Kamis, 16/10/25 | 22:05 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Peran Diksi dalam Kegiatan Tulis-Menulis

Minggu, 11/2/24 | 11:12 WIB
Oleh: Elly Delfia (Dosen Program Studi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

Kegiatan tulis-menulis merupakan aktivitas yang dekat dengan keseharian dosen dan mahasiswa. Seorang dosen dituntut untuk menghasilkan tulisan, baik karya ilmiah dalam bentuk artikel jurnal, laporan penelitian, buku ajar, buku referensi, maupun karya ilmiah popular dalam bentuk artikel koran. Itu adalah bagian dari kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang dosen dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Setiap kegiatan tersebut menjadi syarat wajib yang harus dilaporkan dalam laporan kinerja dosen (LKD) pada setiap semester. Jadi, tugas seorang dosen tidak hanya mengajar, tetapi juga meneliti dan mengabdi yang semuanya membutuhkan bukti  dalam bentuk tulisan.

Demikian juga dengan mahasiswa. Mahasiswa juga harus memiliki keterampilan menulis untuk memenuhi tugas-tugas kuliah dan juga menulis skripsi, tesis, atau disertasi sebagai syarat untuk menyelesaikan studi. Artinya, kegiatan menulis merupakan kegiatan yang lekat dengan keseharian dosen dan mahasiswa. Untuk itu, dosen maupun mahasiswa harus melatih diri untuk terampil dalam menuliskan ide, gagasan, dan argumentasi mereka dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis ini salah satunya adalah terampil dalam memilih diksi. Diksi atau pilihan kata memiliki peran penting dalam menyukseskan kegiatan tulis-menulis yang dilakukan oleh seorang dosen maupun mahasiswa.

Diksi adalah salah satu penentu daya tarik sebuah tulisan. Pilihan kata yang tepat akan membuat sebuah tulisan mudah dipahami, dimengerti, dan enak dibaca. Jadi, keterampilan memilih diksi merupakan keterampilan yang harus dimiliki dan diasah oleh seorang penulis, baik oleh dosen maupun mahasiswa. Hal ini adalah sesuatu yang mutlak harus dipelajari dan tidak bisa ditawar-tawar jika ingin sukses menaklukkan dunia perguruan tinggi.

Diksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Diksi juga didefinisikan sebagai ketepatan pilihan kata yang dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengomunikasikan secara efektif kepada pembaca atau pendengar (Widjono, 2012: 124).

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Penggunaan, Jenis, dan Fungsi Kata “Tersebut” dalam Kalimat

Minggu, 21/9/25 | 18:30 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB

Syarat ketepatan pilihan kata atau diksi menurut Widjono (2012:125) ada sembilan. Sembilan syarat tersebut yang mesti dikuasai oleh seorang penulis. Sembilan syarat tersebut adalah pengetahuan untuk membedakan beberapa hal berikut: Pertama, seorang penulis harus bisa membedakan makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi artinya makna kata yang lebih lugas, tegas, dan efektif, sedangkan makna konotasi artinya makna kata yang dapat menimbulkan emosi tertentu, seperti keindahan, kebahagiaan, kesedihan, kepercayaan, rasa aman dan nyaman, juga kemarahan, dan kebencian.

Kedua, seorang penulis harus bisa membedakan makna kata-kata yang bersinonim atau harus bisa membedakan kata-kata yang maknanya mirip, serta harus bisa menggunakan dengan tepat dalam tulisan. Contoh kata-kata bersinonim di antaranya: 1. indah, cantik, rupawan, 2. melihat, memandang, menyaksikan, 3. adalah, ialah, merupakan, 4. bukan, tidak, 5. marah, benci, 6. suka, cinta, dan sebagainya. Masing-masing kata tersebut memiliki makna bersinonim atau makna mirip namun berbeda konteks penggunaannya. Seorang penulis harus bisa memahami arti kata dan konteks penggunaannya karena sekecil apa pun perbedaan setiap kata akan menimbulkan makna yang berbeda pula.

Ketiga, seorang penulis harus bisa membedakan kata-kata yang mirip ejaannya dan dapat menggunakan dengan benar dalam tulisan, seperti tahu (mengetahui) dan tahu (makanan), rapat (tanpa celah) dan rapat (pertemuan), inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling memengaruhi), serta kolusi (kerja sama rahasia untuk perilaku tidak baik/tidak terpuji) dan koalisi (kerja sama beberapa partai untuk memperoleh kelebihan suara).

