Oppa

Kamis, 19/9/24 | 22:02 WIB

Oleh: Elly Delfia
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

 

Cinta seringkali membuat manusia bertingkah unik dan absurd. Salah bukti dari keunikan dan keabsurdan itu terlihat pada gembok cinta (love lock) yang terpasang di beberapa tempat wisata di negeri para “Oppa”, di Korea Selatan. Selain dijuluki negeri ginseng, negeri k-pop, ke-drama, Korea Selatan juga dijuluki negeri para “oppa”. “Oppa” merupakan panggilan dari adik perempuan kepada kakak laki-laki ataupun panggilan perempuan untuk kekasih. Panggilan ini populer di kalangan para penggemar k-pop untuk menyapa personil boyband k-pop idola mereka.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Gembok-gembok cinta di negeri para “Oppa” dapat ditemukan di beberapa tempat wisata yang terkenal di Korea Selatan, seperti di Seoul Namsan Tower dan Busan Tower. Gembok cinta-cinta tersebut dipasang di pagar-pagar besi yang ada di sana. Namsan Tower dan Busan Tower merupakan dua tower yang terkenal yang memiliki pemandangan yang indah di Korea Selatan. Pemandangan indah di kedua tower tersebut dijadikan tempat romantis bagi pasangan muda yang tengah jatuh cinta dengan memasang gembok-gembok cinta di pagar-pagar taman yang ada di sana. Di lantai dasar Namsan Tower yang menjulang dengan ketinggian 23 meter, ada spot khusus yang berlatar belakang gembok-gembok cinta. Namsan Tower yang terletak di Gunung Namsan di pusat ibu kota Seoul memiliki luas gedung 250meter selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan setiap harinya. Salah satu yang mendatangkan daya tarik bagi pengunjung adalah keberadaan gembok cinta. Demikian juga Busan Tower yang terletak di Taman Yongdusan, Junggu, Kota Busan. Tempat tersebut memiliki pemandangan yang tak kalah indahnya dengan view Kota Busan dan Pelabuhan Ikan Jagalchi sebagai pelabuhan terbesar di Korea Selatan.

Foto 1: Penulis di gembok cinta Namsan Seoul Tower

Gembok-gembok cinta tersebut tidak hanya bertuliskan Hangeul, huruf Korea, tetapi juga ditulis dengan berbagai macam alfabet dari bahasa asing lainnya. Dengan kata lain, para pengunjung yang memasang gembok cinta bukan hanya orang Korea, melainkan juga wisatawan asing yang berasal dari berbagai negara. Hal itu membuktikan bahwa para wisatawan asing yang berkunjung ke Korea Selatan juga tertarik memasang gembok-gembok cinta dan mengikuti kebiasaan di sana.

Saya cukup sering mengunjungi Busan Tower dan juga pernah ke Namsan Tower. Saya juga ikut berfoto dengan latar gembok-gembok cinta itu. Saya tidak memiliki kecenderungan atau penilaian apa-apa terhadap gembok-gembok cinta itu. Saya hanya berpikir gembok-gembok cinta adalah bukti dari ungkapan perasaan sepasang anak manusia yang sedang jatuh cinta. Betapa tinggi effort (upaya) mereka untuk datang jauh-jauh ke sana dan mengabadikan cinta serta menguncinya dengan gembok-gembok cinta itu.

Gembok-gembok cinta kebanyakan berbentuk hati (heart) yang didominasi oleh warna-warna cerah, seperti merah muda, merah menyala, biru muda, hijau muda, dan warna cerah lainnya. Warna-warna tersebut merepresentasikan kecerahan hati pasangan yang sedang jatuh cinta. Mereka percaya bahwa cinta mereka akan terikat erat saat dikunci dengan gembok cinta, lalu kuncinya dibuang jauh. Meskipun beberapa pasangan tidak mempercayai sepenuhnya gembok-gembok cinta itu, mereka ikutan iseng memasang gembok cinta di sana. Kemungkinan dari mereka ada yang akhirnya menikah dan mempunyai anak-anak yang cantik-cantik dan gagah, Beberapa yang lain mungkin juga ada yang putus. Yang pasti, gembok-gembok cinta tersebut pernah menjadi saksi dan bukti kisah cinta mereka pernah ada.

Foto 2: Penulis dengan latar belakang gembok cinta Busan Tower

Gembok cinta adalah destinasi wisata yang tercipta dari kreativitas manusia. Lokasi gembok cinta Namsan Tower pernah dijadikan shooting drama Korea, seperti Boys Before Flower. Drama tersebut merupakan drama yang pernah booming pada tahun 2009 dan dibintangi oleh Lee Min Ho, Koo Hye Sun, Kim Bum, Kim Hyun Joong, Kang Ha Neul, Kim Woo Bin, dan lain-lain. Namsan Tower awalnya adalah tempat pemancar siaran radio dan televisi pertama di Korea Selatan. Namsan Tower dibangun pada tahun 1969 dan resmi dibuka pada tahun 1980. Sekarang tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Kota Seoul. Selain gembok cinta, pengunjung juga dapat menyaksikan keindahan ibu Kota Seoul di malam hari dari atas Namsan Tower dan dapat menyaksikan pemandangan Kota Seoul yang memesona di siang hari.

