Padang, Scientia – “Jika kurang cerdas maka dapat diselesaikan dengan belajar. Jika kurang cakap, pengalaman akan menyempurnakannya. Namun, jika tidak jujur, sulit dicarikan penyelesaiannya”. Sepenggal kata – kata Bung Hatta tersebut menjadi pegangan Bagi Dr. Elly Delfia, S.S., M.Hum dalam menjalani proses kehidupan, sehingga hal itu mengahantarkannya pada pencapaian yang sangat luar biasa.
“Kata-kata Bung Hatta itu saya pikir sangat baik dijadikan pegangan, terutama dalam menjalani kehidupan. Kita bisa belajar, kita bisa terus mencari pengalaman dengan tetap fokus agar setiap kebimbangan orang-orang di sekeliling dapat diatasi. Namun, yang lebih penting itu adalah kejujuran karena kata itu menentukan truth atau kepercayaan orang pada kita. Tetaplah fokus dan jangan dengarkan kata-kata yang mengganggu tujuan Anda,” ujar Dr. Elly Delfia.

Dr. Elly Delfia adalah anak pertama dari pasangan Ibu Nurhasni dan Bapak Aziz Sutan Bendang yang baru saja dilantik sebagai Sekretaris Lembaga Penjamin Mutu (LPM) Universitas Andalas (Unand). Dia merupakan sosok perempuan yang dikenal pekerja keras, berdedikasi dan penuh tanggung jawab.
Baginya, proses adalah modal utama untuk mencapai sebuah tujuan. Dari proses, seseorang ditempa atau dilatih sampai ia menjadi teruji. Baik dari aspek ilmu pengetahuan, keahlian, atau keterampilan.
“Semua butuh proses, dalam proses itu kita jatuh bangun dan hasilnya akan menentukan siapa kita,” ujar Elly Delfia.
Raihan yang dicapai Elly tidak tumbuh dari proses yang biasa – biasa saja dan juga tidak mudah. Berbagai dan tantangan pun telah ia lalui sejak kecil. Terutama dalam menempuh jenjang pendidikan.
Meskipun demikian, tantangan itu tidak menyurutkan langkah Elly dalam menggapai cita – cita. Motivasi yang kuat menghantarkan ia untuk bisa melaluinya dengan baik.
Itu semua dibuktikan dengan capaian prestasi yang diraihnya pada saat duduk dibangku SD 48 Lubuk Napa, Kabupaten Padang Pariaman dengan selalu menjadi juara kelas. Begitu juga saat menjalani pendidikan di SLTP III VII Koto Sungai Sariak (sekarang SMPN I Patamuan).
“Karena suka membaca, saya selalu membawa buku pustaka ke rumah dan apa yang saya lakukan itu hanya diperhatikan oleh Bapak Kepala Sekolah. Kalau mengingat hal itu saya sering tersenyum sendiri, karena waktu itu saya masih SD,” ujarnya.
Selepas SD, ia melanjutkan ke SLTP III VII Koto Sungai Sariak. Semangat belajarnya tidak pernah kendor dan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Waktu itu, ia mengaku sudah mulai suka membaca sastra dan menulis. Namun saat itu, belum terpikirkan untuk menulis sebuah karya yang bisa diterbitkan di media massa.
Setelah lulus di SLTP III VII Sungai Sariak ia melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Pariaman. Waktu itu hampir saja dirinya tidak jadi melanjutkan ke SMA, karena saat mau ujian kelulusan ia tidak menemukan buku-bukunya di rumah.
“Ternyata buku-buku tersebut disimpan oleh ibu saya, karena waktu itu ia khawatir soal biaya pendidikan, jika saya akan melanjutkan ke SMA. Tapi saya tidak menyerah, saya tetap ikut ujian untuk kelulusan SMP dan kemudian melanjutkan pendidikan di SMA 2 Pariaman,” ucapnya.
Menempuh pendidikan di SMA 2 Pariaman Elly Delfia masuk sebagai salah seorang siswa berprestasi. Hal tersebut dibuktikan, sejak kelas 1 hingga kelas 3 ia selalu masuk peringkat tiga besar di kelas, dan pada akhirnya ia diterima sebagai mahasiswa Universitas Andalas Tahun 2002 melalui jalur PMDK atau undangan di Jurusan Sastra Indonesia.
“Saat lulus PMDK di UNAND, teman-teman saya sempat melarang mengambil jurusan Sastra Indonesia, dengan alasan saat SMA saya berada di kelas IPA. Teman-teman menilai jurusan itu tidak bagus dan tidak ada masa depan. Namun, bagi saya jurusan itulah yang terbaik karena saya suka membaca dan menulis. Termasuk membaca novel dan puisi,” katanya.
Saat kuliah, ia mulai aktif menulis dan juga aktif berorganisasi. Keduanya dilakukan tanpa lelah dan selalu fokus pada tujuan. Hasilnya beasiswa dari tahun ke tahun datang silih berganti. Mulai dari beasiswa PPA, SCTV, dan terakhir beasiswa Bank Indonesia.
Bahkan waktu akan tamat kuliah, Dr. Zulqayyim, M.Hum. yang waktu itu Wakil Dekan III Fakultas Sastra (sekarang FIB,red) menanyakan padanya apakah serius mau cepat tamat karena beasiswanya masih banyak. Ia menjawab serius karena masa depan baginya justru dapat diraih setelah tamat kuliah.
Waktu kuliah tersebut, Elly selalu melatih dirinya dalam menulis. Baik dalam bentuk cerita pendek, naskah drama, puisi maupun artikel populer. Setiap tulisannya dikirim ke berbagai media massa yang ada di Sumbar. ia memanfaatkan honor tulisan yang didapat untuk melengkapi kebutuhan harian sebagai mahasiswa.
Selain menulis, ia juga berwirausaha dengan berjualan makanan tradisional, seperti kacang tujin dan aneka kerupuk. Dagangannya dimasak saat malam hari ketika dirinya sudah pulang kuliah dan pagi harinya dititipkan di warung-warung sekitar kampus.
“Jadi setiap proses saya lalui dengan tekad yang kuat, pantang menyerah, dan penuh rasa bertanggung jawab dari setiap apa pun yang saya lakukan, termasuk melatih diri dalam berorganisasi,” ujar Dewan Pembina Forum Lingkar Pena Sumbar tersebut.
Kecintaannya dalam menulis, naskah drama dengan judul Perempuan dalam Keranda Kaca berhasil mengantarkan Elly masuk nominasi 15 naskah terbaik se- Indonesia, dalam Iven Women Playright yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahun 2006 lalu.
Selain itu, sejumlah karyanya telah diterbitkan dalam bentuk buku kumpulan cerpen dengan judul Musim Manggaro, Kupu-Kupu Banda Mua, dan Linguistik dalam Bingkai Kekinian. Kemudian ada juga Antalogi Puisi Dua Episode Pacar Merah, Sepanjang Jalan Koridor dan kumpulan cerpen yang ditulis bersama dengan penulis lainnya di Sumbar.
Setamat S1 tahun 2006, Elly langsung ditugaskan mengajar menjadi dosen Luar Biasa (LB) di FIB UNAND. Selain mengajar di kampus ia juga menjadi tenaga pengajar di Bimbingan Belajar (Bimbel) di Primagama dan Nurul Fikri.

