Enam tahun terlewat tanpa terasa, selam enam tahun itu Bulan mencoba meningkatkan kemampuannya, dia ingin menjadi lebih baik dari Matahari setidaknya dalam satu aspek. Berkali-kali dia mencoba, berbagai macam hal dia lakukan, bahkan ketika mereka adu silat Bulan tetap kalah kendati dia sudah dilatih langsung oleh Kiai Langit. Malam ini mereka mendapat giliran latih tanding silat lagi, sekarang mereka bukan lagi seorang remaja, mereka berdua sudah tumbuh menjadi pria gagah dan tampan, begitu juga dengan Bumi.
Malam setelah percobaan kesekian kalinya, Bulan tetap kalah dengan Matahari. Bulan segera menyingkir ke bawah pohon mangga, tempat duduk favoritnya selama enam tahun. Dia tidak marah kepada Matahari ataupun kepada Kyai Langit, dia hanya memikirkan dirinya sendiri yang nampaknya tidak akan pernah bisa melewati Matahari. Matahari dan Bumi berjalan menghampirinya “Kayaknya makin lama kamu makin meningkat, nyaris aja aku kalah tadi” Ujar Matahari, Bulan hanya tersenyum tipis.
Mereka bertiga mengobrol sambil menonton latih tanding silat dari santri-santri lainnya. Sesekali Bulan melirik Matahari dan Bumi, entah kenapa dia merasa ada yang berbeda dimata Matahari. Malam semakin larut, latih tanding masih terus berlanjut. Mendadak terdangar ada kegaduhan, mereka bertiga berdiri saat mendengarnya.
“Rampok! Rampok!” Terdengar teriakan bersahut-sahutan, mereka bertiga segera berlari ke sumber suara dan mendapati sekelompok orang sedang sedang menjarah sekaligus merusak pondok mereka. Mereka bertiga langsung bertindak, satu persatu orang asing itu tumbang di hadapan mereka, tidak heran karena mereka adalah tiga santri dengan ilmu silat paling tinggi.
Matahari sedang menghadapi salah satu perampok saat ia melihat salah satu perampok mengayunkan golok ke arah Bumi. Dia segera berlari menghampiri Bumi, tapi sebelum dia sampai Bulan sudah sampai terlebih dahulu dan melindungi Bumi, akibatnya punggungnya terkena tebasan golok. Matahari langsung loncat dan menerjang si perampok yang menyerang Bumi. Dia mengalihkan pandangannya pada Bulan yang terluka, bajunya robek dan darah merembes dari punggungnya. Sekejap pandangan Bulan buram dan pingsan akibat rasa pedih yang tidak tertahankan.
Discussion about this post