Ada banyak istilah yang berkaitan dengan sebutan untuk manusia sebagai mahkluk hidup di dalam bahasa Indonesia. Istilah itu ada yang tertuju untuk satu orang dan ada juga untuk kelompok. Beberapa kata penunjuk manusia yang ditujukan untuk satu orang yang sering kita dengar adalah manusia, orang, insan, sosok, dan tokoh. Beberapa kata penunjuk manusia yang ditujukan untuk kelompok adalah masyarakat, warga, penduduk, kaum, dan rakyat. Selain itu, identitas manusia juga dibedakan dengan jenis kelamin yang memiliki kata bersinonim dalam bahasa Indonesia, yaitu laki-laki, pria, perempuan, dan wanita.
Dalam edisi Klinik Bahasa kali ini, penulis akan memaparkan perbedaan dan konteks penggunaan berbagai istilah tersebut. Di dunia ini, ada tiga jenis mahkluk hidup, yaitu manusia, binatang atau hewan, dan tumbuhan. Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Berdasarkan perbedaan kategori, manusia memiliki banyak kata penunjuk yang berkaitan dengan identitasnya. Kata penunjuk untuk manusia bisa kita temukan di berbagai bacaan dan juga bisa kita dengar dari berbagai situasi percakapan lisan.
Di dalam karya sastra, misalnya, kita sering membaca istilah insan untuk merujuk pada sosok manusia. Untuk pembahasan yang lebih mendalam, penulis menggunakan Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai pedoman untuk memahami setiap istilah tersebut. Kemudian, penulis akan mengaitkannya dengan situasi yang sesuai dengan berbagai istilah itu.
Pertama, kata penunjuk manusia yang tertuju untuk satu orang, yaitu orang, insan, sosok, dan tokoh. Kata orang di dalam KBBI memiliki banyak makna, yaitu:
1. manusia (dalam arti khusus)
2. manusia (ganti diri ketiga yang tidak tentu)
kata orang dalam situasi ini digunakan ketika merujuk diri orang lain yang konteksnya lebih umum. Contoh kalimatnya: Kita tidak bisa percaya begitu saja kepada semua orang.
3. dirinya sendiri; manusianya sendiri
Kata orang dalam situasi ini digunakan ketika merujuk diri orang lain yang lebih spesifik atau seseorang yang identitasnya jelas. Contoh kelimatnya: Orangnya belum datang. Kata orangnya dalam kalimat ini tidak ditujukan secara umum, tetapi untuk sosok tertentu. Ini berbeda dengan makna kata orang di nomor 2.
4. kata penggolong untuk manusia
Kata penggolong dalam situsi ini bermakna sebagai hitungan atau jumlah. Kata orang ini, fungsinya sama seperti ekor, buah, lembar, batang, helai, pasang, unit¸ dan sebagainya. Contoh kalimatnya: Saya memiliki 2 orang kakak perempuan dan 1 orang adik laki-laki.
5. anak buah (bawahan)
kata orang dalam situasi ini berkaitan dengan seseorang yang bekerja dengan orang lain. Contoh kalimatnya: Jangan berurusan dengan dia. Dia adalah orangnya pimpinan di sini. Makna kata orang dalam kalimat ini adalah seseorang yang bekerja atau memiliki hubungan dekat dengan pimpinan.
6. rakyat (dari suatu negara); warga negara
Kata orang dalam situasi ini sebagai pengganti warga negara. Contoh kalimatnya: Saya sering bertemu dengan orang Korea.
7. manusia yang berasal dari atau tinggal di suatu daerah (desa, kota, negara, dan sebagainya.
8. suku bangsa
9. manusia lain; bukan diri sendiri; bukan kaum (golongan, kerabat) sendiri
Kata orang untuk situasi nomor 8 dan 9 berkaitan dengan asal-usul orang tersebut. Contoh kalimatnya: Teman baik saya adalah orang Padang.
