JAMBI, Scientia – Program makan bergizi dan susu gratis yang digagas presiden dan wakil presiden terpilih 2024-2029 menjadi sosotan publik.
Pasalnya, program yang ditawarkan Prabowo-Gibran ini bakal meningkatkan jumlah kebutuhan protein hewani nasional. Sementara tingkat produksi susu dalam negeri masih sangat rendah.
“80 persen susu yang kita konsumsi saat ini masih impor,” kata Plt Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy saat kunjungan kerja di Jambi, Selasa (15/10) lalu.
Menurutnya, Indonesia setidaknya membutuhkan 1,65 juta ekor sapi perah tambahan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah satunya untuk menyukseskan program makan bergizi dan susu gratis.
Kendati ini sebagai tantangan besar, bagi Audy program makan bergizi dan susu gratis ini juga sekaligus peluang. Terutama bagi pengusaha komoditas pangan sumber protein hewani seperti ayam, telur, dan susu.
BACA JUGA: Audy Sorot Peluang dan Tantangan Kebutuhan Protein Hewani Nasional
Apalagi, tingkat konsumsi daging ayam per kapita per tahun di Indonesia masih sangat rendah. Jumlah rata-ratanya masih jauh di bawah Malaysia yang menyentuh di angka 44 kilogram.
Dengan demikian, program makan bergizi dan susu gratis nantinya bisa dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan konsumsi daging ayam di Tanah Air.
“Ini adalah berkah tersembunyi yang harus dioptimalkan oleh seluruh sarjana dan pelaku usaha peternakan di seluruh Indonesia,” tegas Ketua Umum Perkumpulan Insinyur dan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) itu.
Ia memaparkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), tingkat konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia tahun 2019 sebanyak 5,7 kilogram per kapita per tahun, lalu tahun 2022 naik menjadi 7,15 kilogram dan tahun 2023 naik sebesar 4,3 % menjadi 7,46 kilogram.
“Artinya konsumsi daging ayam per orangnya dalam setahun di Indonesia baru mencapai 7,46 kilogram. Itu jauh lebih rendah dibanding Malaysia,” ujarnya.*