
Padang, Scientia.id – Menyusul terungkapnya kasus pencabulan yang dilakukan seorang lansia terhadap anak yatim di bawah umur di Kota Pariaman, Ketua DPW PKB Sumbar, Firdaus mengingatkan bahwa kejadian ini adalah cerminan lemahnya sistem perlindungan sosial di tengah masyarakat.
Menurut Firdaus, selain penegakan hukum yang tegas, pemerintah daerah dan masyarakat harus mulai serius membangun sistem Perlindungan Anak yang lebih menyeluruh, termasuk penguatan deteksi dini terhadap potensi kekerasan seksual.
“Kita tidak bisa terus-menerus hanya bereaksi setelah kejadian. Diperlukan sistem yang mampu mendeteksi lebih awal kondisi rawan seperti ini, terutama bagi anak-anak yang hidup tanpa pendampingan orang tua,” jelas Firdaus pada Scientia.id, Kamis (26/6).
Firdaus juga menyoroti perlunya peran aktif keluarga, masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat dalam mengawal lingkungan sosial yang aman dan ramah anak. Ia mendorong adanya sinergi antara pemerintah dan lembaga sosial seperti P2TP2A untuk memberi pendampingan psikologis bagi korban serta melakukan edukasi kepada masyarakat.
“Anak-anak adalah masa depan bangsa. Kalau kita biarkan predator berkeliaran di sekitar mereka, maka kita telah gagal sebagai orang dewasa,” ungkap Firdaus.
Baca Juga: Firdaus Desak Hukuman Maksimal bagi Pelaku Cabul Anak Yatim di Pariaman
Firdaus juga menyatakan komitmen PKB sumber untuk mendorong lahirnya regulasi perlindungan anak di tingkat daerah yang lebih kuat, tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga strategis dan berorientasi jangka panjang.
“Kami akan kawal agar Sumatera Barat memiliki payung hukum yang kuat dalam perlindungan anak. Tidak boleh ada lagi korban berikutnya. Kita harus tegas, pompa dan bertindak sebelum terlambat,” pungkas Firdaus.