Keempat, seorang penulis harus bisa memahami atau menafsirkan makna sebuah kata berdasarkan rujukan yang jelas, seperti melihat makna  sebuah kata pada kamus, buku-buku referensi, dan artikel jurnal yang jelas kualitasnya. Seorang penulis tidak boleh mengartikan atau menafsirkan sendiri arti/makna sebuah kata sesuai dengan kehendaknya. Contohnya kata salindia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tayangan yang menampilkan teks, gambar, suara, atau video untuk keperluan presentasi. Kata jenama artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah merek, jenis.

Kelima, seorang penulis harus bisa membedakan kata-kata yang diserap dari imbuhan asing agar bisa menggunakannya dengan tepat, seperti menggunakan kata legalisir (tidak tepat), tetapi legalisasi (tepat), politisir (tidak tepat), tetapi politisasi (tepat), kata koordinir (tidak tepat) tetapi koordinasi (tepat), organisir (tidak tepat), tetapi organisasi (tepat), dan lain-lain.

Keenam, seorang penulis juga harus bisa membedakan pasangan kata idiomatik dengan kata yang bukan pasangan idiomatik agar bisa menggunakan dengan tepat dalam kalimat, seperti penggunaan pasangan idiomatik berikut: sesuai dengan, berdasarkan pada, disebabkan oleh, tergantung pada, terdiri atas, dan sebagainya.

Ketujuh, seorang penulis harus bisa membedakan kata umum dan kata khusus, seperti contoh berikut: burung (kata umum): merpati, elang, kakatua (kata khusus), calon presiden Indonesia 2024-2029 (kata umum) : Anies Baswedan, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo (kata khusus), peralatan elektronik (kata umum): televisi, laptop, handphone (kata khusus), pulau (kata umum): Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera.

Kedelapan, seorang penulis harus bisa membedakan kata yang berubah makna dengan cermat, seperti issue dalam bahasa Inggris berarti perkara, publikasi, sedangkan isu dalam bahasa Indonesia yang berarti kabar angin, desas-desus, atau berita yang belum jelas.

Kesembilan, seorang penulis harus bisa membedakan kata-kata abstrak dan kata konkret serta bisa menggunakan dengan baik dalam tulisan, seperti kata agama, republik, politik, demokrasi, negara (kata abstrak) dan kursi, meja, mobil, buku, apel, jeruk (kata konkret).

Sembilan syarat memilih diksi di atas hanya akan terpenuhi jika seseorang terus meng-upgrade diri dengan meningkatkan bacaan serta melatih teknik penggunaan bahasa yang baik dan benar dalam menulis. Banyak membaca akan memperkaya perbendaraan kata. Dengan demikian, otak juga akan terampil dalam memilah-milah kata-kata atau diksi yang tepat, selaras, seimbang, dan efektif untuk digunakan dalam sebuah tulisan.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Hendri Tanjung dan Ulasannya Oleh Ragdi F Daye

Berita Sesudah

Id pada Tokoh Shafira dalam Novel Shaf Tinjauan Psikoanalisis

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki kata penghubung (dalam...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Larangan Menggunakan Kata Tanya “Di mana”

Senin, 29/9/25 | 05:24 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Ketika membaca karya ilmiah, seperti skripsi, tesis,...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Penggunaan, Jenis, dan Fungsi Kata “Tersebut” dalam Kalimat

Minggu, 21/9/25 | 18:30 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Beberapa pengguna bahasa sering keliru menggunakan kata-kata...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tengkelek: Dari Sendal Kayu Menjadi Nama Merek

Minggu, 14/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas) Saat melaksanakan salat Magrib di Musala Cafe...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Seperti” dan “Sepertinya”

Minggu, 07/9/25 | 09:56 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata seperti dan sepertinya hanya dibedakan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Bahasa dalam Pandangan Linguistik Fungsional Sistemik

Minggu, 31/8/25 | 14:37 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Linguistik fungsional sistemik (LFS) merupakan konsep yang...

Berita Sesudah
Id  pada Tokoh Shafira dalam Novel Shaf Tinjauan Psikoanalisis

Id pada Tokoh Shafira dalam Novel Shaf Tinjauan Psikoanalisis

Discussion about this post

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Agam Minta Pemetaan Wilayah Palupuh untuk Tepatkan Arah Pembangunan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbar Tawarkan Potensi Investasi kepada Delegasi Bisnis India di Medan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024