Oleh : Armini Arbain
(Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas)
Komik dapat dikatakan sebagai karya sastra karena komik diekpsresikan dalam bentuk narasi, bersifat fiktif, dan mimesis. Sebagai bentuk karya kreatif, komik termasuk sebagai sastra visual atau sastra gambar (Rufaida, 2012:t2). Adanya gambar dan balon kata– kalimatnya singkat-singkat– dalam komik membuat banyak anak-anak lebih tertarik membaca komik daripada membaca cerita yang hanya diekspresikan melalui bahasa tulis saja. Pemanfaatan gambar lebih memudahkan anak untuk menangkap ide dan gagasan yang ada dalam komik. Anak lebih mudah mengenal tokoh dan karakter tokoh. Anak menjadi terhibur melihat gambar tokoh yang lucu-lucu. Hal inilah yang membuat anak terkadang sangat mengidolakan seorang tokoh dalam komik. Di samping itu, anak juga dengan mudah memahami cerita karena dengan adanya gambar, mereka tidak perlu berlama-lama atau bersusah payah membaca.
Sebagai sebuah karya sastra, komik memuat pesan-pesan yang dapat membentuk karakter anak. Salah satu komik yang dapat membentuk karakter anak adalah komik Hai, Miiko. Komik yang berasal dari Jepang ini ditulis oleh seorang wanita Jepang. Komik ini mengambil setting masyarakat Jepang. Karakter bangsa Jepang dicirikan dalam prinsip Bushido. Bushido adalah kode etik kepahlawanan golongan Samurai dalam feodalisme bangsa Jepang. Golongan Samurai merupakan strata sosial penting dalam tatanan masyarakat Jepang. Bushido merupakan sikap rela berkorban demi negara/kerajaan. Para Samurai dan Shogun yang gagal menjaga kaisar, akan melakukan harahiri. Dalam Bushido, terdapat tujuh prinsip, yaitu (1) Gi adalah Integritas (2) Yuu adalah Berani, (3) Yuu adalah Mencintai sesama, (4) Rei adalah Santun, (5) Makoto adalah Tulus & Ikhlas, (6) Makoto adalah Kemuliaan dan kehormatan, (7) Chuugi adalah Loyalitas (Dirjen Dikti, 2013: 68).
Komik (di Jepang disebut dengan “mangga”) Hai, Miiko ini terdiri dari beberapa volume. Setiap volume memiliki sejumlah cerita yang temanya berbeda-beda. Cerita dalam komik ini mengisahkan tentang seorang anak perempuan yang bernama Miiko. Miiko berusia 11 tahun dan duduk di kelas lima Sekolah Dasar. Cerita demi cerita yang menjadikan tokoh Miiko sebagai tokoh utama ini merefleksikan prinsip Bushido. Dengan demikian, komik ini dapat membentuk karakter anak. Prinsip Busyido yang tercermin dalam komik Hai Miiko karya Ono Eriko.
1.Sikap Pantang Menyerah
Sikap pantang menyerah terekspresi melalui cerita yang berjudul “Tim 5.3 Pantang Menyerah”. Judul ini terdapat dalam Volume 4. Cerita ini menceritakan pertandingan lari estefet antarkelas yang diadakan sekolah Miiko. Setiap kelas mempersiapkan tim masing-masing. Kelas 5.3 akan berhadapan dengan kelas 6.2. Semua kelas berusaha mempersiapkan timnya agar bisa menang. Dalam menghadapi lawan main yakni kelas 6.2, kelas 5.3 merasa tertantang kareka dari kelas 6.2 tersebut ada atlet nasional. Apalagi Kelas 6.2 menganggap remeh kelas 5.3. Kondisi yang demikian membuat kelas 5.3 berlatih dengan giat.
Di kelas 5.3, Miiko dijadikan sebagai pemain cadangan. Miiko sadar kondisi badannya yang pendeklah yang menyebabkan ia tidak dijadikan sebagai pemain inti. Kondisi demikian memacu semangat Miiko sehingga ia berlatih dengan rajin. Miiko menjadi lebih tertantang ketika teman-temannya merendahkannya yang mengatakan ia tidak akan mampu berlari dengan cepat.
Pada acara puncak pertandingan, Miiko datang dengan semangat yang menyala-nyala namun ada juga rasa khawatir kalau dirinya tidak akan ikut berlomba karena dia hanya pemain cadangan. Ternyata ketika permainan akan usai pelari andalan kelas 5.3 yang bernama Hara jatuh dan tidak bisa melanjutkan permainan. Semua menjadi panik karena pemain cadangan hanya Miiko. Anggota kelas 5.3 tidak yakin Miiko bisa menggantikan Hara sehingga ada yang berpendapat mereka mundur saja dari pertandingan tersebut. Namun, Taipeh, sang pimpinan yakin Miiko mampu menggantikan Hara karena ia melihat Miiko berlatih dengan serius sehingga ia menyuruh Miiko turun melanjutkan permainan.dan Miiko berhasil dengan gemilang sehingga kelas 5.3 menjadi pemenang. Kemenangan yang mereka peroleh karena Miiko berjuang dengan kuat tanpa menyerah.