10. cak karena (sebenarnya)
Istilah cak di dalam KBBI memiliki makna sebagai tuturan percakapan. Kata orang dalam situasi ini tidak berlaku untuk ragam bahasa formal, tetapi sering ditemukan dalam ragam percakapan. Contoh kalimatnya: Saya tidak tahu siapa saja yang datang, orang saya juga tidak hadir waktu itu. Kata orang di dalam kalimat ini bisa diganti dengan kata sebenarnya atau karena.
Kata insan bukanlah istilah yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun demikian, penggunaan kata insan tidak sesering kata lainnya yang berkaitan dengan manusia dalam berbagai situasi. Kata insan di dalam KBBI memiliki makna ‘manusia’. Dalam berbagai situasi penggunaan kata insan, penulis dapat menarik kesimpulan kapan kata itu dipakai untuk ‘seseorang’. Kata insan banyak ditemukan dalam karya sastra (puisi atau prosa) dan juga dalam topik yang berkaitan dengan agama atau sesuatu yang dipandang dalam sisi kejiwaan atau kerohanian. Oleh sebab itu, kata insan lebih ditujukan pada diri manusia yang dipandang secara pribadi atau rohaninya. Dengan demikian, kata insan memiliki nuansa yang lebih tinggi daripada kata manusia atau orang karena kata-kata ini tidak digunakan dalam situasi umum.
Selanjutnya, kata sosok. Kata sosok yang berkaitan dengan manusia di dalam KBBI memiliki makna ‘bentuk (rupa) tubuh: banyangan badan: tokoh; pribadi’. Berdasarkan makna yang ada di dalam KBBI tersebut, kata sosok cenderung digunakan untuk menggambarkan fisik atau peran yang berkaitan dengan keberadaan seseorang. Berikut ini adalah contoh kalimatnya:
- Dia sangat ketakutan ketika melihat sosok laki-laki yang berjalan ke arahnya.
- Anak itu sangat merindukan sosok seorang ayah yang telah lama hilang dalam hidupnya.
Kata selanjutnya adalah tokoh. Kata tokoh di dalam KBBI (yang berkaitan dengan pembahasan bahasa kali ini) memiliki makna ‘orang yang terkemuka dan kenamaan (dalam bidang politik, kebudayaan, dan sebagainya): sas pemegang peran (peran utama) dalam roman atau drama’. Di dalam KBBI, kata tokoh diberi label sas yang bermakna sastra. Artinya, kata ini digunakan dalam dunia sastra. Kita sering mendengar kalimat: Siapa tokoh utama di dalam novel tersebut? Kata tokoh di dalam kalimat ini tidak bisa digantikan dengan orang, insan, atau sosok karena keberadaannya sebagai suatu karya rekaan. Selain itu, di dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering mendengar istilah tokoh masyarakat, tokoh politik, dan sebagainya. Berdasarkan dua situasi ini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa kata tokoh dilekatkan pada manusia dalam konteks perannya, baik dalam kehidupan masyarakat, maupun di dalam karya sastra.
Selanjutnya, kita beralih ke kata penunjuk untuk manusia dalam konteks berkelompok (jumlahnya banyak). Kata-kata yang berkaitan dengan situasi ini adalah masyarakat, warga, penduduk, kaum, dan rakyat. Untuk analisis penggunaan yang lebih akurat, kita perlu melihat makna masing-masing dari kata tersebut di dalam KBBI. Kata masyarakat memiliki makna ‘sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama’. Kata warga memiliki makna ‘anggota (keluarga, perkumpulan, dan sebagainya): tingkatan dalam masyarakat; kasta’. Kata penduduk memiliki makna ‘orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negeri, pulau, dan sebagainya)’. Kata kaum memiliki makna ‘suku bangsa: sanak saudara; kerabat; keluarga; golongan (orang yang sekerja, sepaham, sepangkat, dan sebagainya’. Kata rakyat memiliki makna ‘penduduk suatu negara: orang kebanyakan; orang biasa, pasukan (bala tentara): anak buah; bawahan’.
