
Padang, Scientia.id – Setiap mahasiswa berhak mendapatkan fasilitas akademik yang layak untuk menunjang kelancaran studi. Ironisnya, keluhan mengenai fasilitas yang tidak memadai terus menjadi “lagu lama” di kalangan mahasiswa.
Hal inilah yang dirasakan oleh mahasiswa di Kampus 2 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol yang berlokasi di Lubuk Lintah. Berdasarkan kondisi yang terlihat dan dialami langsung oleh mahasiswa, terdapat sejumlah persoalan utama:
Cat gedung serbaguna, masjid kampus, dan gedung perkuliahan sudah pudar dan mengelupas, bahkan beberapa bagian ditumbuhi rumput liar.
Banyak AC dan kipas angin di ruang kelas tidak berfungsi, membuat suasana belajar sangat panas dan tidak nyaman, terutama saat perkuliahan 3 SKS.
Jalan menuju kampus retak dan berlubang, sehingga banyak mahasiswa menjadi korban kecelakaan, termasuk di area gerbang dan depan Blok M.
Minimnya fasilitas WC di setiap gedung, bahkan ada gedung yang tidak memiliki WC sama sekali. Selain itu, banyak pintu WC yang rusak dan tidak layak digunakan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kampus adalah lingkungan bangunan perguruan tinggi tempat seluruh kegiatan belajar, mengajar, dan administrasi berlangsung. Namun, bagaimana proses belajar dapat berjalan optimal jika mahasiswa disuguhkan dengan pemandangan gedung yang kusam dan cat yang mengelupas? Kondisi lingkungan yang tidak terawat tentu menurunkan kenyamanan dan motivasi belajar.
Di beberapa ruang kelas, seperti Gedung H lantai 2, kipas angin berputar tetapi tidak menghasilkan angin. Saat ditanyakan kepada petugas, dijelaskan bahwa perangkat tersebut memang sudah rusak sejak lama. Jika fasilitas pendingin ruangan berfungsi dengan baik, mahasiswa tentu bisa berdiskusi, mengerjakan tugas, dan mengikuti perkuliahan dengan lebih nyaman.
Masalah lainnya adalah ketersediaan WC yang tidak memadai. Ada dosen yang bahkan memaklumi mahasiswi untuk pergi ke WC dengan ditemani teman, karena pintu banyak yang rusak dan dikhawatirkan dapat memicu potensi pelecehan. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.
Selain itu, jalan berlubang menuju dan dari kampus sangat membahayakan, karena sudah banyak mahasiswa yang terjatuh akibat kerusakan jalan tersebut. Mahasiswa berharap pihak kampus segera memperbaikinya.
Sekretaris PMII Rayon Tarbiyah, Muhammad Fauzan, menyampaikan bahwa isu fasilitas kampus ini telah berkali-kali disampaikan kepada pihak kampus melalui audiensi, aksi demonstrasi, hingga forum-forum resmi. Namun hingga kini, belum terlihat hasil yang signifikan.
Fauzan menuturkan bahwa dalam salah satu forum Diklat Kepemimpinan Lanjut, pihak kampus melalui bidang kemahasiswaan meminta mahasiswa untuk bersabar karena kampus sedang berada dalam masa transisi kepemimpinan. Padahal, isu fasilitas ini sudah lama dibahas, namun respons kampus dinilai sangat minim.
Ia juga menyoroti perbedaan mencolok antara kondisi Kampus 2 dan Kampus 3 UIN IB di Sungai Bangek, yang pembangunannya berjalan pesat dengan fasilitas yang lebih elit. Ketimpangan ini memicu kecemburuan sosial di kalangan mahasiswa.
Fauzan berharap seluruh kendala fasilitas di Fakultas Tarbiyah dapat segera dibenahi agar proses belajar mengajar berjalan efektif dan tidak menimbulkan kesenjangan di antara mahasiswa.
“Persoalan fasilitas kampus adalah keresahan kita bersama. Kami berharap pihak kampus segera menyelesaikan seluruh persoalan ini,” tutupnya. (*)
Muhammad Fauzan
Sekretaris PMII Rayon Tarbiyah dan Keguruan.









