Oleh: Elly Delfia
(Dosen Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Perasaan rindu rumah atau homesick adalah hal yang lumrah saat kita berada jauh dari keluarga dan kampung halaman. Perasaan seperti itulah yang sering saya rasakan saat menjalani masa-masa perantauan, termasuk saat menjadi dosen tamu di Busan, Korea Selatan. Ada sebuah tempat di Kota Busan yang sering dikunjungi para perantau kalau tiba-tiba rindu Indonesia. Tempat itu bernama Sasang-gu atau Distrik Sasang.
Tempat itu juga sering saya kunjungi karena ada restoran Indonesia yang bernama Rindu Kampung di sana. Restoran itu melepas rasa rindu terhadap masakan Indonesia sesuai dengan namanya. Restoran tersebut menyediakan aneka menu masakan khas Indonesia, seperti rendang, ayam penyet, cah kangkung, gorengan tahu tempe, bakso, mie ayam, dan lain-lain. Minuman aneka jus buah juga tersedia di sana, seperti jus alpukat, jus tomat, manga, jus apel, dan lain-lain.
Pemiliki restoran Rindu Kampung adalah teteh-teteh Sunda yang biasa dipanggil Teh Hilda. Beliau sangat ramah dan cepat akrab dengan para pengunjung. Sebagai seorang mix-married yang menikah dengan orang Korea, beliau diberi kemudahan untuk menjalankan usaha bisnis restoran di Korea. Tidak semua orang Indonesia mendapatkan kesempatan itu. Hal itu disebabkan oleh sulitnya perizinan usaha untuk orang asing dan juga pajak yang cukup tinggi di Korea. Teteh Hilda termasuk salah seorang yang beruntung. Ia juga dapat memahami dengan baik budaya Korea karena bersuamikan orang Korea.
Setiap hari libur akhir pekan, ataupun libur-libur hari besar di Korea seperti Hari Raya Chuseok dan Seollal, restoran Rindu Kampung ramai didatangi oleh para pengunjung yang merupakan diaspora Indonesia. Mereka ada yang berprofesi sebagai mahasiswa, pekerja, ibu rumah tangga dan lain-lain. Para wisatawan Indonesia ataupun Malaysia yang jalan-jalan ke Korea juga sering mampir di restoran tersebut. Selain itu, para pengunjung restoran bukan hanya orang Indonesia, tetapi juga orang-orang Korea dan orang-orang dari negara lain yang ingin mencoba masakan Indonesia.
Masakan di Rindu Kampung memang terkenal enak dan gurih. Identik dengan masakan khas Sunda yang terkenal dengan rasa manis dan pedas. Saya sering mengajak mahasiswa saya yang ada di Jurusan Indonesia-Malaysia di Busan University of Foreign untuk mencicipi masakan Indonesia di sana. Mereka senang bisa belajar tentang nama-nama masakan Indonesia sekaligus dapat mencobanya. Saya memperkenalkan pada mereka masakan dan budaya Indonesia dengan datang dan mencicipi lansung di restoran Indonesia. Kegiatan itu merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang bernama round table program di kampus tersebut. Melalui kegiatan itu, mahasiswa yang pada umumnya orang Korea dapat menyaksikan langsung dan mencicipi rasa masakan Indonesia.
Selain restoran Rindu Kampung yang dapat melepas rindu pada Indonesia, di lantai satu restoran itu ada Asia Mart. Asia Mart adalah sebuah toko yang juga memberikan solusi bagi saya. Toko tersebut menjual berbagai bahan makanan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti santan kelapa, sarden, sambel, Indomie, rempeyek, aneka bumbu masak, kerupuk ikan, bawang merah, kunyit bubuk, jahe, bawah putih, serai, dan lain-lain. Bawang merah, santan kelapa, daun kunyit, daun jeruk, serai, dan juga kunyit bubuk merupakan benda-benda yang susah ditemukan di Korea Selatan. Tumbuhan-tumbuhan penghasil daun-daun dan bumbu-bumbu tersebut tidak ada di Korea. Tidak ada pohon kelapa di Korea dan tidak ada tanaman kunyit serta bawang merah kecil-kecil di Korea. Bukan hanya di lantai satu restoran Rindu Kampung, beberapa Asia Mart lain juga bertebaran di daerah Sasang-gu. Hal itulah yang menyebabkan saya semakin senang datang ke Sasang.
