Oleh: Reno Wulan Sari
(Dosen Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas dan Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies)
Kita tentu tidak asing lagi dengan nama lokasi wisata yang disebut sebagai kampung warna-warni, sebab keberadaannya di Indonesia cukup banyak, seperti kampung warna-warni yang ada di Malang, Surabaya, Gresik, Bandar Lampung, Semarang, Palembang, Balikpapan, Banyuwangi, dan Yogyakarta. Sesuai dengan namanya, kampung warna-warni mencakupi suatu wilayah yang dihiasi dengan bangunan berbagai warna. Keanekaragaman warna ini mampu menarik perhatian orang-orang untuk berkunjung ke tempat itu. Apakah kampung warna-warni hanya ada di Indonesia? Tentu tidak. Di Korea Selatan, ada kampung warna-warni yang sudah dikenal oleh wisatawan mancanegara. Jika Anda pernah menonton film “Cinta Itu Buta” yang dibintangi oleh Shandy Aulia dan Dodit Mulyanto, Anda tentu pernah melihat latar film yang diambil di sebuah wilayah seperti kampung warna-warni. Ya! Itulah dia, kampung warna-warni di Kota Busan, Korea Selatan yang dikenal dengan nama Gamcheon Culture Village (감천문화마을). Daerah ini menjadi salah satu latar utama di dalam film tersebut.
Gamcheon Culture Village menjadi tempat wisata yang sangat terkenal di Kota Busan. Masyarakat Korea menjuluki daerah ini sebagai “Korea’s Santorini” atau “Santorini of Busan”. Santorini adalah sebuah pulau yang sangat terkenal di Yunani. Daerah Gamcheon disebut seperti Santorini karena relief keduanya yang mirip, yakni berada di dataran tinggi yang menghadap ke laut. Lereng perbukitannya dipenuhi dengan rumah penduduk yang tersusun seperti lego. Akan tetapi, bangunan di Santorini berwarna putih, sedangan di Busan berwarna-warni. Wah, ada banyak bangunan yang beraneka warna di lereng bukit yang menyatu dengan keasrian suasana alam. Indah sekali, bukan?
Sama seperti warga negara asing yang masuk dan menetap di Busan, Korea Selatan, nama Gamcheon pun menjadi salah satu daftar tempat wisata yang harus saya kunjungi segera. Tidak tanggung-tanggung, ternyata saya pun mengunjunginya beberapa kali. Tidak cukup satu kali bagi saya untuk mengitari seluruh wilayah Gamcheon yang begitu luas. Walaupun saya mengunjungi Gamcheon pada musim yang berbeda, pesonanya tetap tidak berubah. Hanya saja saya harus menyesuaikan pakaian dengan temperatur suhu saat itu sebab akan lebih sering berada di luar ruangan untuk bisa menyusuri tiap sudut Gamcheon.
Gamcheon Culture Village berada di daerah Saha-gu, Kota Busan. Ketika pergi ke Gamcheon, saya menggunakan transportasi umum, yaitu kereta bawah tanah dan bus. Jalur kereta bawah tanah yang saya tuju adalah line 1 menuju Stasiun Toseong (토성역). Sesampainya di Stasiun Toseong, saya keluar melalui pintu 6 dan berjalan sekitar 7 menit ke halte bus untuk melanjutkan perjalanan. Saya menunggu bus yang bewarna hijau dengan nomor 1-1, 2, atau 2-2. Pada saat itu, saya hanya menunggu beberapa menit. Jangan khawatir jika Anda akan salah naik bus sebab pengunjung Gamcheon selalu ramai. Biasanya, ada banyak wisatawan lain yang juga sedang menunggu bus di sana. Anda bisa mengikuti arah rombongan para wisatawan tersebut agar tidak tersesat. Perjalanan dengan bus ini menempuh waktu sekitar 20 menit dengan rute mendaki. Selama perjalanan menuju pendakian, kita sudah disajikan dengan berbagai karya seni di pinggir jalannya.
Pemandangan pertama yang saya temukan ketika turun dari bus adalah gapura sebagai titik awal memulai petualangan di daerah yang indah ini. Untuk masuk ke Gamcheon Culture Village ini, pengunjung tidak perlu membayar uang masuk. Tidak jauh dari gapura depan, ada pusat informasi yang bisa dikunjungi untuk menanyakan berbagai hal. Di sana, saya juga bisa membeli peta petunjuk dan kertas cap. Pengunjung tidak harus membeli peta dan kertas cap tersebut. Akan tetapi, jika Anda ingin mengetahui seluruh rute wilayah Gamcheon, Anda akan memerlukan peta tersebut. Kertas cap merupakan suatu permainan yang didesain dengan tujuan membantu pengunjung untuk mengitari titik-titik utama Gamcheon. Ada sembilan kotak yang disediakan di kertas tersebut. Setiap kotak harus diberi cap yang berbeda. Setiap stempel untuk cap tersebut, tersedia di berbagai titik-titik utama yang ada di Gamcheon. Kita harus menemukan stempel-stempel tersebut agar bisa memberi cap di kertas. Jika saya berhasil mengumpulkan semua cap, artinya saya sudah mengitari Gamcheon secara umum. Namun sayangnya, pada saat itu saya tidak mengumpulkan semua cap karena saya juga menyusuri gang-gang kecil yang melewati pasar dan rumah-rumah penduduk. Tanpa terasa, hari sudah mulai gelap dan kaki saya pun terasa sangat pegal. Oleh sebab itu, saya memutuskan untuk mengakhiri petualangan dan mencari jalan keluar.
