Selasa, 15/7/25 | 03:03 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Mengenal Simulfiks sebagai Imbuhan Nonstandar

Minggu, 29/8/21 | 07:00 WIB
Oleh: Elly Delfia (Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

Kata dalam bahasa Indonesia tidak hanya terdiri atas kata dasar, tetapi juga kata berimbuhan atau kata berafiks. Imbuhan atau afiks terbagi lagi atas beberapa afiks, seperti prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan simulfiks (imbuhan nonstandar). Simulfiks akan menjadi bahasan pada klinik bahasa Scientia.id minggu ini. Simulfiks merupakan afiks yang tidak digunakan dalam bahasa Indonesia yang menuntut keformalan dan keresmian, seperti forum-forum resmi dan tidak digunakan dalam karya tulis ilmiah seperti artikel, skripsi, tesis, disertasi, buku ajar, dan tidak digunakan dalam karya jurnalistik.  Simulfiks merupakan afiks yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari. Afiks ini juga tidak terlalu populer dalam bahasa Indonesia seperti halnya prefiks, sufiks, dan infiks disebabkan oleh kemampuan bergabung yang terbatas dengan kata dasar bahasa Indonesia.

Simulfiks merupakan afiks yang dimanifestasikan dengan ciri segmental (ciri fonem atau morfem) yang dileburkan pada kata dasar. Dalam bahasa Indonesia, simulfiks dimanifestasikan dengan nasalisasi fonem pertama suatu bentuk dasar dan lazim digunakan dalam ragam bahasa Indonesia nonstandar (bahasa Indonesia tidak baku) serta juga merupakan perbendaharaan kata pasif (Kridalaksana, 2007:29). Simulfiks diberi lambang {N-} dalam proses afiksasi dan merupakan ragam bahasa Indonesia nonstandar yang berasal dari dialek Jakarta.

Dialek Jakarta berasal dari dialek bahasa daerah Betawi. Dalam dialek Jakarta, tidak ditemukan prefiks {meN-} dan yang ada hanya simulfiks {N-}. Konsep ini simulfiks {N-} dikemukakan oleh Kridalaksana (2007), sementara Muhadjir (1984) menyebut simulfiks {N-} dengan sebutan prefiks {N-}. Prefiks {meN-} dalam dialek Jakarta justru merupakan alternan dari prefiks {N-} dan sebagian besar kata dasar dialek Jakarta menggunakan simulfiks atau prefiks {N-} dalam proses afiksasi (Muhadjir, 1984:87).

Simulfiks disebut afiks nonstandard karena digunakan dalam percakapan bahasa Indonesia dengan situasi yang tidak formal.  Simulfiks berfungsi membentuk verba atau memverbakan nomina, adjektiva, atau kelas kata lain. Contoh simulfiks dalam bahasa Indonesia, kata kopi → ngopi, sate → nyate, kebut → ngebut (Kridalaksana, 2007:29).  Perubahan yang terjadi pada simulfiks {N-} setelah bergabung dengan kata dasar bahasa Indonesia menjadi nge, ng- dan ny- yang kemudian disebut dengan varian dari simulfiks (Delfia, 2010:72). Simulfiks juga merupakan varian dari bentuk standar imbuhan me- dalam bahasa Indonesia. Contoh kalimat dengan kata dasar yang bergabung dengan simulfiks dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

A) nge-
1. Ayo kita ngeteh sore-sore sambil curhat-curhatan.
2. Jangan sering ngedumel pada anak.
3. Kata-katanya ngerusak hati gue.

B)  ng-
1. Dia ngajak saya jalan-jalan.
2. Kita ngopi bareng di kampus kemarin.
3. Wartawan media hiburan suka ngorek info tentang artis.

C)  ny-
1. “Mari ngobrol sambil nyate biar asyik ngobrolnya,” kata Tia.
2. Rara nyari tempat nongkrong yang adem.
3. Koruptor sering “nyuci” uang di perusahaan.

Contoh-contoh kalimat tersebut sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari, terutama dipakai di kalangan anak muda. Anak muda tidak ingin terikat dengan penggunaan bahasa baku atau kata-kata baku dalam percakapan sehari-sehari. Mereka lebih senang bersantai dengan menggunakan kata-kata nonstandar atau nonbaku sebagai wujud dari kebebasan dan kreativitas berbahasa. Penggunaan simulfiks adalah salah satu contoh wujud dari kebebasan atau ketidakterikatan pengguna bahasa terhadap bentuk-bentuk bahasa baku.

