![Pasar sayur dadakan.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/10/Sayuran.jpg)
Sebanyak 300 paket sayuran yang dibawa Hariyanda Ade Sagita (29), petani muda asal Kabupaten Solok, habis terjual dalam waktu singkat. Ia adalah pemilik Hortisius Agriculturae Centrum, kelompok tani yang aktif memproduksi sayuran segar.
“Biasanya saya kesulitan menjual hasil panen. Sekarang, Pemprov bantu membuka pasar langsung di instansi. Ini sangat membantu. Semoga bisa rutin diadakan,” ujar Hariyanda penuh semangat.
Menurutnya, jika kegiatan seperti ini berlanjut dan melibatkan lebih banyak instansi, petani muda akan semakin percaya diri dan bersemangat. Ia menyebut bahwa salah satu alasan anak muda enggan terjun ke dunia pertanian adalah minimnya akses pasar yang pasti.
Tak hanya petani yang merasa terbantu. Para pegawai dan pengunjung kantor gubernur juga antusias. Yenrita (54), seorang pegawai yang datang ke lokasi, menyebut program ini sangat bermanfaat.
“Sayurnya segar, harganya bersahabat, dan saya tidak perlu lagi buru-buru ke pasar setelah kerja. Kalau bisa rutin, tambah varian juga seperti cabai dan beras,” ujarnya.
Pasar sayur kilat ini merupakan bagian dari proyek perubahan yang digagas oleh Kepala Badan Kesbangpol Sumbar, Mursalim, dalam rangka Pendidikan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat I yang sedang ia ikuti.
“Kita ingin ubah stigma bahwa pertanian itu pekerjaan kumuh. Lewat teknologi dan inovasi, pertanian bisa jadi profesi masa depan yang menjanjikan,” jelas Mursalim.
Ia mengatakan, saat ini Pemprov Sumbar tengah menyiapkan Peraturan Gubernur (Pergub) sebagai dasar hukum agar seluruh OPD terlibat aktif dalam mendorong digitalisasi, penggunaan teknologi, serta regenerasi petani di Sumbar.
Program ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan yang tepat, pertanian bisa menjadi solusi lapangan kerja bagi generasi muda. Pemerintah hadir sebagai fasilitator, membuka akses pasar langsung, serta mengubah pola pikir masyarakat terhadap dunia pertanian.
Jika kegiatan seperti ini terus digalakkan, Sumatera Barat bisa menjadi contoh sukses bagaimana pertanian bisa digarap secara modern, inklusif, dan berdampak luas — tidak hanya untuk petani, tapi juga bagi masyarakat perkotaan.(Adpsb)








