Jumat, 17/10/25 | 05:45 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Minggu, 22/9/24 | 07:26 WIB
Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan)

Kata kepada, untuk, dan bagi tergolong ke dalam kelas kata preposisi (ditandai dengan label p di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia). Preposisi dikenal juga dengan istilah kata depan. Sebagian besar penggunaan tiga kata ini diikuti oleh kata yang mengidentifikasikan sosok (orang). Berbagai kata yang merujuk orang bisa terlihat dalam bentuk nomina (kata benda) seperti ayah, ibu, teman, adik, paman, bibi, suami, istri, anak, perempuan itu, dan laki-laki itu. Selain itu, juga bisa dalam bentuk pronomina (kata ganti) seperti saya, aku, anda, kamu, dia, beliau, mereka, kalian, kita, dan kami.

Tidak hanya kata umum, sebuah nama juga bisa menjadi rujukan untuk orang yang sedang dibicarakan. Berbagai kata yang berkaitan dengan sosok atau orang bisa didahului oleh preposisi (kata depan) seperti pada, dengan, daripada, dari, kepada, untuk, dan bagi. Setiap preposisi tentunya memiliki makna yang bisa mendukung konteks sebuah kalimat secara efektif. Akan tetapi, di dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak kata-kata bersinonim yang sulit dibedakan. Oleh sebab itu, dalam edisi Klinik Bahasa kali ini, kita akan menilik kembali penggunaan dan makna kata kepada, untuk, dan bagi.

Secara umum, tiga kata ini bisa dipahami sebagai preposisi yang menyatakan ‘tujuan’. Akan tetapi, tujuan tersebut bukan berupa tempat, melainkan orang. Kita bisa saja menggunakan istilah kepada dia, untuk dia, dan bagi dia secara bergantian. Hal ini lumrah terjadi karena tiga kata ini memang bersinonim. Namun demikian, untuk memiliki pemahaman bahasa Indonesia yang lebih efektif, kita perlu menelaah kembali perbedaan ketiga kata ini. Kita akan mulai dengan kata kepada.

Kata kepada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki satu makna, yaitu ‘kata depan untuk menandai tujuan orang’ dengan contoh kalimat: Buku ini saya berikan kepadamu. Berbeda dengan kata kepada, kata untuk yang tergolong preposisi memiliki enam makna di dalam KBBI, yaitu:

BACAJUGA

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB
Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Seperti” dan “Sepertinya”

Minggu, 07/9/25 | 09:56 WIB
  1. kata depan untuk menyatakan bagi …; bagian
  2. sebab atau alasan
  3. tujuan atau maksud; bagi
  4. penggantian (sebagai ganti…); (disediakan, digunakan, dipakai) sebagai …
  5. selama
  6. sudah

Kata bagi (sebagai preposisi) memiliki dua makna, yaitu:

  1. kata depan untuk menyatakan tujuan; untuk
  2. kata depan untuk menyatakan perihal; akan (hal); tentang (hal); menurut (pendapat)

Berdasarkan makna yang ada di dalam KBBI tersebut, kita bisa melihat perbedaan fungsi dari preposisi kepada, untuk, dan bagi. Kata kepada hanya tertuju pada seseorang. Berikut ini adalah contoh-contoh kalimatnya:

  1. Saya akan memberi surat ini kepada  Cilla.
  2. Saya sudah mengirim paket tersebut kepada ayah.

Kata untuk tidak hanya ditujukan pada seseorang, tetapi juga ditujukan sebagai alasan, waktu, dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya:

  1. Topi yang berwarna hitam untuk ayah, sedangkan topi yang berwarna biru untuk adik.
  2. Dia belajar sangat keras untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
  3. Jangan salah lagi ya. Botol yang berwarna merah untuk kopi, botol yang berwarna cokelat untuk teh, dan botol yang berwarna kuning untuk jus.
  4. Kami akan bekerja di ruangan ini untuk beberapa hari ke depan.
  5. Saya sudah menelepon dia untuk ketiga kalinya.

Dari lima contoh kalimat tersebut, kita bisa mengetahui bahwa kata untuk tidak selalu ditujukan pada seseorang. Hal ini sangat berbeda dengan kata kepada. Selanjutnya, kata bagi. Secara fungsi, kata bagi sama dengan kata kepada. Kata bagi yang tergolong preposisi hanya bisa ditujukan pada seseorang. Akan tetapi, kata bagi yang ditujukan kepada seseorang memiliki dua makna yang berbeda. Kita bisa melihatnya dari contoh-contoh berikut:

  1. Camilan ini disediakan bagi jemaah yang akan melakukan perjalanan jauh.
  2. Pemerintah sudah menyediakan banyak dispenser air minum bagi pejalan kaki yang membutuhkannya.
  3. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, nasi masih menjadi makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari.
  4. Bagi saya, persoalan ini terlalu rumit untuk diselesaikan dalam waktu yang singkat.

Kata bagi pada kalimat 1 dan 2 memiliki makna yang hampir sama dengan kata untuk. Akan tetapi, kata bagi pada kalimat 3 dan 4 memiliki makna ‘pendapat’ atau ‘menurut’ seperti yang tertulis di KBBI. Ini adalah perbedaan kata kepada, untuk, dan bagi berdasarkan makna-makna yang terdapat di dalam KBBI. Untuk lebih jelasnya, kita akan menelaah kembali perbedaannya secara spesifik dalam uraian selanjutnya.

