Menurut Donizar, tayangan itu bukan hanya tidak pantas, tetapi juga telah mencederai marwah lembaga pendidikan Islam yang selama ini berperan penting dalam membentuk karakter bangsa.
“Pondok pesantren adalah wadah yang membangun sendi peradaban melalui pendidikan moral, akhlak, dan keagamaan. Menyudutkan pesantren sama saja dengan melecehkan nilai-nilai luhur bangsa,” tegas Donizar di Padang, Selasa (15/10).
Ia menilai, ulama dan kiai memiliki posisi penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Mereka bukan hanya pengajar agama, tetapi juga pilar moral yang menjaga keutuhan sosial dan spiritual masyarakat.
“Ulama itu tiang bangsa. Jika ulama dilecehkan, berarti kita sedang merobohkan salah satu fondasi utama negeri ini,” ujarnya.
Donizar juga mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk segera menindak tegas stasiun televisi yang menayangkan program tersebut. Menurutnya, kebebasan berekspresi tidak boleh dijadikan alasan untuk menistakan lembaga pendidikan agama dan tokoh spiritual yang dihormati masyarakat.
Ia berharap pihak Trans7 segera menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada kalangan pesantren, khususnya Ponpes Lirboyo, agar polemik ini tidak semakin meluas.
“Kami minta klarifikasi dan permintaan maaf resmi dari pihak terkait. Ini bukan hanya soal Lirboyo, tapi soal kehormatan pesantren di seluruh Indonesia,” tegasnya.
Selain itu, Donizar mengingatkan para insan media untuk lebih berhati-hati dalam mengemas tayangan publik. Media, kata dia, seharusnya menjadi sarana pencerahan dan pendidikan, bukan provokasi yang menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.(yrp)