Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Beberapa hari terakhir, media sosial dihebohkan oleh adanya berita viral yang berisi perempuan yang tiduran di kursi KRL dalam sebuah video. Dilansir dari beberapa sumber, video tersebut direkam oleh penumpang lain yang seakan menyindir dan menertawakan perempuan yang tiduran di kursi kereta tersebut. Hingga akhirnya, datang petugas keamanan yang menegur terkait dengan tindakan yang dilakukan oleh perempuan tersebut. Perempuan itu memberikan penjelasan terkait dengan alasan dirinya yang tertidur di kursi KRL karena sedang haid. Berita ini dapat diakses melalui akun Twitter @sigblackmoon. Lalu, sebenarnya, seberapa sakit ketika perempuan sedang menstruasi?
Menstruasi adalah proses fisiologis bulanan di mana rahim perempuan melepaskan lapisan dalamnya (endometrium) melalui vagina. Proses ini dimulai ketika hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh mulai menurun. Ini menyebabkan endometrium mengelupas dan melepaskan darah serta jaringan lainnya melalui vagina. Sebagian besar perempuan mengalami beberapa gejala selama menstruasi mereka, seperti nyeri atau kram perut, sakit kepala, rasa lelah, perubahan suasana hati, dan rasa tidak nyaman pada area panggul, dan perut bagian bawah. Beberapa perempuan juga mengalami gejala fisik seperti sakit punggung atau nyeri payudara.
Selain itu, perempuan dapat mengalami perubahan pada siklus menstruasi mereka. Beberapa perempuan mungkin mengalami periode yang lebih pendek atau lebih lama dari biasanya, atau mungkin mengalami perdarahan yang lebih berat atau lebih ringan. Beberapa perempuan mengalami gejala premenstruasi (PMS) beberapa hari sebelum menstruasi dimulai.
Setiap perempuan berbeda dalam hal merasakan menstruasi mereka. Beberapa perempuan mungkin mengalami gejala yang sangat tidak nyaman, sedangkan yang lain mungkin hanya merasakan sedikit ketidaknyamanan atau bahkan tidak merasakan gejala sama sekali. Penting untuk diingat bahwa menstruasi adalah bagian normal dari siklus reproduksi perempuan dan banyak cara untuk meredakan gejala menstruasi jika mengganggu kegiatan sehari-hari.
Dismenore atau sering disebut sebagai nyeri haid adalah kondisi di mana seorang perempuan mengalami nyeri perut bagian bawah selama menstruasi. Dismenore adalah hal yang umum terjadi pada sebagian besar perempuan dan dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk beraktivitas selama periode menstruasi.
Dismenore dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu (1) Dismenore primer adalah jenis dismenore ini terjadi tanpa adanya kondisi medis lain yang mendasarinya dan biasanya dimulai pada masa remaja. Nyeri biasanya muncul sebelum atau selama menstruasi dan berlangsung selama beberapa hari. Gejala lain yang mungkin terkait dengan dismenore primer termasuk mual, muntah, sakit kepala, dan diare. (2) Dismenore sekunder adalah jenis dismenore yang disebabkan oleh kondisi medis lain, seperti endometriosis, fibroid rahim, atau infeksi panggul. Nyeri biasanya lebih parah dan berlangsung lebih lama dibandingkan dengan dismenore primer.
Pengobatan dismenore tergantung pada penyebabnya. Pengobatan untuk dismenore primer dapat meliputi obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau parasetamol, serta olahraga dan pemanasan, sedangkan pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung pada penyebabnya, misalnya dengan menggunakan obat-obatan untuk mengobati kondisi medis yang mendasarinya. Jika dismenore mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari atau terus berlanjut selama beberapa hari, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan penyebab dan pengobatan yang tepat.
Hal tersebut menimbulkan adanya peraturan khusus bagi perempuan, khususnya para pekerja yang harus melakuka aktivitas profesional. Di banyak negara, ada peraturan khusus terkait dengan hak dan perlindungan pekerja yang sedang menstruasi. Beberapa di antaranya adalah:
- Akses ke fasilitas sanitasi: Pekerja perempuan harus diberikan akses ke fasilitas sanitasi yang layak dan memadai, termasuk toilet dan tempat mencuci tangan.
- Cuti haid: Beberapa negara memiliki kebijakan cuti haid, yang memungkinkan pekerja perempuan untuk mengambil waktu cuti tambahan selama menstruasi mereka.
- Hak atas kesehatan reproduksi: Pekerja perempuan memiliki hak untuk mendapatkan informasi dan layanan kesehatan reproduksi, termasuk informasi tentang menstruasi dan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
- Antidiskriminasi: Diskriminasi terhadap pekerja perempuan berdasarkan pada status menstruasi atau kehamilan tidak boleh terjadi.
- Hak untuk beristirahat: Pekerja perempuan yang mengalami gejala yang tidak nyaman selama menstruasi mereka harus diberikan waktu istirahat yang memadai dan diperbolehkan untuk melakukan aktivitas yang lebih ringan jika diperlukan.
Peraturan dan kebijakan terkait menstruasi bervariasi di setiap negara dan tergantung pada undang-undang yang berlaku di sana. Namun, tujuan utamanya adalah untuk memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi pekerja perempuan selama menstruasi dan untuk menghilangkan diskriminasi serta stigmatisasi terhadap kondisi tersebut.
Pembahasan terkait hal ini tentunya memicu pertanyaan, apakah yang dilakukan oleh perempuan tersebut benar atau salah? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mungkin kita dapat berkontemplasi terkait dengan apa hubungan perempuan dan tubuhnya? Perempuan dan tubuhnya adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Isu perempuan dan tubuhnya menjadi sesuatu kungkungan oleh banyak hal yang membentuk suatu konstruksi di masyarakat bahwa seperti yang diungkapkan oleh Beauvoir bahwa perempuan adalah second gender.
Terlepas dari hal tersebut, faktor biologis membuat perempuan sulit untuk melakukan aktivitas seperti halnya menstruasi atau haid. Perempuan dan tubuhnya harus terkungkung oleh perubahan hormonal yang dirasakan pada saat menstruasi atau haid yang berdampak pada banyak aspek. Hal ini menunjukkan bahwa menstruasi tidak dapat diremehkan sama sekali karena dapat mempengaruhi kemampuan perempuan untuk melanjutkan kegiatan. Hal ini pun menciptakan suatu pemberian hak khusus bagi perempuan.
Perempuan dan tubuhnya sebagai sesuatu hal yang secara biologis adalah suatu kepastian. Tentunya, berbeda dengan lelaki yang tidak merasakan hal tersebut, perempuan sebagai seorang manusia tentunya perlu dimanusiakan. Oleh sebab itu, wajar saja jika perempuan harus menahan sakit akibat menstruasi. Hal yang perlu digarisbawahi adalah adanya toleransi dan saling menghargai karena perempuan dan tubuhnya berhak mendapatkan perlakuan yang layak demi memanusiakan mereka sebagai perempuan.
Discussion about this post