Berdasarkan penjelasan makna yang terdapat di dalam KBBI, kata yang sering dianggap sama adalah masyarakat, warga, penduduk, dan rakyat. Keempat kata ini bisa ditambah dengan nama negara, yaitu masyarakat Indoneia, warga Indonesia, penduduk Indonesia, dan rakyat Indonesia. Kemudian, timbul pertanyaan, apa yang membedakannya?
Kata masyarakat bisa digunakan untuk sekelompok orang dengan kebudayaan yang sama, seperti masyarakat Minangkabau, masyarakat Jawa, dan masyarakat Batak. Kata penduduk bisa kita gunakan dalam konteks domisili meskipun tidak memiliki kebudayaan yang sama. Contoh yang sering kita dengar adalah penduduk Kota Padang, penduduk kampung tersebut, dan penduduk kota ini.
Kata penduduk dilekatkan pada kelompok orang yang menetap di suatu daerah yang sama. Apa perbedeaan frasa masyarakat Jawa dengan penduduk Jawa? Perbedaannya terletak pada identitas orangnya. Frasa masyarakat Jawa digunakan untuk orang-orang yang memiliki kebudayaan Jawa. Contoh kalimatnya: Di pulau itu, banyak masyarakat Jawa yang berdatangan untuk mencari pekerjaan. Frasa masyarakat Jawa digunakan sebagai rujukan orang-orang dengan kebudayaan yang sama, meskipun pada saat itu mereka sedang tidak berada di Pulau Jawa. Hal ini berbeda dengan penduduk Jawa. Sesungguhnya, frasa penduduk Jawa secara sempurna ditulis penduduk Pulau Jawa. Frasa ini memiliki makna semua orang yang tinggal di Pulau Jawa (bisa jadi orang dengan kebudayaan Jawa atau pendatang dengan kebudayaan lainnya tetapi juga menetap di Pulau Jawa).
Kata selanjutnya adalah warga. Kata warga ini ditujukan pada sekelompok orang yang terikat suatu ikatan secara resmi, legal, atau berdasarkan kesepakatan bersama. Contoh frasa yang bisa mewakili makna ini adalah warga Indonesia atau warga Korea. Kata warga ini digunakan untuk orang-orang yang secara legal diakui sebagai orang dengan identitas dari negara tersebut. Oleh sebab itu, kita mengenal istilah kewarganegaraan, Warga Negara Indonesia (WNI), dan Warga Negara Asing (WNA). Selain itu, sebagai suatu ikatan kelompok yang secara legal atau berdasarkan kesepakatan bersama, kita mengenal kelompok Rukun Warga (RW) sebagai kelompok-kelompok yang berada dalam satu kelurahan.
Kata selanjutnya adalah rakyat. Kata rakyat memiliki nuansa yang sedikit berbeda sebab kata ini kerap digunakan dalam konteks kesadaraan kolektif, kedekatan hubungan, atau kebersamaan. Contoh kalimatnya adalah: Kami seluruh rakyat Indonesia sangat bangga dengan prestasi yang diraih oleh atlet bulu tangkis Indonesia. Kata rakyat sangat tepat digunakan untuk konteks ini karena ada nuansa makna ‘kedekatan hubungan’, ‘kesadaran kolektif’, atau ‘ikatan kebersamaan’, yang tidak dipandang berdasarkan kategori ikatan legal atau tempat tinggal. Oleh sebab itu, kita sering mendengar istilah pesta rakyat, permainan rakyat, cerita rakyat, dan dari rakyat untuk rakyat. Berbeda dengan kata masyarakat, warga, penduduk, dan rakyat, kita masih memiliki kata kaum. Kata ini digunakan untuk sekelompok orang yang memiliki persamaan. Persamaan itu bisa dalam ruang lingkup yang besar, maupun kecil. Persamaan tersebut bisa dibentuk secara khusus, bisa juga terbentuk dengan sendirinya karena sering beraktivitas bersama. Contoh frasa yang sering kita dengar adalah kaum muda, kaum milenial, kaum intelektual, kaum Muslim, kaum bangsawan, dan kaum aristokrat. Kata kaum ini bisa menaungi sekelompok orang meskipun mereka tidak menetap di suatu wilayah yang sama. Contoh kalimatnya: Selamat Idulfitri untuk seluruh kaum Muslim di Indonesia. Frasa kaum muslim digunakan untuk semua orang yang beragama Islam.