2.Memiliki Rasa Empati
Karakter yang memiliki rasa empati ini terlihat dalam cerita “Mimpi Nazomi-Chan” (Volume 20) tokoh Miiko memperlihatkan rasa empatinya terhadap Nazomi-Chan yang menderita sakit kanker darah dan harus dirawat di rumah sakit. Miiko dan Mari-Chan yang mengetahui Nazumi sakit pergi menjenguk ke rumah sakit namun mereka tidak diizinkan masuk karena Nazomi belum boleh dijenguk. Walaupun tidak bisa menemui Nazomi, mereka berdua menulis surat untuk Nazomi yang isi menghibur Nazomi agar tabah menghadapi penyakitnya.
Pada saat Nazomi diizinkan istirahat di rumah, ia menelepon Miiko dan minta Miiko untuk datang ke rumah Nazomi. Miiko mengajak Mari-Chan datang menjenguk Nazomi. Mereka kaget melihat Nazomi botak. Karena pengaruh obat, rambut Nazomi menjadi rontok. Nazomi terkadang putus asa menghadapi penyakitnya karena ia sering menonton film tentang orang yang menderita kanker akan cepat meninggal. Mereka berdua menghibur Nazomi dan mendorong Nazomi untuk rajin makan obat agar cepat sehat dan rambutnya tumbuh kembali. Mereka selalu menulis surat dan mengirim komik untuk Nazomi. Mereka merasakan bagaimana penderitaan Nazomi sehingga mereka selalu menghibur Nazomi. Nazomi sangat senang dengan perhatian yang diberikan Miiko dan Mari-Chan.
3.Rasa Tanggung Jawab.
Rasa tanggung jawab yang tinggi ini terlihat dalam cerita yang berjudul “Nenek Toko Obat” yang terdapat dalam Volume 25. Cerita ini mengisahkan tokoh Miiko yang diberi amanah mama dan papanya untuk menjaga kedua adiknya karena kedua orang tuanya itu terlambat pulang dari kantor. Miiko berusaha menjaga adiknya dengan baik. Ia juga memanaskan dan menyediakan makanan untuk makan malam. Ketika malam hari terjadi badai, Mamoru sakit perut. Miiko bingung karena di rumah tidak ada obat, sementara di luar sedang terjadi badai. Miiko memastikan orang tuanya tidak bisa pulang dengan cepat karena kereta api tidak beroperasi disaat badai.
Rasa tanggung jawab yang dalam pada adik-adiknya membuat Miiko bertekad untuk mencari obat untuk Mamoru. Dengan berpesan pada Momo agar menjaga Mamoru, Miiko pergi mencari toko obat. Di tengah badai topan, dengan menggigil ia pergi mencari toko obat, ia khawatir tidak ada toko yang buka karena sedang ada badai. Ia ingat toko obat nenek yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Karena rasa tanggung jawab yang tinggi, akhirnya Miiko memperoleh obat untuk adiknya sehingga adiknya sembuh.
4.Kreatif dan Inovatif
Sifat kreatif yang dimiliki Miiko terlihat dalam cerita yang berjudul “ Hadiah Hari Ayah” (volume 23). Pada cerita ini diceritakan tentang Hari Ayah yang jatuh pada minggu ketiga setiap bukan Juni. Mamoru adik Miiko sudah mempersiapkan dan membungkus kado untuk papanya. Sementara itu, Miiko tidak memiliki uang sehingga ia kebingungan untuk memberi kado pada papanya. Ia berpikir keras bisa memberi kado tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Ia ingin memberi sesuatu yang menyenangkan bagi ayah.
Ketika Miiko melihat gelas yang dipakai ayah setiap hari, muncul idenya untuk membuat alas gelas dari plastik dan dilukisnya wajah ayah setelah itu diberi hiasan. Ketika ayah pulang, Miiko menyuguhi ayahnya minuman dengan menggunakan gelas yang pakai alas yang dibuat Miiko. Ayah sangat senang dengan hadiah dari Miiko. Ayah memuji pekerjaan Miiko dan mengatakan Miiko anak yang kreatif.