Pertama, kata kepada tidak selalu bermakna ‘memberi sesuatu untuk seseorang’. Kita bisa melihat contoh-contoh berikut:

  1. Saya ingin memberi kue ini kepadamu.
  2. Saya ingin memberi kue ini untukmu.
  3. Saya akan mengirim makanan ini kepadamu.
  4. Saya akan mengirim makanan ini untukmu.

Dari empat kalimat ini, kata kepadamu dan untukmu memiliki makna yang sama. Akan tetapi, jika kalimatnya kita variasikan, kita bisa merasakan perbedaannya:

  1. Kue ini saya beli kepadamu.
  2. Kue ini saya beli untukmu.

Dua kalimat ini memiliki konteks makna yang sangat berbeda. Kalimat ‘Kue ini saya beli kepadamu’ memiliki konteks ada banyak orang yang menjual kue. Akan tetapi, sosok saya membeli kue yang dijual oleh sosok kamu. Berdasarkan konteks ini, kita bisa memahami bahwa kata kepada tidak hanya bermakna ‘memberi sesuatu untuk’ tetapi juga ‘melakukan sesuatu yang bisa diperoleh dan ditujukan untuk seseorang’. Artinya, kegiatan transaksi jual-beli kue dilakukan untuk sosok kamu. Sesuatu yang diberi oleh sosok saya kepada sosok kamu bukanlah benda, tetapi kegiatan transaksi. Konteks ini sangat berbeda dengan kalimat kedua ‘Kue ini saya beli untukmu’ yang bermakna memberi kue untuk sosok kamu.

Kedua, kalimat yang menggunakan kata kepada harus menyertakan verba (kata kerja), sedangkan kalimat yang menggunakan kata untuk bisa mewakili verba dalam kalimat tersebut. Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat contoh-contoh berikut:

  1. Kue ini saya beli untukmu.
  2. Kue ini saya buat untukmu.
  3. Kue ini saya pesan untukmu.

Verba di dalam tiga kalimat ini bisa dihilangkan (dalam tuturan sehari-hari). Hal ini disebabkan kata untuk seolah sudah mewakili tujuan dari aktivitas yang dilakukan. Kalimat-kalimat serupa ini tidak bisa diterapkan dengan kata kepada. Kita tidak bisa membuat kalimat ‘Kue ini kepadamu’.

Ketiga, kata bagi yang bermakna ‘untuk’ tidak bisa diberlakukan pada perorangan (termasuk pronomina tunggal), begitu pun dengan nama orang. Kata bagi yang bermakna ‘untuk’ bisa ditujukan untuk konteks jamak atau kelompok dengan identitas tertentu. Berikut adalah contoh-contoh penggunaannya:

  1. Nasi kotak ini disediakan bagi peserta yang sudah mendapatkan kupon konsumi.
  2. Alat-alat ini bisa digunakan bagi pendatang yang belum mendapatkan penginapan yang layak.
  3. Camilan ini disediakan bagi jemaah yang akan berangkat pada pukul 12.00 siang.

Dari tiga contoh ini kita bisa melihat tujuan orang yang dimaksud adalah kelompok-kelompok tertentu. Kita tidak bisa menggunakan kata bagi untuk perorangan, begitu pun nama orang, seperti:

  1. Nasi kotak ini disediakan bagi dia.
  2. Alat-alat ini bisa digunakan bagi saya.
  3. Camilan ini disediakan bagi Riana.

Inilah penjelasan tambahan untuk perbedaan kata kepada, untuk, dan bagi. Semoga bermanfaat.

Tags: #Reno Wulan Sari
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Puisi-puisi Hardi Abu Rafa

Berita Sesudah

Komunikasi Misterius ala “Keluarga Mulyono” dan Dilema Wartawan

Berita Terkait

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Kata Penghubung Sebab Akibat

Minggu, 12/10/25 | 10:25 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies Korea Selatan) Setiap bahasa memiliki kata penghubung (dalam...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Larangan Menggunakan Kata Tanya “Di mana”

Senin, 29/9/25 | 05:24 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Ketika membaca karya ilmiah, seperti skripsi, tesis,...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Penggunaan, Jenis, dan Fungsi Kata “Tersebut” dalam Kalimat

Minggu, 21/9/25 | 18:30 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Beberapa pengguna bahasa sering keliru menggunakan kata-kata...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tengkelek: Dari Sendal Kayu Menjadi Nama Merek

Minggu, 14/9/25 | 15:19 WIB

Oleh: Ria Febrina (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan Prodi S2 Linguistik Universitas Andalas) Saat melaksanakan salat Magrib di Musala Cafe...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Perbedaan Kata “Seperti” dan “Sepertinya”

Minggu, 07/9/25 | 09:56 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata seperti dan sepertinya hanya dibedakan...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Bahasa dalam Pandangan Linguistik Fungsional Sistemik

Minggu, 31/8/25 | 14:37 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Linguistik fungsional sistemik (LFS) merupakan konsep yang...

Berita Sesudah
Komunikasi Persuasif dalam Child Grooming

Komunikasi Misterius ala "Keluarga Mulyono" dan Dilema Wartawan

POPULER

  • Afrina Hanum

    Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seminar Ekonomi UNP Dorong Mahasiswa Jadi Penggerak Ekonomi Berkelanjutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Kata “bapak” dan “ibu” Harus Ditulis dalam Huruf Kapital ?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Job Fair 2025 UNP Hadirkan Puluhan Perusahaan Ternama, Buka Peluang Karier bagi Lulusan Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Se Indonesia, seIndonesia, atau se-Indonesia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pemkab Solok Hentikan Sementara Kegiatan Wisata Glamping Lakeside Alahan Panjang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024