Bukittinggi, Scientia.id – Tentang pacuan kuda, tentunya nama gelanggang Bukik Ambacang di Kota Bukittinggi tak kan bisa dilupakan.
Gelanggang pacuan kuda Bukik Ambacang, telah ikut membesarkan dunia berkuda Ranah Minang. Telah ada sejak 1889, tentunya gelanggang kebanggaan Rang Agam dan Rang Kurai tersebut, telah menjadi ikon dengan sejarah yang mengikutinya.
“Karena kaya sejarah dan tradisi yang melegenda, tentunya menjadi tanggung jawab bersama untuk kita semua merawat dan melestarikannya,” kata Fauzan Haviz, seorang pelaku yang terlibat dalam dunia berkuda di Kota Bukittinggi, maupun di pentas nasional dan internasional.
Ketua DPD Partai Ummat Kota Bukittinggi itu menyebutkan, meski berusia nyaris satu abad, namun banyak hal yang harus dibenahi dari gelanggang tersebut.
“Harus diakui, meski telah cukup tua, namun masih banyak hal yang harus dibenahi dari gelanggang pacu kuda Bukik Ambacang,” imbuhnya.
Menurut Fauzan, selain berada di tanah ulayat, juga ukurannya yang jauh dari standar.
“Untuk standar nasional standar lintasannya adalah 1.400 m, sementara untuk standar internasional panjang lintasannya adalah 1.800 m. Tapi di Bukik Ambacang, panjang lintasannya hanya 800 m,” sebutnya menguraikan.
Pacu kuda yang belakangan menjadi olahraga yang elit dan mahal dengan peminat yang sangat fantastis, harusnya bisa terus dikembangkan.
Hal itu perlu dilakukan, agar praktisi olahraga berkuda di Kota Bukittinggi juga Ranahminang bisa pula menikmati kebesaran dari olahraga itu, baik secara gengsi juga ekonomi.
Fauzan bercerita, di Inggris, ivent London Derby telah berlangsung selama 350 tahun yang tak terjeda sama sekali meski ada perang dunia.
Di Jepang, Iven pacuan kuda yang digelar setiap akhir pekan, kata Fauzan. penontonnya mencapai 150.000 orang.
“Sementara di Melbourne Cup, Australia bahkan pacuan kuda digelar tiap hari kecuali Selasa,” ucapnya.
Bahkan ivent berkuda di Riyadh bertajuk Saudi Cup, hadiahnya mencapai 20 juta dollar.
Baca juga: Bukittinggi–Agam Bakal Gelar Pacu Kuda Wisata Derby Tahun 2025
“Jadi, sudah saatnya kita kembali membesarkan pacuan kuda di Bukik Ambacang,” kata Fauzan Haviz mengakhiri. (*)