
Padang, Scientia.id – Penyebaran narkoba di Sumatera Barat semakin memprihatinkan. Anggota DPRD provinsi Sumatera Barat dari fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Donizar menilai bahwa fenomena meningkatnya penyalahgunaan narkoba merupakan luka sosial mendalam yang harus ditangani secara serius dan menyeluruh.
Menurut Donizar, penyalahgunaan narkotika tak lagi mengenal batas usia, status maupun kondisi sosial. Bahkan, ia mencontohkan bagaimana baru-baru ini publik dikejutkan oleh penangkapan seorang perempuan hamil delapan bulan di kabupaten Pesisir Selatan karena terlibat dalam peredaran sabu-sabu.
“Ini bukan sekedar kasus kriminal, tapi cermin dari kegagalan sistem sosial kita. Ketika seorang ibu yang sedang mengandung bisa terjerumus dalam jaringan narkoba, itu menandakan bahwa ada yang keliru dalam cara kita menjaga masyarakat,” kata Donizar saat diwawancarai Scientia.id, Minggu (27/7).
Lebih lanjut, Donizar penyebut bahwa kondisi darurat ini dipicu oleh berbagai faktor seperti tekanan ekonomi, lemahnya edukasi narkoba serta minimnya pengawasan sosial di tingkat keluarga dan komunitas. Ia menegaskan bahwa penanganan masalah narkoba tidak bisa dibebankan hanya kepada kepolisian atau BNN saja.
“Perlu keterlibatan aktif semua elemen masyarakat, mulai dari pemerintah nagari, tokoh adat, lembaga sosial sampai ke akar rumput. Pencegahan dan deteksi dini harus dibangun sebagai gerakan kolektif,” tegas Donizar.
Donizar juga mendesak pemerintah provinsi dan DPRD Sumbar agar lebih serius dalam mengalokasikan anggaran untuk program-program edukasi dan rehabilitasi narkoba, khususnya untuk kelompok rentan seperti perempuan dan remaja.
“Jangan sampai kita hanya fokus menghukum, lalu melupakan penyembuhan. DPRD harus berani mendorong kebijakan yang memihak pada pemulihan sosial. Kelompok perempuan, termasuk ibu hamil yang jadi korban narkoba juga harus diberi ruang untuk dipulihkan dan diberdayakan,” tambah Donizar.
Donizar juga meminta agar dinas terkait seperti Dinas Sosial dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) turut aktif menyiapkan pendekatan berbasis kemanusiaan dan perlindungan terhadap anak-anak yang lahir dari kondisi keluarga terdampak narkoba.
“Masalah ini tidak bisa kita lihat dari satu sisi. Ini tentang masa depan generasi kita. Kalau kita tidak segera bergerak bersama, maka yang lahir bukan hanya anak-anak, tapi generasi yang hidup dalam bayang-bayang luka sosial,” pungkas Donizar. (Tmi)