Senin, 25/8/25 | 03:25 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home Unes

Ketika Paket Data Lebih Mengenyangkan: Sebuah Renungan

Minggu, 14/7/24 | 16:15 WIB

Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah)

 

Saya pernah melamun memikirkan dunia tanpa internet. Mungkin seperti sedang terombang-ambing di lautan tanpa kompas. Tak ada peta digital dan koneksi instan yang memudahkan. Atau bisa juga saat jaringan internet terputus sejenak, bisa berakibat status daring terhenti, pekerjaan terbengkalai, dan hiburan menguap seketika. Seperti kisah horor, kita berada di masa lalu gelap dan lambat.

Keadaan tanpa adanya akses internet bisa saja menjadi hal yang “menakutkan”. Tanpa disadari akses internet sudah menjadi kebutuhan primer. Buktinya, saat ada kendala jaringan internet, tak sedikit yang menggerutu, mengumpat, atau panik (stres). Ini tidak mengada-ada, lihat saja status, komen, atau untaian di media sosial saat terjadinya perbaikan kabel dan tiang pemancar jaringan yang mengakibatkan terputusnya akses internet, atau mungkin juga kendala lainnya.

Bisa saja keadaan itu terjadi hanya sebentar, tidak lebih dari tiga puluh menit. Bisa juga terjadi lebih dari sejam, atau bahkan berjam-jam. Tak terbayangkan betapa “menakutkannya” itu. Dampaknya mungkin saja merembas ke berbagai hal, seperti pekerjaan misalnya. Namun begitu, kita tetap harus bersabar menantinya. Satu hal yang pasti, pihak yang berwenang dalam perbaikan selalu memberikan yang terbaik bagi penggunana layanan internetnya.

BACAJUGA

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Rahasia di Balik Semangkuk Mi Rebus

Minggu, 10/8/25 | 19:24 WIB
Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Crack! Sebuah Denting Kecil

Minggu, 13/7/25 | 18:39 WIB

Bukan persoalan kendala terputusnya akses internet, atau hal-hal yang mengakibatkannya menjadi pokok pembicaraan. Hal itu menjadi pengantar sekaligus pengingat, bahwa begitu primernya kebutuhan kita terhadap akses internet saat ini. Saya jadi ingat guyon seorang teman, ia menyandingkan paket data internet dengan makanan pokok sama pentingnya. “Paket data itu sebelas dua belas dengan nasi, tanpa paket data kepala pusing, tanpa nasi perut keroncongan” begitu kelakarnya.

Banyak hal dalam aktivitas keseharian bergantung terhadap layanan akses internet. Dalam lingkup pekerjaan, banyak hal yang harus dikerjakan bergantung  terhadap layanan internet. Bahkan, kebutuhan dunia kerja terhadap layanan internet begitu sangat tinggi. Selain itu, gaya hidup saat ini banyak melibatkan akses terhadap internet.

Pada suatu ketika saya pernah memberikan prioritas lebih terhadap ketersediaan layanan internet dibandingkan makanan. Dengan uang yang cukup untuk membeli paket data pemakaian bulanan padahal perut juga lapar, tanpa pikir panjang saya lebih mengisi pulsa untuk membeli paket data. Waktu itu yang ada dalam pikiran saya bagaimanapun saya harus terkoneksi dengan internet, urusan makanan bisa ditoleransi.

Kejadian serupa itu sering saya alami saat masih kuliah. Jika mengharapkan wifi, maka sulit untuk mendapat internet yang berkualitas. Padahal, paket data yang saya beli sering dihabiskan akses terhadap layanan game online. Saya kira mungkin ini menjadi awal-mula mulai merasakan gejala asam lambung yang belum kunjung sembuh hingga kini.

Begitulah pergulatan hidup di era digital, terkadang lebih memilih mengisi kuota daripada perut. Jangan-jangan begitu dilema hidup zaman modern, biarlah perut keroncongan dari pada tidak bisa streaming nonton drakor. Pada akhirnya, koneksi terbaik tetaplah lauk dan nasi. Jadi, saat akses internet terputus, jangan lupa makan, karena internet bisa menunggu, tetapi lambung yang kosong tak kenal kata sabar.

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Cerpen “Antaro Amak jo Pitih” Karya Dilha Rahmanadia Putri dan Ulasannya oleh Azwar

Berita Sesudah

Sebuah Filosofi Dibalik Pendirian Museum Memorial Jenderal Besar H. M. Soeharto

Berita Terkait

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Rumah dan Kenangan yang Abadi

Minggu, 24/8/25 | 21:15 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Minggu lalu, tepat pada 17 Agustus 2025, saya menulis sebuah catatan...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Tuah Rumah

Minggu, 17/8/25 | 19:03 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Dalam dua tahun terakhir, rumah saya di kampung lebih sering sepi....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Rahasia di Balik Semangkuk Mi Rebus

Minggu, 10/8/25 | 19:24 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Sore itu, hujan mengguyur tanpa henti sejak siang, menebar hawa dingin yang merayap masuk...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Melangkah Pelan dalam Dunia Pernaskahan: Catatan dari Masterclass Naskah Sumatera

Minggu, 03/8/25 | 21:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Menjadi peserta Masterclass Naskah Sumatera yang diadakan oleh SOAS University of...

Suatu Hari di Sekolah

Fiksi dan Fakta: Dua Sayap Literasi

Minggu, 27/7/25 | 16:28 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Perdebatan soal bacaan fiksi dan nonfiksi kerap muncul di...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Ruang Bernama Kita

Minggu, 20/7/25 | 21:04 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Pada 16 Februari 2025, saya pernah menulis di rubrik...

Berita Sesudah
Kata “dalem“ dan Pronomina Serapan dalam Bahasa Indonesia

Sebuah Filosofi Dibalik Pendirian Museum Memorial Jenderal Besar H. M. Soeharto

Discussion about this post

POPULER

  • Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    Aduh! Maarten Paes Cedera, Absen Bela Timnas Indonesia 6-8 Minggu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Raih Penghargaan Nasional Perhutanan Sosial 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PCNU Dharmasraya Gelar Konfercab ke-V

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duka Kecelakaan Kereta di Padang: Wagub Sumbar Desak Perbaikan Sistem Keselamatan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ormas dan OKP Tak Dilibatkan dalam Kebijakan Pemkab, Sekretaris KNPI Dharmasraya: Bentuk Keangkuhan Bupati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pawai Budaya Sungai Duo Meriah, Panitia Tekankan Pelestarian Tradisi dan Kreativitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024