Ya adalah kata yang sederhana dan mudah diucapkan dalam bahasa Indonesia. Kata ya disebut juga sebagai ungkapan singkat yang berasal dari kata iya. Kata iya digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam konteks “membenarkan” atau “setuju”, seperti apakah Anda orang Indonesia? Untuk membenarkan informasi dari pertanyaan ini, kita bisa menjawabnya dengan kalimat iya, saya orang Indonesia atau iya, benar.
Apakah kata ya hanya berfungsi untuk menjawab pertanyaan? Jawabannya tidak. Dalam perkembangan komunikasi masyarakat Indonesia, baik formal maupun informal, kata ya digunakan dalam berbagai situasi. Pertama, selain sebagai jawaban, kata ya juga bisa digunakan dalam pertanyaan. Pertanyaan secara formal yang bertujuan untuk mengonfirmasi (memastikan) sesuatu, menggunakan kata tanya apakah, seperti apakah Anda mahasiswa saya, apakah beliau ayah Anda, apakah laki-laki itu seorang penyanyi, dan apakah pertanyaan ini sulit. Di dalam percakapan informal, pertanyaan apakah dengan nuansa serupa bisa digantikan oleh kata ya, seperti:
- Anda mahasiswa saya ya?
- Beliau ayah Anda ya?
- Laki-laki itu penyanyi ya?
- Pertanyaan ini sulit ya?
Kata ya di semua akhir kalimat tanya tersebut berfungsi sebagai penegasan untuk mendapatkan konfirmasi “benar” atau “salah” dengan jawaban ya, tidak, bukan atau, belum. Pertanyaan konfirmasi (memastikan) dengan kata apakah dan ya memiliki nuansa yang berbeda di dalam percakapan masyarakat Indonesia. Pertanyaan dengan kata ya yang berfungsi menggantikan kata apakah menciptakan suasana yang lebih santai, akrab, dan ramah. Oleh sebab itu, pertanyaan dengan kata akhir ya juga sering kita temukan dari tuturan seseorang yang lebih dewasa kepada seseorang yang lebih muda, seperti anak-anak. Sebagian besar pertanyaan untuk anak-anak didominasi oleh kata ya, seperti:
- Sakit ya?
- Laparya?
- Panas ya, Nak?
Selain kalimat tanya apakah, kata ya juga bisa menggantikan fungsi partikel –kah di dalam berbagai kata tanya lainnya. Tujuannya juga sama, membuat kalimat tanya itu terkesan lebih santai dan ramah. Berikut adalah contoh penggunaannya:
1. Siapakah yang datang?
Siapa ya yang datang?
2. Siapakah yang menulis ini?
Siapa ya yang menulis ini?
3. Di manakah ponsel saya?
Di mana ya ponsel saya?
4. Di manakah restorannya?
Di mana ya restorannya?
5. Bagaimanakah cara menggunakan mesin ini?
Bagaimana ya cara menggunakan mesin ini?
6. Berapakah harga baju itu?
Berapa ya harga baju itu?
7. Kapankah kami bisa berlibur ke sana?
Kapan ya kami bisa berlibur ke sana?
8. Kapankah saya bisa datang ke rumahmu?
Kapan ya saya bisa datang ke rumahmu?
Kedua, kata ya berfungsi untuk menciptakan suatu kalimat perintah yang lebih santai. Kalimat perintah di dalam bahasa Indonesia bisa diutarakan secara tegas, biasa saja, dan halus. Kalimat perintah yang diutarakan secara tegas biasanya menggunakan verba dasar di awal kalimat, seperti Masuk!, Mandi sekarang!, Tulis namamu!, Duduk di sini!, dan sebagainya. Kalimat perintah dalam konteks normal atau biasa, bisa menggunakan partikel –lah, seperti Masuklah!, Mandilah sekarang!, Tulislah namamu!, Duduklah di sini!, dan sebagainya. Kalimat perintah halus secara formal bisa ditambahkan dengan kata silakan, tolong, dan mohon, seperti Mohon tunggu sebentar!, Silakan duduk!, Silakan masuk!, Tolong belikan dia makanan!, dan sebagainya.
Berdasarkan tiga situasi kalimat perintah tersebut, kata ya yang disematkan dalam sebuah perintah juga bisa memperhalus situasi seperti:
- Tunggu sebentara ya!
- Duduk di sini saja ya!
- Jangan lupa makan obat ya, Bu!
- Nanti kabari saya ya, kalau kamu sudah sampai di rumah!
- Saya ambil dulu ya!
Kata ya di dalam kalimat-kalimat perintah ini membuat susananya menjadi lebih santai dan halus karena dituturkan untuk percakapan informal.
Ketiga, kata ya diutarakan sebelum kata sapaan dengan fungsi yang sama, yaitu mencipatakan suasana yang lebih santai dan ramah. Berikut ini adalah contoh kalimatnya:
1. Sampai jumpa lagi, Bu.
Sampai jumpa lagi ya, Bu.
2, Terima kasih, Kak.
Terima kasih ya, Kak.
3. Saya pergi dulu, Nek.
Saya pergi dulu ya, Nek.
Kata ya sebelum kata sapaan Bu (ibu), Kak (kakak), dan Nek (nenek) memberi kesan ramah sebelum menyebutkan sapaan tersebut. Hal ini menciptakan nuansa yang berbeda jika dibandingkan dengan tuturan sebelumnya (tanpa kata ya).
Keempat, kata ya digunakan sebagai rangkaian sebutan atau panggilan. Contoh konteks ini sering kita temukan ketika seseorang menyebut Tuhan, seperti Ya Allah, Ya Tuhanku, Ya Rabb, dan sebagainya. Kata ya dalam konteks ini menyerupai fungsi ya dalam tuturan bahasa Arab.
Kelima, kata ya, baik dengan intonasi yang pendek maupun panjang, digunakan dalam berbagai ekspresi, seperti “berpikir”, “tidak tahu”, “menyerah”, “bingung”, dan sebagainya. Kita bisa melihat pemakaiannya dalam contoh tuturan-tuturan berikut:
- Ya… gimana ya?
- Ya… gitu
- Ya… aku juga bingung.
- Ya sudahlah ya.
- Ya… mau bagaimana lagi?
- Ya sudah!
- Ya…
Khusus untuk contoh tuturan nomor 7, perbedaan posisi ya ternyata memberi nuansa yang sangat berbeda pula. Sebagai masyarakat Indonesia, kita bisa memahami betul perbedaan tuturan ya … maaf dengan tuturan maaf ya. Tuturan ya … maaf seolah dituturkan dengan suasana hati yang tidak tulus, bingung, atau terpaksa. Inilah yang membedakannya dengan tuturan maaf ya. Posisi kata ya di belakang kata maaf tidak sama dengan fungsi kata ya yang berada di awal kata maaf. Kata ya yang berada di akhir kata maaf memiliki fungsi sebagai sapaan atau panggilan yang ditujukan kepada seseorang. Selain itu, kata ya di akhir kata maaf juga memiliki fungsi yang sama dengan kata ya di akhir kalimat perintah, seperti maaf ya, Dek. Maaf ya, Bu. Maaf ya, Kak. Akan tetapi, kata ya yang berada di awal kata maaf memiliki fungsi yang sama dengan kategori kelima. Inilah berbagai fungsi kata ya dalam percakapan bahasa Indonesia.
Discussion about this post