Jakarta, Scientia – Kementerian Agama Republik Indonesia menetapkan 1 Ramadhan(awal puasa) jatuh pada hari Selasa, (12/03/2024). Hal itu diasampaikan oleh Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas usai sidang isbat penetapan 1 Ramadhan 1445 H pada Minggu, (10/03/2024).
Dia mengatakan, ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia saat ini berada pada posisi minus 0 derajat 20,2 menit sampai dengan 0 derajat 52,09 menit dan sudut elongasi 2 derajat 14,78 menit hingga 2 derajat 41,84 menit. Perhitungan itu berdasarkan metode Hisab terkait posisi ketinggian hilal.
“Kementerian agama dalam menetapkan awal bulan qomariah, khususnya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzuhijah menggunakan mekanisme sidang isbat. Mekanisme ini dilakukan untuk bermusyawarah dengan para pakar falaq, astronomi, wakil rakyat, MUI dan perwakilan ormas islam seluruh Indonesia,” ujar Yaqut.
Kata Yaqut, hasil musyawarah tersebut berdasarkan hasil Hisab dan Rukyat yang telah dilaksanakan oleh tim Hisab dan Rukyat Kementerian agama RI. Proses itu juga melalui konfirmasi kepada sejumlah petugas kementerian agama di daerah yang di tempatkan pada 134 titik lokasi di seluruh Indonesia.
Kemudian Indonesia dan beberapa negara di Asean yang tergabung dalam MABIMS, yaitu Menteri Agama Brunei Darrussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura pada tahun 1021 lalu bersepakat bahwa kriteria dan visibilas hilal atau imkanur rukyat 1 Ramadhan berada pada ketinggian hilal 3 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat. Kesepakatan tersebut menjadi pedoman 4 negara Mabims dalam menetapkan awal bulan qomariah.
“Berdasarkan Hisab di beberapa daerah di Indonesia sudah berada di atas ufuk dan tidak memenuhi kriteria MABIMS serta ketiadaan laporan melihat hilal. Oleh karena itu secara mufakat 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Selasa (12/03/2024).
Yaqut berharap, dengan hasil sidang isbat teraebut, seluruh masyarakat Indonesia dapat melakukan ibadah puasa dengan kehusyukan meskipun terdapat perbedaan dalam waktu memulai pelaksanaannya. Namun, dalam perbedaan itu mesti tetap saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai – nilai toleransi, sehingga tercipta susasa yang kondusif.
“Meskipun ada perbedaan, itu lumrah saja. Marila kita saling menghormati atas perbedaan itu,” tutup Yaqut.(YRP)
Discussion about this post