Setelah membeli peta petunjuk, saya memasuki satu per satu bangunan yang bisa dikunjungi untuk umum. Sebagai informasi, bangunan yang ada di Gamcheon Culture Village beragam, ada museum, toko, kafe, restoran, dan juga rumah penduduk. Tidak semua bangunan bisa dimasuki sesuka hati sebab ada banyak rumah penduduk. Kita perlu memperhatikan bangunan yang kita lewati agar tidak menggangu pemilik rumah dengan suara yang berisik. Setiap tempat di Gamcheon ini bisa menjadi spot foto, termasuk jalanan, atap rumah, tangga, pagar, dan lain-lain. Tidak ada wilayah yang diabaikan di Gamcheon karena semuanya akan dihias, dicat, dan dilukis dengan berbagai rupa. Oleh sebab itu, saat pergi ke Gamcheon, kita perlu memastikan memori foto di ponsel kita tidak penuh karena ada banyak tempat dan objek menarik yang sayang jika tidak didokumentasikan.
Selain memastikan kapasitas memori ponsel untuk menyimpan foto yang masih banyak, kita juga perlu selalu membawa air minum sebab jalanan yang akan kita lewati mendaki dan menurun. Ini sangat menguras tenaga kita. Selain itu, kita juga perlu memakai sarung tangan pada saat musim dingin dan memakai topi atau membawa kipas saat musim panas. Lokasinya yang tinggi akan membuat tubuh kita terasa dingin dan juga panas (karena sengatan matahari langsung menerpa kulit kita dari ketinggian). Akan tetapi, jangan khawatir jika Anda tidak membawa berbagai persiapan itu. Di sana, ada banyak toko yang menjual minuman, kipas, dan topi. Begitu juga untuk masalah perut. Di sana ada banyak makanan yang bisa kita nikmati dengan harga yang terjangkau dan rasa yang enak, seperti kue tradisonal Korea hingga makanan di berbagai restoran. Salah satu kue favorit yang sering saya makan saat musim dingin adalah hotteok. Hotteok adalah penekuk yang berisi kacang. Jajanan ini terasa lebih nikmat jika disantap saat masih hangat pada musim dingin. Di Gamcheon, ada banyak toko yang menjual hotteok. Selain makanan, kita juga bisa membeli pernak-pernik tradisional Korea. Kita juga bisa menyewa hanbok (pakaian tradisional Korea) untuk menikmati suasana negeri oppa-oppa ini secara maksimal.
Sebelumnya, saya sudah menuliskan bahwa tidak ada wilayah yang diabaikan di Gamcheon. Mengapa demikian? Sebab ada banyak ukiran, patung, dan mural, bahkan di rumah penduduk sekalipun. Salah satu patung yang paling terkenal di Gamcheon adalah “Little Prince and the Fox”. Patung dengan bentuk anak laki-laki yang sedang duduk di pagar dan menghadap ke laut ini menjadi salah satu spot foto yang memiliki antrean panjang, terutama pada akhir pekan atau hari libur. Lokasi patung ini ada di jalan utama Gamcheon. Berfoto dengan patung ini tidak hanya menjadi daya tarik bagi wisatawan asing, tetapi juga masyarakat Korea. Oleh sebab itu, antreannya bisa menjadi panjang. Akan tetapi, jangan coba-coba memotong antrean ya karena masyarakat Korea sangat disiplin dan memiliki budaya antre yang begitu tinggi.
Berbagai patung lainnya bisa kita temukan di banyak lokasi, bahkan di pasar dan gang-gang sempit. Oleh sebab itu, saya selalu merasa tidak memiliki cukup waktu untuk bisa menelusuri semua sisi Gamcheon. Hal ini membuat saya memutuskan untuk datang kembali beberapa kali. Daerah yang dulunya menjadi tempat pengungsian saat perang Korea ini menawarkan petualangan yang menakjubkan di setiap lekuk dan sisinya. Ada banyak karya seni menarik yang tersembunyi di lapisan-lapisan dan sela-sela bangunannya. Oleh sebab itu, daerah ini seolah mampu menghipnotis kita untuk berjalan berjam-jam tanpa kita sadari karena selalu ada kejutan di banyak tempat. Jika Anda berrencana mengunjungi Gamcheon, ada baiknya Anda memulai perjalanan pada pagi hari agar bisa menikmati semua keindahan yang disajikannya. Selain itu, Anda juga bisa melepas segala penat ketika menatap luasnya laut Busan dan datarannya yang indah dari ketinggian.
Discussion about this post