Sabtu, 01/11/25 | 15:17 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Realitas Lucu dalam Puisi “Mbeling” Karya Remy Silado

Minggu, 07/9/25 | 11:31 WIB

Oleh: Faathir Tora Ugraha
(Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

 

Remy Sylado merupakan penyair yang mencetuskan puisi “Mbeling”. Mbeling dalam KBBI memiliki arti nakal. Puisi Mbeling diartikan sebagai bentuk-bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan konvensional. Aturan puisi di sini adalah ketentuan-ketentuan yang umumnya berlaku dalam penciptaan puisi (Suharianto 2005: 49-54). Remy Sylado kerap menggunakan susunan kata yang cenderung sederhana dan lucu, tetapi membentuk sebuah makna yang mewakili realitas yang ada dalam masyarakat. Beberapa puisinya terdapat dalam kumpulan puisi Mbeling dan diunggah oleh Tempo pada tanggal 13 Desember 2022 lalu. Puisi tersebut memungkinkan para pembaca untuk memberikan kritik dan kesan setelah membaca puisinya tanpa membeli bukunya.

BACAJUGA

No Content Available

Beberapa judul yang diunggah seperti Olahraga, Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan, Menyingkat Kata, Jerit Sandal Jepit, Meretas di Atas Batas, Dua Daya, Percakapan Rahasia, dan Sundanologi memiliki karakteristik penulisan yang sama. Hal tersebut merupakan cara unik penulis untuk bersifat ekspresif dalam berpuisi. Puisi-puisinya bertemakan gambaran kehidupan yang nakal, kurang ajar, sukar diatur, dan suka berontak.

Puisi berjudul Olahraga yang dapat dibaca pada situs membandingkan kondisi kehidupan di kota dan di desa. Perbandingan dalam puisi ini disebutkan bahwa orang kota mengangkat barbel di fitness centre, sedangkan di desa orang-orang masih memacul tanah di sawah ladang. Orang kota hidup sehat karena anjuran, sedangkan orang desa menemukan sehat karena terlanjur. Perbedaan ini tentu saja didasari oleh realitas orang-orang kota yang selalu bekerja dari jam 9 hingga jam 5 hingga tak dapat menjaga kesehatan karena jarang berolahraga. Mereka dianjurkan untuk berolahraga demi menjaga kesehatan, sedangkan orang desa yang terlanjur memacul tanah mengeluarkan keringat untuk bertahan hidup dan mencari makan dan kesehatan terjaga. Perbandingan ini tentu saja memberitahu bagaimana orang-orang kota seringkali mengabaikan kesehatan demi mencari uang. Sebaliknya, karena mencari uang, orang-orang di desa masih bergantung pada hasil alam yang dikelola sendiri dan dapat menjaga kesehatan.

Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan merupakan lelucon tersirat yang berbentuk puisi. Puisi ini memberitahu bahwa manusia sangatlah membutuhkan privasi. Dengan susuan kata yang lucu, sangat diyakini bahwa orang-orang akan tertawa ketika membaca puisi ini. Remy Sylado mengungkapkannya dengan “jika kawan kawin, ya jangan ngintip”. Larik tersebut memang sedikit rancu. Bisa saja artinya memang ajakan untuk tidak mengintip. Tapi bisa saja artinya adalah harapan kepada orang di negara ini harap saling menjaga privasi karena itu adalah hak asasi manusia.

Puisi Menyingkat Kata, menyebutkan bahwa orang-orang Indonesia seringkali menyingkat kata wr. wb. maka rahmat yang diberikan oleh Tuhan seringkali juga singkat dan tak utuh. Meskipun kasus yang dicontohkan dalam puisi sangat sederhana, tetapi hal itu adalah yang sering dianggap remeh orang-orang. Mungkin dalam tafsiran sederhana, orang-orang sering lupa dengan pekerjaan yang seharusnya dipenuhi sebagaimana mestinya hingga berdampak pada hasil yang didapatkan.

