Ummu Sholihah
(Ketua Bidang Kaderisasi Nasional KOPRI PB PMII 2021-2024)
Kaderisasi memegang peran besar dalam pembangunan masa depan suatu organisasi karena ialah yang bertanggung jawab atas pembentukan manusia-manusia yang akan membangun organisasi tersebut. Persoalan kaderisasi dalam sebuah organisasi tentu menjadi peran yang vital dalam pengamalan nilai-nilai yang termuat dalam sebuah produk hukum organisasi. Sebagaimana KOPRI yang menjadi wadah bagi pengembangan kader PMII Puteri, organisasi ini merupakan badan semi otonom dari PMII dengan sistem pengkaderan yang terarah, terencana, sistematis, terpadu, berjenjang, dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, dan memperluas wawasan agar menjadi manusia yang santun, cerdik, terampil, cendekia, dan siap menjalankan roda organisasi untuk mencapai cita-cita perjuangannya.
Kaderisasi yang produktif dan terarah merupakan konsep yang harus menjadi pedoman utama dalam proses pengkaderan. Penguatan kader secara intekektual, skill, dan kemandirian menjadi tolak ukur keberhasilan dalam proses kaderisasi. Setiap zaman atau massa pasti memiliki pengalaman dan kondisi yang berbeda-beda maka perlu dan diperbolehkan formula-formula baru untuk selalu menyegarkan sistem pengkaderan yang lebih baik.
Di tengah kondisi yang memaksa ini, kita harus berpikir tepat dan bergerak cepat karena sudah menjadi fenomena dilematis tersendiri bagi para kader-kader penggerak di tingkat bawah. Proses kaderisasi nantinya akan terhambat seiring dengan ketetapan regulasi yang belum ada. Namun, proses kaderisasi yang merupakan proses regenerasi penerus yang lebih berkualitas tidak boleh berhenti. Oleh karena itu, di tengah pandemi ini, kaderisasi tetap harus dilaksanakan baik dengan sistem daring (online), hybrid, maupun tatap muka (offline) dengan mematuhi protokol kesehatan.
Namun, metode kaderisasi yang baru kemudian mungkin akan menjadi polemik tersendiri yang harus diperhatikan agar dalam pelaksanaannya bisa berjalan sebagaimana mestinya. Pembahasan soal teknis dan komponen-komponen dalam sistem kaderisasi ini harus mengantisipasi beberapa kemungkinan-kemungkinan yang berdampak pada sistem kaderisasi masa depan, seperti bagaimana seorang kader yang menjalani kaderisasi online akan melakukan kaderisasi offline terhadap penerusnya. Apakah situasi online saat ini, nilai-nilai yang kurang tersampaikan dapat menyebabkan pergeseran metode kaderisasi offline ke depannya. Kemudian, apakah inovasi-inovasi baru yang sengaja lahir dari upaya adaptasi, dapat menggantikan tempat tradisi lama nantinya dari efek gebrakan digitalisasi dan transformasi kaderisasi yang dijalankan saat ini.
KOPRI sebagai ruang pengembangan kapasitas, kreativitas, dan inovasi, harus bisa menjawab perkembangan yang saat ini berjalan. Tentu ini harus sejalan dengan role model kaderisasi di PMII sehingga seluruh kader ke depan tidak gagap dalam menyikapi transformasi kaderisasi yang akan diusung dengan mencakup berbagai bidang profesional lainnya. KOPRI harus bisa membuat produk dan kebijakan kaderisasi yang bersifat elastis. Hal itu karena formulasi dan model kaderisasi yang ada di setiap lokalnya memiliki kultur, budaya, dan tantangan yang berbeda. Semua itu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan tipologi karakter kader KOPRI di setiap kampus tertentu. Dari membangun citra diri organisasi, menguraikan permasalahan, analisis kebijakan, diskusi, pertarungan perebutan kader, ruang-ruang strategis, hingga pertarungan gagasan.
Mengingat banyaknya potensi kader KOPRI yang tersebar di seluruh Indonesia, kader KOPRI harus memegang dua prinsip, yaitu kopri harus mandiri dan maju. Kader KOPRI harus memiliki jiwa pemimpin yang matang, berani, dan bertanggung jawab, memiliki mental yang kuat, serta keilmuan yang mumpuni dan spiritual yang tinggi. Semua itu dilakukan dengan menata ulang Gerakan KOPRI dari ranah filosofis menuju langkah kongkret tanpa mengurangi nilai-nilai filosofis yang telah ditanamkan. Transformasi kaderisasi multidimensi yang dicanangkan akan menjadi sistem baru untuk memperbaiki dan memaksimalkan potensi yang dimiliki seluruh kader KOPRI.
Transformasi kaderisasi multidimensi PMII yang diambil untuk menjadi role model ini adalah pembaharuan tata kelola kaderisasi yang diarahkan untuk memperkuat berbagai potensi kader dan penggunaan teknologi akan menjadi salah satu penunjangnya. Terkait konsep pelaksanaanya, keberadaan teknologi diintegrasikan secara maksimal. Mulai dari proses pendaftaran, seleksi sampai pelaksanaan di setiap kegiatan kaderisasi formal maupun nonformal KOPRI, akan tetap berjalan secara efektif dengan menggunakan inovasi program transformasi kaderisasi di lembaga-lembaga profesional. Lembaga-lembaga tersebut yang dapat digunakan sebagai human resources distribution and open educational resources yang memungkinkan seluruh kader KOPRI untuk melakukan gathering and sharing dengan mudah dan efisien.
Discussion about this post