Fenomena gembok cinta juga pernah dibuat di beberapa tempat wisata di Indonesia. Namun, sepertinya kebudayaan Indonesia tidak mendukung untuk itu sehingga gembok-gembok cinta itu tidak terlalu menarik bagi wisatawan Indonesia. Para pengelola tempat wisata menyadari bahwa fenomena gembok cinta harus punya daya tarik tersendiri di kalangan wisatawan. Korea Selatan  tidak hanya dikenal dengan para oppa yang menghipnotis orang-orang, tetapi juga gembok-gembok cinta yang mempunyai daya tarik tersendiri.

Pembelajaran berharga dari keberadaan gembok-gembok cinta tersebut adalah destinasi wisata dapat dibangun dari kreativitas manusia atau hal-hal unik lain yang muncul dari perilaku manusia. Hal itu tergantung pada kita, apakah dapat mengelola kreativitas itu dengan baik dan menjadikannya sebuah peluang dan kesempatan untuk pengembangan pariwisata atau hanya akan berlalu sebagai segala sesuatu yang tanpa arti.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Gubernur Mahyeldi Raih Hattrick Penghargaan dari KLHK RI

Berita Sesudah

Polisi Ungkap Kronologis Penangkapan terhadap Pembunuh Nia Kurnia Sari

Berita Terkait

Lele Raksasa (Foto: Ist)

Pria ini Taklukan Lele Raksasa Ukurannya Nyaris Tiga Meter

Senin, 18/8/25 | 06:10 WIB

Lele Raksasa (Foto: Ist) Jakarta, Scientia.id - Seorang pemancing asal Republik Ceko kembali mengukir prestasi luar biasa di dunia perikanan....

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Misteri Gunung Padang: Diduga Lebih Tua dari Piramida Giza

Senin, 11/8/25 | 09:57 WIB

Jakarta, Scientia.id - Situs prasejarah Gunung Padang di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kembali jadi sorotan setelah tim kajian menduga usianya...

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Cap d’Agde: Desa Wajib Tanpa Busana di Prancis yang Ramai Dikunjungi Naturis

Jumat, 08/8/25 | 06:12 WIB

Scientia.id - Terletak di selatan Prancis, Cap d’Agde dikenal sebagai desa naturis terbesar di dunia. Destinasi ini mewajibkan semua pengunjung...

Foto Zlatan Ibrahimovic di Bali Viral di Media Sosial

Foto Zlatan Ibrahimovic di Bali Viral di Media Sosial

Sabtu, 02/8/25 | 08:34 WIB

Jakarta, Scientia.id - Unggahan Zlatan Ibrahimovic di Bali mendadak viral setelah sang legenda sepakbola dunia membagikan tiga foto dirinya berendam...

Wow! Batu Pengganjal Pintu ini Nilainya Rp19,2 Miliar

Wow! Batu Pengganjal Pintu ini Nilainya Rp19,2 Miliar

Senin, 28/7/25 | 18:03 WIB

Jakarta, Scientia.id - Siapa sangka benda sederhana yang diwariskan orang tua bisa jadi harta karun. Kisah ini datang dari Rumania,...

Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

Bubur Kirai Kuliner Khas Muaro Bungo Jambi dari Zaman Baheula

Jumat, 13/6/25 | 21:47 WIB

Bubur Kirai, makanan khas tradisional Muaro Bungo yang ada sejak zaman dahulu (Foto: Rahma Yani) Jambi, Scientia.id - Mungkin sebagian...

Berita Sesudah
Kapolres Padang Pariaman, AKBP Ahmad Faisol Amir saat menjelaskan kronologis penangkapan tersangka, IS kepada Media. Kamis, (19/09/2024) malam [foto : sci/yrp]

Polisi Ungkap Kronologis Penangkapan terhadap Pembunuh Nia Kurnia Sari

POPULER

  • Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Solok Tutup Safari Berburu Hama, Dorong Perlindungan Pertanian dan Silaturahmi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 401 PPPK di Pesisir Selatan Resmi Dilantik, Bupati Ingatkan Jangan Gadaikan SK ke Bank

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pelaku Narkoba Ditangkap, Rekonstruksi Peredaran Sabu di Bukittinggi Terungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buzzer, Kominfo, dan Tensi Politik Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024