![Anggota DPRD Sumbar, Firdaus.[foto : sci/yrp]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/09/FB_IMG_1748595548495.jpg)
Hingga pukul 11.48 WIB, pengamatan di Marunggi, Kota Pariaman, menunjukkan suhu mencapai 31 derajat Celsius, termasuk kategori panas ringan. Kondisi ini membuat masyarakat merasakan dampak langsung berupa rasa gerah, kelelahan, dan berkurangnya kenyamanan beraktivitas di luar ruangan.
Firdaus menilai, fenomena ini tidak hanya soal cuaca, tetapi juga menyangkut ketahanan lingkungan dan kesehatan masyarakat.
“Kita harus mulai menyadari bahwa perubahan suhu ekstrem seperti ini adalah sinyal penting bagi pemerintah daerah untuk memperkuat kesiapan menghadapi perubahan iklim. Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, kondisi panas juga berpotensi mengganggu ketersediaan air bersih di beberapa nagari,” ujarnya kepada Scientia, Kamis pagi.
Politisi PKB itu mengingatkan agar masyarakat, terutama anak-anak, lansia, dan pekerja lapangan, lebih waspada terhadap risiko dehidrasi dan kelelahan panas (heat exhaustion).
“Suhu di atas 30 derajat cukup berisiko jika aktivitas dilakukan di bawah matahari langsung. Warga sebaiknya memperbanyak minum air putih, memakai pakaian longgar dan berwarna terang, serta menghindari terik matahari pada pukul 10.00–15.00 WIB,” katanya.
Firdaus menekankan bahwa menjaga kesehatan di tengah kondisi panas ekstrem bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga perlu dukungan lingkungan yang sehat. Ia mendorong masyarakat untuk memperkuat kesadaran menjaga sumber air dan tidak membuang sampah sembarangan agar kualitas lingkungan tetap terjaga.
Lebih jauh, Firdaus menyoroti bahwa suhu panas yang meningkat setiap tahun merupakan indikasi perubahan iklim yang mulai terasa di daerah pesisir Sumatera Barat. Ia menilai perlu ada kebijakan nyata untuk memperluas ruang hijau dan menjaga kawasan resapan air, terutama di Kota Pariaman yang mengalami pertumbuhan pembangunan cukup pesat.
“Jangan sampai kita hanya bereaksi setelah dampaknya terasa. Pemerintah daerah harus proaktif melakukan penanaman pohon, menjaga kawasan pantai, dan memastikan pasokan air bersih tetap stabil di tengah cuaca panas,” tegasnya.
Firdaus berharap tetap siaga dan beradaptasi dengan bijak.
“Ini momentum bagi kita untuk lebih sadar lingkungan. Mulai dari pola hidup sehat, pengelolaan air bersih, hingga menjaga keseimbangan alam agar masyarakat tidak mudah terdampak perubahan cuaca ekstrem,” ujarnya.
Berikit klasifikasi Suhu dan Dampak terhadap kesehatan:
1. < 20°C: Sejuk – Nyaman, namun berisiko bagi penderita penyakit pernapasan.
2. 20–27°C: Hangat – Ideal untuk aktivitas luar ruangan.
3. 28–33°C: Panas ringan – Potensi dehidrasi, kelelahan, dan kulit terbakar jika terpapar matahari langsung.
4. > 33°C: Panas ekstrem – Risiko tinggi terhadap heatstroke dan gangguan jantung bagi kelompok rentan.(yrp)
 
			![Anggota DPRD Sumbar, Firdaus.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/09/IMG-20230522-WA0086_1-120x86.jpg)
![Ketua DPW PKB Sumbar, Firdaus.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/09/IMG-20240910-WA00042_1-120x86.jpg)






![Anggota DPRD Sumbar, Firdaus.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/09/IMG-20230522-WA0086_1-75x75.jpg)