Di samping kreatif, Miiko juga memiliki sikap yang inovatif. Sikap inovatif ini terlihat dalam cerita “Mau Kasih Hadiah” yang ada pada volume 20. Dalam cerita ini, dikisahkan saat akan merayakan natal dan ketika memberi kado pada orang-orang terdekat, Miiko tidak punya uang untuk memberi hadiah pada anggota keluarganya sehingga ia mencari memberi sesuatu dengan memanfaatkan bahan kue yang ada di kulkas. Miiko mencoba membuat kue dengan petunjuk yang ada dalam buku. Miiko bisa membuat kue dan hasilnya bagus. Setelah kue itu jadi dalam bentuk boneka-boneka kecil, kue itu dihiasi dan diberi nama sesuai untuk siapa kue itu dihadiahkan. Bentuknya sangat menarik dan mengundang selera. Miiko membungkus kue tersebut dengan bentuk kado yang lucu. Sehingga penerima kado tersebut merasa sangat senang dan bergembira.
5.Menghargai Persabatan
Selanjutnya, tokoh Miiko juga digambarkan sebagai tokoh yang menghargai persahabatan. Persahabatan Miiko dan Mari-Chan sudah lama terjalin. Mereka sangat dekat walaupun terkadang juga saling mengejek. Mereka menjalin persahabatan dengan tulus. Cerita yang berjudul “ Hadiah Terindah” dalam volume 4 ini menceritakan persahabatan Miiko dan Mari-Chan. Dalam menyambut natal, warga kelas mereka diundang oleh Yoshiki untuk merayakan natal di rumahnya. Untuk menghadiri pesta tersebut, Miiko dan Mari-Chan ingin membeli baju baru. Mereka pergi ke mall untuk melihat baju yang akan dibeli. Ternyata baju yang mereka taksir sama sehingga mereka berebutan. Setelah baju tersebut dicoba oleh Mari-Chan, ternyata baju itu kekecilan sehingga ia berencana untuk diet agar nanti ketika natal baju itu bisa pas. Sebaliknya, ketika baju itu dicoba Miiko, baju itu kebesaran sehingga Miiko ingin makan banyak agar cepat gemuk. Mereka berdua akan minta mama mereka membelikan baju tersebut untuk hadiah natal.
Dua hari menjelang natal, mereka kembali ke mall, mereka sangat senang karena dalam rangka natal ternyata Mall memberikan diskon lima puluh persen untuk semua barang, termasuk baju. Mereka sangat senang dan masuk ke Mall untuk membeli baju yang mereka impikan. Namun keduanya sangat kecewa karena baju tersebut sudah habis terjual. Mereka berdua sedih dan pulang tanpa membawa baju yang mereka inginkan.
Ketika Miiko sampai di rumah, ia disambut ibunya dengan sebuah kado natal. Miiko langsung membuka kado tersebut, ia sangat kaget karena isi kado tersebut adalah baju yang diinginkannya. Setelah baju diambilnya, Miiko minta ibunya memperbesar baju itu seukuran Mari-Chan. Miiko ingin memberikan baju tersebut karena Miiko melihat Mari-Chan sangat menginginkan baju itu. Ibu paham arti persahabatan anaknya dengan Mari-Chan sehingga dengan bijaksana ibunya memenuhi keinginan Miiko. Sementara itu, Mari-Chan juga dihadiahi ibunya baju yang sama namun Mari-Chan juga meminta ibunya memperkecil baju itu seukuran Miiko. Akhirnya, pada hari natal mereka bisa memakai baju kembaran sehingga teman-teman mereka memuji kebersamaan mereka.
6.Sikap Sportif
Sportif merupakan sebuah sifat yang mau mengakui kesalahan dan menyesal atas keselahan tersebut. Di samping itu, orang yang bersalah tersebut juga mau meminta maaf. Karakter sportif ini terlihat dari sikap Miiko yang ada pada cerita “Ferstival anak Perempuan” yang terdapat pada komik volume 23. Pada cerita ini diceritakan tokoh Miiko yang disuruh mamanya untuk menjemput adiknya Momo di tempat penitipan Anak. Di samping menjemput Momo, Miiko juga bertugas untuk membersihkan ruang tamu. Keluarga mereka sudah biasa membagi tugas demikian karena ayah dan ibu bekerja sampai sore bahkan kadang-kadang sampai malam. Ayah dan ibu Miiko mendidik anaknya untuk mandiri. Sekaligus membiasakan anak-anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci dan memberihkan rumah. Itulah sebabnya Miiko menerima tugas tersebut.
Miiko juga ingin menata boneka di ruang tamunya. Oleh karena itu, sesampai di rumah, Miiko langsung membersihkan ruang tamu dan juga memajang boneka. Ia amat bahagia memajang boneka tersebut sehingga ia lupa untuk menjemput Momo di Penitipan anak. Ketika Mamoru pulang, dia mengingatkan Miiko untuk menyemput Momo. Miiko kaget dan sangat menyesal mengapa ia lupa menjemput Momo, pada hal hari sudah sore. Ia lalu menelepon tempat penitipan anak memberitahukan kalau ia akan menjemput Momo. Alangkah kagetnya Miiko kalau petugas penitipan anak memberitahu bahwa Momo sudah dijemput ibunya. Miiko menjadi sangat bersalah dan juga ketakutan akan dimarahi ibunya.
