Kegiatan tulis-menulis merupakan aktivitas yang dekat dengan keseharian dosen dan mahasiswa. Seorang dosen dituntut untuk menghasilkan tulisan, baik karya ilmiah dalam bentuk artikel jurnal, laporan penelitian, buku ajar, buku referensi, maupun karya ilmiah popular dalam bentuk artikel koran. Itu adalah bagian dari kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang dosen dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Setiap kegiatan tersebut menjadi syarat wajib yang harus dilaporkan dalam laporan kinerja dosen (LKD) pada setiap semester. Jadi, tugas seorang dosen tidak hanya mengajar, tetapi juga meneliti dan mengabdi yang semuanya membutuhkan bukti dalam bentuk tulisan.
Demikian juga dengan mahasiswa. Mahasiswa juga harus memiliki keterampilan menulis untuk memenuhi tugas-tugas kuliah dan juga menulis skripsi, tesis, atau disertasi sebagai syarat untuk menyelesaikan studi. Artinya, kegiatan menulis merupakan kegiatan yang lekat dengan keseharian dosen dan mahasiswa. Untuk itu, dosen maupun mahasiswa harus melatih diri untuk terampil dalam menuliskan ide, gagasan, dan argumentasi mereka dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis ini salah satunya adalah terampil dalam memilih diksi. Diksi atau pilihan kata memiliki peran penting dalam menyukseskan kegiatan tulis-menulis yang dilakukan oleh seorang dosen maupun mahasiswa.
Diksi adalah salah satu penentu daya tarik sebuah tulisan. Pilihan kata yang tepat akan membuat sebuah tulisan mudah dipahami, dimengerti, dan enak dibaca. Jadi, keterampilan memilih diksi merupakan keterampilan yang harus dimiliki dan diasah oleh seorang penulis, baik oleh dosen maupun mahasiswa. Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dipelajari dan tidak bisa ditawar-tawar jika ingin sukses menaklukkan dunia perguruan tinggi.
Diksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Diksi juga didefinisikan sebagai ketepatan pilihan kata yang dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikan secara efektif kepada pembaca atau pendengar (Widjono, 2012: 124).
Syarat ketepatan pilihan kata atau diksi menurut Widjono (2012:125) ada sembilan. Sembilan syarat tersebut yang mesti dikuasai oleh seorang penulis. Sembilan syarat tersebut adalah pengetahuan untuk membedakan beberapa hal berikut: Pertama, seorang penulis harus bisa membedakan makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi artinya makna kata yang lebih lugas, tegas, dan efektif, sedangkan makna konotasi artinya makna kata yang dapat menimbulkan emosi tertentu, seperti keindahan, kebahagiaan, kesedihan, kepercayaan, rasa aman dan nyaman, juga kemarahan, dan kebencian.
Kedua, seorang penulis harus bisa membedakan makna kata-kata yang bersinonim atau harus bisa membedakan kata-kata yang maknanya mirip, serta harus bisa menggunakan dengan tepat dalam tulisan. Contoh kata-kata bersinonim di antaranya: 1. indah, cantik, rupawan, 2. melihat, memandang, menyaksikan, 3. adalah, ialah, merupakan, 4. bukan, tidak, 5. marah, benci, 6. suka, cinta, dan sebagainya. Masing-masing kata tersebut memiliki makna bersinonim atau makna mirip namun berbeda konteks penggunaannya. Seorang penulis harus bisa memahami arti kata dan konteks penggunaannya karena sekecil apa pun perbedaan setiap kata akan menimbulkan makna yang berbeda pula.
Ketiga, seorang penulis harus bisa membedakan kata-kata yang mirip ejaannya dan dapat menggunakan dengan benar dalam tulisan, seperti tahu (mengetahui) dan tahu (makanan), rapat (tanpa celah) dan rapat (pertemuan), inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling memengaruhi), serta kolusi (kerja sama rahasia untuk perilaku tidak baik/tidak terpuji) dan koalisi (kerja sama beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara).
Keempat, seorang penulis harus bisa memahami atau menafsirkan makna sebuah kata berdasarkan rujukan yang jelas, seperti melihat makna sebuah kata pada kamus, buku-buku referensi, dan artikel jurnal yang jelas kualitasnya. Seorang penulis tidak boleh mengartikan atau menafsirkan sendiri arti/makna sebuah kata sesuai dengan kehendaknya. Contohnya kata salindia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tayangan yang menampilkan teks, gambar, suara, atau video untuk keperluan presentasi. Kata jenama artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah merek, jenis.
Kelima, seorang penulis harus bisa membedakan kata-kata yang diserap dari imbuhan asing agar bisa menggunakannya dengan tepat, seperti menggunakan kata legalisir (tidak tepat), tetapi legalisasi (tepat), politisir (tidak tepat), tetapi politisasi (tepat), kata koordinir (tidak tepat) tetapi koordinasi (tepat), organisir (tidak tepat), tetapi organisasi (tepat), dan lain-lain.
Keenam, seorang penulis juga harus bisa membedakan pasangan kata idiomatik dengan kata yang bukan pasangan idiomatik agar bisa menggunakan dengan tepat dalam kalimat, seperti penggunaan pasangan idiomatik berikut: sesuai dengan, berdasarkan pada, disebabkan oleh, tergantung pada, terdiri atas, dan sebagainya.
Ketujuh, seorang penulis harus bisa membedakan kata umum dan kata khusus, seperti contoh berikut: burung (kata umum): merpati, elang, kakatua (kata khusus), calon presiden Indonesia 2024-2029 (kata umum) : Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo (kata khusus), peralatan elektronik (kata umum): televisi, laptop, handphone (kata khusus), pulau (kata umum): Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera.
Kedelapan, seorang penulis harus bisa membedakan kata yang berubah makna dengan cermat, seperti issue dalam bahasa Inggris berarti perkara, publikasi, sedangkan isu dalam bahasa Indonesia yang berarti kabar angin, desas-desus, atau berita yang belum jelas.
Kesembilan, seorang penulis harus bisa membedakan kata-kata abstrak dan kata konkret serta bisa menggunakan dengan baik dalam tulisan, seperti kata agama, republik, politik, demokrasi, negara (kata abstrak) dan kursi, meja, mobil, buku, apel, jeruk (kata konkret).
Sembilan syarat memilih diksi di atas hanya akan terpenuhi jika seseorang terus meng-upgrade diri dengan meningkatkan bacaan serta melatih teknik penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam menulis. Banyak membaca akan memperkaya perbendaraan kata. Dengan demikian, otak juga akan terampil dalam memilah-milah kata-kata atau diksi yang tepat, selaras, seimbang, dan efektif untuk digunakan dalam sebuah tulisan.
Discussion about this post