
Padang, SCIENTIA – Bukan lautan hanya kolam susu; kail dan jala cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan kau temui; ikan dan udang menghampiri dirimu. Potongan singel “Kolam Susu” Koes Plus tahun 1973 itu menggambarkan betapa kayanya laut kita.
Yok Koeswoyo menciptakan lagu itu mengibaratkan lautan sebagai kolam susu saking melimpahnya sumber daya alam ikan dan udang di lautan. Wajar diksi itu ia pakai, sebab Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, dan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, yakni mencapai 99,093 kilometer.
Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan, negeri ini dianugerahi wilayah laut sekitar 6,4 juta kilometer persegi, sementara daratannya hanya sekitar 1,9 juta kilometer persegi. Dengan lautan sekitar 75% lebih luas dibanding daratan ini menandakan Indonesia tak hanya memiliki kekuatan maritim yang potensial, tapi juga kaya sumber daya alam dengan keberagaman perikanan laut.
Jika dikelola dengan baik, perikanan negeri ini bukan lagi dagangan ecek-ecek di pasaran becek, tapi mampu menjadi produk unggulan pasar internasional. Pernah diakui Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono dalam kuliah umum di Universitas Gadjah Mada (UGM), besarnya potensi bluefood Indonesia ini diyakini bisa mendukung program ketahanan pangan dunia.
![Rapat Persiapan dan Pemantapan BBKT 2025 di Aula Dinas Sosial Kota Padang.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/11/Screenshot_2025-11-19-17-22-11-49_1c337646f29875672b5a61192b9010f92-120x86.jpg)