Ketika Mamanya pulang, Miiko langsung menyambut mama dan minta maaf. Ia menjelaskan mengapa ia lupa karena ia sangat asyik menata boneka di ruang tamu dalam rangka mengikuti Festival Anak Perempuan. Mama memaafkan Miiko dan tidak marah.
7.Kebersamaan
Kebersamaan ini terlihat dari cerita “Berjuanglah kelas 5-3” yang terdapat dalam volume 23. Dalam cerita ini diceritakan bahwa sekolah akan mengadakan lomba basket antarkelas. Kelas 5-3 akan bertanding melawan kelas 5-2. Untuk menghadapi pertandingan tersebut Miiko dan teman-teman sekelasnya berlatih. Ketika kelas 5-3 berlatih, siswi kelas 5-2 mengejek Miiko karena tubuh Miiko pendek. Mereka mentertawakan Miiko dan mengatakan tidak mungkin Miiko bisa memasukkan bola. Kawan sekelas Miiko marah pada kelas 5-2. Mereka bertekad bisa menghancurkan kesombongan kelas 5-2. Mereka bertekad untuk memenangkan pertandingan tersebut.
Adanya tekad yang demikian, membuat mereka berlatih sekuat tenaga, mereka bekerja sama dengan baik. Antara tim siswa dan tim siswi bekerja sama dan saling memberi dukungan. Ketika tim putri berlatih, tim putra memberi arahan dan semangat. Begitu juga sebaliknya. Setiap sore mereka berlatih dengan giat. Mereka selalu menjaga kebersamaan dan saling memotivasi.
Adanya kebersamaan yang tinggi dalam kelas 5-3 tersebut membuat mereka menjadi kuat. Mereka yakin mampu mengalahkan kelas 5-2 tersebut. Pada hari kompetisi, mereka bersorak-sorak menjagokan tim kelas mereka masing-masing. Kelas 5-3 selalu menyemangati tim mereka. Adanya semangat yang diberikan teman-temanya itu, membuat tim bermain dengan semangat yang tinggi. Kondisi itu tentu saja membuat mereka mampu memasukkan bola sehingga dapat mengalahkan lawan. Kemenangan yang mereka peroleh itu karena adanya kebersamaan yang tinggi dari kelas 5-3.
8.Kerja keras
Sikap kerja keras ini terlihat dari cerita yang berjudul “Seperti Apa Wajah Temanmu” yang terdapat dalam Volume 14. Cerita ini mengisahkan saat Miiko dan temannya mendapat tugas menggambar teman sendiri dari bu guru. Miiko mendapat tugas menggambar wajah Mari-Chan. Miiko tidak bisa menggambar sehingga wajah Mari-Chan yang digambar Miiko terlihat aneh. Miiko sudah berusaha membuat gambar wajah Mari-Chan sebaik mungkin tapi hasilnya jelek.
Ketika Mari-Chan melihat gambar wajahnya yang dibuat Miiko, Mari-Chan marah dan tidak mau berbicara dengan Miiko. Miiko jadi sedih atas sikap Mari-Chan tersebut. Di sisi lain, Mari-Chan sangat sedih karena wajah yang digambar tersebut berbeda jauh dengan wajahnya. Mari-Chan berpikir bahwa dalam pikiran Miiko, wajahnya tembem dan memiliki bibir yang tebal. Hal itulah yang membuat Mari-Chan sangat marah pada Miiko.
Melihat Mari-Chan marah tersebut, Miiko sedih sekali sehingga Miiko berusaha memperbaiki gambar wajah Mari-Chan sampai gambar itu mirip wajah Mari-Chan. Setelah selesai, gambar itu dibawanya ke sekolah. Dengan hati yang berdebar-debar, Miiko memperlihatkan gambar itu pada Mari-Chan. Mari-Chan senang dan teman sekelas Miiko memuji kerja keras yang dilakukan Miiko.
Dari uraian di atas, terlihat sejumlah karakter yang diekspresikan dalam komik ini bertalian dengan prinsip Busyido. Karakter tersebut adalah (1) Pantang Menyerah, (2) Memiliki rasa empati,(3) Memiliki Rasa tanggung jawab, (4) Kreatif dan inovatif, (5) Menghargai Persahabatan, (6) Sportif dan jujur, (7) Memiliki rasa kebersamaan dan (8) Kerja keras. Kedelapan karakter di atas, pada dasarnya saling berkait dan bersumber Prinsip Busyido Jepang. Semua karakter tersebut diperlukan dalam pembentukkan karakter anak. Dengan demikian, komik ini penting untuk anak-anak karena komik ini dapat membentuk karakter anak.