Orang-orang yang dimaksud tersebut tersebar di seluruh Indonesia bukan hanya penduduk di suatu daerah. Akhir-akhir ini, di media sosial, kita juga sering mendengar istilah kaum rebahan. Frasa ini digunakan untuk orang-orang yang gemar berdiam diri di rumah atau orang-orang yang sering bersantai di tempat tidurnya. Orang-orang tersebut tidak mesti menetap di suatu daerah yang sama, yang penting melakukan aktivitas yang sama sebagai golongan dari kelompok tersebut. Oleh sebab itu, kata ini tidak bisa diikuti oleh nama kota atau negara, seperti kaum Indonesia. Hal ini disebabkan oleh syarat ikatan orang-orang tersebut bukan berdasarkan wilayah, melainkan berdasarkan ciri khas, pemahaman, atau aktivitas yang sama. Namun demikian, kita perlu berhati-hati untuk ciri jamak yang dimiliki oleh kata-kata ini. Kata masyarakat, warga, penduduk, kaum, dan rakyat sudah menunjukkan makna ‘jumlah yang banyak’. Oleh sebab itu, kita tidak perlu menggunakan kata para di depannya.
Selain berbagai istilah yang telah dituliskan ini, manusia juga dibedakan atas jenis kelaminnya. Untuk klasifikasi ini, kita mengenal istilah wanita, perempuan, laki-laki, dan pria. Berikut adalah makna dari masing-masing kata tersebut yang terdapat di dalam KBBI. Kata perempuan memiliki makna ‘orang (manusia) yang mempunyai vagina, biasanya dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, atau menyusui; wanita; puan: istri; bini: betina (khusus hewan)’, kata wanita memiliki makna ‘perempuan dewasa’, kata laki-laki memiliki makna ‘orang (manusia) yang mempunyai zakar, kalau dewasa mempunyai jakun dan adakalanya berkumis: jantan (untuk hewan): orang yang mempunyai keberanian; pemberani’, dan kata pria memiliki makna ‘laki-laki dewasa. Apa yang membedakan penggunaan keempat istilah ini? Di dalam kehidupan sehari-hari, kata perempuan dan laki-laki memiliki cakupan yang lebih luas atau lebih umum dibandingkan kata wanita dan pria. Sebagian besar istilah yang menggunakan jenis kelamin bisa diwakilkan dengan kata perempuan dan laki-laki, tetapi tidak untuk kata wanita dan pria.
Kata wanita dan pria cenderung digunakan dalam konteks kelompok sosial atau dunia kerja, seperti kalimat: Indonesia pernah memiliki seorang presiden wanita. Oleh sebab itu, dalam beberapa instansi atau lembaga kita mendengar istilah darma wanita atau dharma wanita bukan dharma perempuan. Ini tidak bisa digantikan dengan kata perempuan karena konteksnya sebagai nama diri. Akan tetapi, untuk penggunaan secara umum, kata perempuan bisa mewakili berbagai banyak kondisi yang berkaitan dengan jenis kelamin. Hal ini bisa kita lihat dalam contoh frasa anak perempuan, adik perempuan, kakak perempuan, anak laki-laki, adik laki-laki, dan anak laki-laki. Berbagai frasa ini tidak bisa digantikan dengan kata wanita dan pria. Inilah berbagai istilah yang berkaitan dengan sebutan untuk manusia.
Discussion about this post