Puisinya berjudul Dua Daya mengkritik keras praktik yang terlaksana pada negara ini. Pekerjaan yang memungkinkan orang untuk melakukan praktik korupsi terbesar di negara ini adalah menjadi pejabat. Sangat betul jika disebutkan dalam puisi bahwa koruptor memperdayakan masyarakat. Berbanding terbalik dengan para motivator yang seringkali membuat rakyat mencari jati diri untuk dikembangkan. Meskipun hanya berbeda satu huruf antara kata “memberdayakan” dan “memperdayakan”, perbedaan kata tersebut terlihat jika dipraktikkan. Kata “memberdayakan” memiliki makna menjadikan seseorang berdaya, memiliki kemampuan, dan meningkatkan potensi. Akan tetapi, “memperdayakan” cenderung memiliki makna negatif, antara lain menjerat, menipu, serta mempermainkan sasaran dengan kemampuan yang dimiliki. Itulah yang terjadi di Indonesia pada saat ini seperti puisi Remy Silado berikut.

Dua Daya

motivator
berbicara tentang
memberdayakan rakyat
koruptor
berbicara tentang
memperdayakan rakyat.

Penyair yang memiliki ciri khas seperti Remy Sylado menunjukkan kepada pada pembaca bahwa puisi tidak harus memiliki kata-kata yang menggetarkan dan meluluhkan hati, tetapi juga bisa sederhana. Makna yang tersirat dalam puisi-puisi mbeling Remy Sylado kerap nakal dan lucu, tetapi sederhana. Hal itu tidaklah melanggar aturan berpuisi karena sejatinya puisi bersifat ekspresif dan merupakan aktualisasi diri penyair. Sayangnya, akan banyak orang mengeyampingkan dan merenungkan makna yang tersirat dalam puisi tersebut karena seringkali merasa dihibur oleh penulis.

Tags: #Faatir Tora Ugraha
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Adli Maul

Berita Sesudah

Ini 10 Orang Terkaya di Indonesia, Siapa Saja?

Berita Terkait

Lari Pagi atau Sore, Mana yang Lebih Efektif ?

Lari Pagi atau Sore, Mana yang Lebih Efektif ?

Minggu, 26/10/25 | 11:27 WIB

Oleh: Muhammad Afif  (Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia dan Mahasiswa Departemen Teknik Sipil Universitas Andalas)   Beberapa tahun terakhir, olahraga lari...

Puisi-puisi M. Subarkah

Ketika Bahasa Daerah Mulai Sunyi, Siapa yang Menjaga?

Minggu, 26/10/25 | 10:29 WIB

Oleh: M.Subarkah (Mahasiswa Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas)   Bahasa daerah adalah warisan yang tidak hanya layak dikenang, tetapi harus...

Perlawanan terhadap Lupa dalam Novel “Laut Bercerita”

Perlawanan terhadap Lupa dalam Novel “Laut Bercerita”

Minggu, 26/10/25 | 10:17 WIB

Oleh: Ghina Rufa’uda (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)   Dan yang paling berat bagi semua orang...

Perbedaan Tren Skena dan Kalcer

Perbedaan Tren Skena dan Kalcer

Minggu, 19/10/25 | 23:58 WIB

Oleh: Aprinalia Pratiwi (Mahasiswa MKWK Bahasa Indonesia dan S1 Teknik Lingkungan Universitas Andalas)   Dalam derasnya arus perkembangan zaman, manusia...

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Identitas Lokal dalam Buku Puisi “Hantu Padang” Karya Esha Tegar

Minggu, 19/10/25 | 23:23 WIB

Oleh: Sabina Yonandar (Mahasiswi Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   “Hantu Padang” adalah salah satu buku antalogi puisi...

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Jejak Peranakan Tionghoa dalam Sastra Indonesia

Minggu, 12/10/25 | 12:34 WIB

Oleh: Hasbi Witir (Mahasiswa Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas) Banyak dari kita mungkin beranggapan bahwa sejarah sastra Indonesia modern dimulai...

Berita Sesudah
Ini 10 Orang Terkaya di Indonesia, Siapa Saja?

Ini 10 Orang Terkaya di Indonesia, Siapa Saja?

POPULER

  • Lari Pagi atau Sore, Mana yang Lebih Efektif ?

    Lari Pagi atau Sore, Mana yang Lebih Efektif ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Istilah-istilah Khusus dalam Mazhab Syafi’i

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • BMKG: Suhu Panas di Pariaman Capai 33,5 Derajat dan Minim Potensi Hujan Hingga Awal November

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cuaca Panas di Pariaman Capai 31 Derajat, Firdaus Imbau Warga Jaga Kesehatan dan Ketersediaan Air Bersih

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024