Tahun 2008 ia kemudian melanjutkan studi S2 Linguistik di Universitas Andalas (UNAND), dan tamat pada tahun 2010. Selanjutnya, tahun 2010 ia mengikuti ujian CPNS dan diterima sebagai dosen tetap di FIB, Universitas Andalas.
“Setelah bekeluarga saya melanjutkan S2, saat itu saya masih aktif mengajar Bimbel, dan menulis untuk media harian. Salah satunya di Haluan,” ujar istri dari Rudi Antono, Wartawan Utama Dewan Pers itu.

Tahun 2015, Elly ditugaskan mengajar ke Korea tepatnya di Busan University Foreign Studies selama empat tahun. Selama mengajar di Korea ia menggunakan tiga bahasa untuk berkomunikasi dengan mahasiswa di sana, yaitunya Bahasa Inggris, Indonesia, dan Bahasa Korea.
“Karena mengajar di Korea, mau tak mau saya juga harus belajar bahasa negara tersebut. Sebab tidak semua mahasiswa bisa berbahasa Inggris, jadi ada keuntungan lebih ditugaskan ke sana, saya jadi bisa berbahasa Korea,” ulasnya.
Pulang dari Korea ia kembali melanjutkan pengabdian di UNAND. Tahun 2020, Elly melanjutkan studi S3 ke Universitas Gajah Mada (UGM) dengan Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora.
“Alhamdulillah waktu itu dapat beasiswa BPI LPDP dari Kemendikbud,” ucap Elly Delfia yang juga merupakan penulis Buku Ajar Bahasa Indonesia Kelas VIII SMP/MTS Kemendikbudristek tahun 2024 tersebut.

Pendidikan S3 berhasil diselesaikan kakak pertama dari Leni Marlina, Lismawati dan Ikhwan Rahmatullah ini dalam jangka waktu tiga tahun. Ia tamat di UGM dengan predikat Cumlaude di bawah Dosen Pembimbing, Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. dan Dr. Tri Mastoyo, M.Hum.
Usai menamatkan Studi S3 di UGM, Elly Delfia kembali beraktivitas di kampus UNAND. Maret 2024 lalu, ia diamanahkan sebagai Kepala Bagian (Kabag) Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) LPM Unand, dan pada 16 Agustus 2024 Jumat lalu, ia dipercaya sebagai Sekretaris LPM Unand yang diketuai oleh Prof. dr. Hardisman, M.HID., Dr.PH.
“Yang perlu dipahami adalah pendidikan merupakan kunci utama dari perubahan,” tutup Elly.(yrp)
Discussion about this post