
PADANG, Scientia – Ratusan jiwa di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar) menjadi korban tragedi gempa dan tsunami.
Gempa dahsyat berkekuatan 7,2 skala richter menghoyak daerah terluar Sumbar itu, kemudian disusul gelombang tsunami setinggi 3 meter yang menghantam pantai Mentawai dalam waktu singkat.
Kejadian itu tepatnya terjadi pada 25 Oktober 2020 silam, sekitar pukul 21.42 WIB. Kini tepat 14 tahun mengingatkan peristiwa kelam bencana alam yang terjadi di Kepulauan Mentawai itu.
Gempa Mentawai ini terjadi di dasar laut, sekitar 78 kilometer di sebelah selatan Pulau Pagai dan 10 kliometer di bawah permukaan laut. Akibatnya daerah Pulau Pagai dan Pulau Siberut terdampak parah.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) bahkan mencatat 509 korban jiwa, 24 orang luka berat dan ringan, 21 orang hilang, dan 11.425 orang mengungsi. Jumlah itu tersebar di 35 dusun yang terdampak.
Selain korban jiwa, gempa dan tusnami mengakibatkan kerusakan parah. Sejumlah daerah terdampak yakni Desa Betu Monga, Desa Munte, dan Desa Bulasat di Kepulauan Mentawai.
Bencana alam di Kepulauan Mentawai ini meninggalkan trauma psikologis dan duka yang mendalam bagi masyarakat setempat. Terlebih lagi, daerah kepulauan ini dikelilingi lautan lepas.*