Kamis, 20/11/25 | 06:54 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Menyiasati Malas dalam Menulis

Minggu, 09/1/22 | 07:14 WIB


Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah Scientia.id)

 

Pembahasan persoalan malas sebenarnya juga pernah saya tulis dalam kolom artikel literasi scientia.id pada 26 Desember 2021 dengan judul “Ada Saatnya Malas Menjadi Sebuah Solusi”. Bila pembaca belum mengetahui silakan ditelusuri melalui mesin pencarian google. Saya sangat berterima kasih jika hasil penelusurannya dilanjutkan dengan membaca hingga selesai. Berbeda dari sebelumnya yang mengulik “manfaat” malas, edisi kali ini justru mengulasnya agar terhindar dari sifat malas.

Saya teringat pepatah orang tua ketika memberi nasihat agar terhindar dari sifat malas yaitu “Labiah Ancak Dicakau Harimau, Daripado Ditangkok Maleh”, lebih baik diterkam harimau daripada terjangkit sifat malas. Saya menafsirkan nasihat orang tua itu, bahwa malas merupakan bahaya laten. Kenapa begitu? Jika sudah malas untuk beraktivitas, maka sudah dipastikan tidak ada produktivitas. Tentu saja hal itu dapat menghambat capaian maksimal rutinitas keseharian

BACAJUGA

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Tentang Usaha yang Tidak Terlihat

Minggu, 09/11/25 | 20:13 WIB
Lagu yang Tak Selesai-selesai

Ketika Hasil Tak Sepenting Perjalanan

Minggu, 26/10/25 | 21:50 WIB

Membahas malas dan kaitannya dengan menulis banyak dipahami sebagai pembicaraan yang teoritis. Memang persoalan tulis-menulis tidak dapat dihindari dari dunia akademik. Akan tetapi, secara umum banyak pula rutinitas keseharian kita dilakukan dengan menulis. Disadari atau tidak aktivitas menulis selalu dilakukan saban hari. Mulai dari yang baru menggunakan pensil, hingga yang sering mengoperasikan touch screen. Berbagai macam pula bentuk tulisan yang dihasilkan, baik itu berupa catatan sekolah, rangkaian agenda tugas kantor, coretan di kertas buram, catatan menu pesanan konsumen, atau menulis status di laman media sosial.

Menulis berasal dari tulis, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti ada huruf atau angka yang dibuat dengan pena (pensil, cat, dsb),  kemudian diberi afiks me– sehingga menjadi menulis, yang berati melakukan suatu kegiatan (kata kerja). Malas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak bergairahnya kita dalam menjalani aktivitas, salah satunya menulis. Malas adalah jenis kata sifat (adjektiva) yang bermakna tidak mau mengerjakan sesuatu.

Sebenarnya berbagai macam pula trik dan siasat yang dapat diterapkan dalam melawan malas. Ada yang menyiasati dengan melakukan aktivitas fisik seperti olahraga, ada juga yang menjalani hobinya, mungkin ada pula yang melakukannya dengan cara bermeditasi. Namun begitu, harus disertai dengan kesungguhan dan kemauan yang kuat. Sebuah dorongan yang didasari dengan kesadaran dan keikhlasan.

Sebagai makhluk yang diciptakan tuhan dengan sesempurna bentuk, manusia mempunyai cipta, rasa dan karsa. Cipta merupakan kemampuan daya pikir untuk megadakan sesuatu yang baru, rasa yaitu tanggapan hati dari sebuah perbuatan dan rangsangan saraf, sedangkan karsa kemauan atau dorongan untuk melakukan suatu hal. Sinergisitas ketiganya merupakan cara untuk menekan dan menyiasati rasa malas dalam menuliskan sebuah gagasan menjadi bahan bacaan.

Adanya dorongan yang kuat untuk menuliskan sebuah gagasan sudah menjadi modal utama untuk memulai menulis. Apalagi jika didukung penuh oleh kepiawaan cipta dan sensivitas rasa, tentu berpotensi menghasilkan tulisan yang menarik untuk dibaca. Namun begitu, tetap harus dilandasi dengan karsa yang kuat, karena inilah “ramuan” utamanya untuk menyiasati malas lenyap saat menulis.

Melenyapkan malas untuk selamanya dalam rutinitas keseharian mungkin saja bukan sebuah persoalan mudah. Begitupun dalam aktivitas menulis, malas kapan saja bisa “menyusup” hingga membuat kita menjadi berleha-leha. Saya membayangkan jika sifat malas sampai terjangkit kepada pengguna layar touch screen dalam sehari, mungkin saja laman sosial media sepi dari berbagai postingan.

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Kata Terpanjang dalam Bahasa Indonesia

Berita Sesudah

Puisi-puisi Rara Permata B. dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Terkait

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Tentang Usaha yang Tidak Terlihat

Minggu, 09/11/25 | 20:13 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Dalam setiap pertandingan olahraga selalu ada dua kemungkinan, menang atau kalah. Dari kejauhan semuanya...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Ketika Hasil Tak Sepenting Perjalanan

Minggu, 26/10/25 | 21:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Libur kuliah dahulu selalu terasa seperti lagu merdu yang menandai kebebasan. Setelah berminggu-minggu bergulat...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Satu Lagu Untuk Pulang

Minggu, 19/10/25 | 20:11 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, saya menulis tentang kebiasaan aneh tapi menyenangkan, mendengarkan satu lagu saja, berulang-ulang...

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Lagu yang Tak Selesai-selesai

Minggu, 12/10/25 | 19:23 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Entah mengapa, hari itu saya hanya ingin mendengarkan satu lagu. Satu lagu saja! Padahal...

Suatu Hari di Sekolah

Saat Ide Mengalir di Detik Terakhir

Minggu, 05/10/25 | 20:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand)   Ada satu fenomena unik yang saya kira hampir semua kita pernah...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Pilihan dan Segala yang Beda-Beda Tipis

Minggu, 28/9/25 | 21:25 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, saya menulis tentang ungkapan “beda-beda tipis” atau “sebelas dua belas”. Ternyata, maknanya...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Rara Permata B. dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi-puisi Rara Permata B. dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Discussion about this post

POPULER

  • Wali Kota Padang Fadly Amran meninjau, pelaksanaan Verifikasi Lapangan Penilaian Padang Rancak Award Lomba Kebersihan dan Keindahan Lingkungan tingkat Rukun Tetangga (RT) se-Kota Padang, yang digelar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang.(Foto:Ist)

    Lomba Padang Rancak Award Memperkuat Budaya Gotong Royong

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Zalmadi Tegaskan BBKT 2025 Harus Lebih Dekat dengan Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Resmikan Pembangunan Jalan Taratak Saiyo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cerpen “Umak Saddam dan Tuah Batang Gadis” Karya Muttaqin Kholis Ali dan Ulasannya Oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Walikota Padang Apresiasi Festival Merandang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024