Simulfiks juga dapat bergabung dengan kata-kata dasar berbahasa asing, seperti kata dasar bahasa Inggris. Simulfiks seperti ini disebut dengan simulfiksasi bahasa Indonesia pada kata dasar berbahasa asing, seperti yang pernah saya tulis dalam tesis S2 yang sudah terbit dalam buku Linguistik dalam Bingkai Kekinian (Delfia, 2010). Contoh simulfiks yang bergabung dengan kata-kata dari bahasa Inggris dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

  1. Hafiz ngefans sama lagu-lagu barat.
  2. Budaya nongkrong di kafe sambil belajar lagi ngetrend belakangan ini.
  3. Adik ngeprint foto waktu jalan-jalan minggu lalu.
  4. Kakak nginstall komputernya yang mati mendadak.
  5. Sitilagi ngedesign undangan pernikahannya.

Selanjutnya, ada beberapa makna simulfiks saat bergabung dengan kata dasar.  Pertama, makna simulfiks saat bergabung dengan kata dasar yang berkelas kata benda (nomina) adalah ‘melakukan perbuatan yang berhubungan dengan kesenangan dan kenikmatan’. Contohnya:  Ayo kita ngeteh sore-sore sambil curhat-curhatan. Kedua, makna simulfiks saat bergabung dengan kata dasar yang berkelas kata benda adalah ‘melakukan perbuatan yang berhubungan dengan benda seperti yang tersebut pada bentuk dasarnya’. Contohnya: Kita ngopi bareng di kampus kemarin. Ketiga, makna simulfiks saat bergabung dengan kata dasar yang berkelas kata benda adalah ‘melakukan perbuatan yang menghasilkan bentuk seperti yang tersebut pada bentuk dasar’. Contohnya:  Siti sedang ngedesign undangan pernikahannya. Keempat, makna simulfiks saat bergabung dengan kata dasar yang berkelas kata benda adalah ‘menyatakan memiliki rasa suka yang berlebih terhadap yang disebutkan pada bentuk dasarnya’. Contohnya: Hafiz ngefans sama lagu-lagu barat. Kelima, makna simulfiks saat bergabung dengan kata dasar yang berkelas kata benda adalah ‘menjadi seperti yang tersebut pada bentuk dasarnya’. Contohnya: Budaya nongkrong di kafe sambil belajar lagi ngetrend belakangan ini. Makna simulfiks yang timbul akibat proses bergabungnya dengan kata dasar bisa lebih bervariasi dan tergantung pada kata dasar yang dilekatinya dan  perubahan yang terjadi pada kata dasar setelah bergabung dengan simulfiks.

Demikian uraian mengenai simulfiks sebagai salah satu afiks atau imbuhan nonstandar dalam bahasa Indonesia. Semoga mencerahkan.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Yogi Resya Pratama

Berita Sesudah

Generasi Terapung

Berita Terkait

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Perempuan Indonesia Tidak Mengenal Mekap

Minggu, 06/7/25 | 10:35 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas) Layakkah ini dijadikan kesimpulan? Perempuan...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Persoalan Kata Hidup dan Mati

Minggu, 29/6/25 | 08:02 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies) Kata hidup dan mati termasuk dua kata yang...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Syarat Sebuah Paragraf yang Ideal

Minggu, 22/6/25 | 20:22 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Mengenal syarat paragraf yang ideal dalam membuat...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

Minggu, 08/6/25 | 07:19 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Selasa lalu (3 Mei 2025) mahasiswa Sastra Indonesia...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Agak”, “Sedikit”, “Cukup”, dan “Lumayan”

Minggu, 01/6/25 | 11:00 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini akan...

Berita Sesudah
Generasi Terapung

Generasi Terapung

Discussion about this post

POPULER

  • Sekitar 150 warga Jorong Kampuang Surau, Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, menggelar aksi unik dengan mengarak TOA (pengeras suara) keliling kampung pada Minggu malam (13/7/2025).

    Warga Kampuang Surau Arak TOA Keliling Kampung, Tuntut Pengembalian 20 Persen Lahan dari PT BPSJ

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perayaan HUT Koperasi ke-78 di Bukittinggi, Bung Hatta Kembali Jadi Inspirasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yusri Latif: Koperasi Harus Jadi Kunci Kebangkitan UMKM dan Potensi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024