e-mart, sebuah ritel besar yang menjual aneka barang kebutuhan sehari-hari juga ada di depan restoran Rindu Kampung. Saya juga sering membeli bahan makanan, seperti sayur dan buah-buahan segar untuk di stok di kulkas di e-mart tersebut. Anggur, apel, dan jeruk termasuk buah-buahan yang sering saya beli karena murah. Barangkali, negara Korea memiliki lebih banyak kebun anggur dan apel sehingga harga buah tersebut terbilang murah di sana. Jeruk juga termasuk buah-buahan yang murah di Korea dan Korea Selatan memang terkenal dengan jeruk, khususnya jeruk jeju yang semanis madu. Jeruk jeju yang terkenal dapat kita temukan dalam bentuk paket oleh-oleh yang berisi coklat jeju rasa jeruk dan itu bisa menjadi salah satu pilihan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Busan.
Selain restoran Rindu Kampung, Asia Mart, dan e-mart, di Sasang-gu juga ada taman-taman kota yang biasa digunakan untuk tempat bersantai. Banyak ahjussi, haraboji, ataupun halmonie yang duduk-duduk di sana menikmati matahari pagi ataupun matahari sore hari. Taman-taman kota itu dibangun di antara trotoar di pinggir jalan raya dan di atas jembatan penyeberangan. Aneka bunga warna-warni mekar di dalam pot-pot bunga yang di pasang di kiri dan kanan jalan. Taman-taman kota dan jembatan penyeberangan dapat menjadi spot foto yang menarik dan juga tempat nongkrong yang asyik di Sasang-gu.
Pada musim semi, bukan hanya bunga-bunga di taman kota yang bermekaran di Sasang-gu, tetapi juga deretan bbeotkott atau sakura yang membuat merah muda jalan-jalan kecil di pinggir sungai yang ada di Sasang-gu. Saya tidak lupa mampir ke Sasang-gu setiap musim semi. Saya tidak ingin melewatkan momen indah saat bbeotkkott mekar yang hanya dua minggu. Menikmati keindahan alam musim semi sungguh menjadi pengalaman menakjubkan yang sulit untuk dilupakan.
Sasang juga mempunyai satu masjid yang didirikan oleh para pekerja asing muslim yang ada di Sasang, Kota Busan sekitarnya. Masjid tersebut biasanya diramaikan oleh pekerja yang berasal dari Indonesia, mahasiswa Indonesia, dan beberapa warga muslim dari negara lain yang tinggal di Sasang. Sebagian dari mereka adalah bekerja di pabrik-pabrik yang ada di sekitar Sasang. Meskipun menjadi minoritas di negara mayoritas nonmuslim, muslim yang ada di Korea tetap beribadah dan berkumpul dalam kehangatan persaudaraan meskipun mereka berasal dari negara yang berbeda-beda.
Sasang-gu berada tepat di jantung Kota Busan dengan beberapa tempat wisata di sekitarnya, seperti Taman Ekologi Samnak, Sasang Neighborhood Park, Kuil Unsusa, dan lain-lain. Sebagai distrik yang terletak di tengah Kota Busan, Sasang adalah tempat yang ramai karena di sini juga ada terminal bus antarkota yang bernama Busan Seobu Intercity Bus Terminal atau Busan Sasang Seobu. Ada banyak hotel bintang tiga dan empat di daerah ini untuk wisatawan dan juga untuk para penumpang bus antarkota yang transit di terminal. Untuk sampai di Sasang-gu, kita dapat menggunakan bus kota ataupun taksi, dan juga kereta bawah tanah dari Stasiun Busan. Saya paling senang menggunakan kereta bawah tanah selama di Busan karena murah, cepat, dan cukup nyaman.
Discussion about this post