Ulul, pria asal Pasaman yang kini bermukim di Pekanbaru, dikenal sebagai figur muda yang memadukan kepemimpinan, jiwa kolaboratif, dan kecakapan teknis. Lulusan Teknik Industri Universitas Bung Hatta ini juga tengah menempuh studi pascasarjana di Universitas Islam Riau. Meski muda, ia telah mengantongi segudang sertifikasi ahli K3 dan pengakuan sebagai ASEAN Engineer.
Tak hanya aktif di jalur keinsinyuran, Ulul juga terlibat dalam dunia usaha dan pelatihan. Ia menjabat sebagai direktur utama dan komisaris di sejumlah perusahaan di bidang digital, K3, pelatihan teknis, serta pengembangan SDM. Lewat kiprahnya, ia ingin memperkuat konektivitas antara dunia industri dan pendidikan vokasi.
Ulul juga memiliki jaringan luas, dari pemerintah daerah hingga komunitas, yang memudahkan dirinya menjalin kolaborasi lintas sektor. Gagasannya bukan semata teknis, tetapi juga menyentuh ranah sosial dan budaya. Saat memperingati HUT ke-73 PII, ia memprakarsai penanaman 730 pohon dan menggelar “Malam Insinyur Berbudaya”, ajang pertemuan antara teknologi dan seni tradisi Melayu.
Dalam kepemimpinannya, Ulul mengusung filosofi SMART—sinergy, modern, adaptif, religius, dan terdepan—sebagai panduan kerja dan pijakan nilai. Filosofi ini bukan sekadar slogan, melainkan diterapkan dalam pengambilan keputusan dan strategi organisasi. Ia percaya kepemimpinan bukan hanya soal ide cemerlang, tapi juga kemampuan merangkul banyak pihak dan menggerakkan perubahan bersama.
Berkat semangat dan konsistensinya, Ulul dipercaya memegang berbagai posisi strategis lainnya, seperti Ketua Forum Insinyur Muda PII Riau, Ketua DPW Perkumpulan Ahli Keselamatan Konstruksi Indonesia Provinsi Riau, dan pengurus nasional HIPKA. Seluruh platform itu ia gunakan untuk mendorong peningkatan kapasitas insinyur muda, literasi vokasi, dan daya saing tenaga teknik lokal.
Inspirasi kepemimpinannya banyak ia ambil dari Ir. H. Djuanda Kartawidjaja, tokoh teknokrat bangsa yang juga Ketua Umum pertama PII. Bagi Ulul, menjadi insinyur bukan hanya tentang hitung-hitungan atau desain bangunan, tapi juga tentang keberanian menyatukan bangsa lewat karya yang bermakna.
Melalui jabatannya, Ulul menyerukan ajakan kepada para lulusan teknik, pertanian, kehutanan, perikanan, hayati, dan rumpun saintek lainnya untuk bergabung dalam PII. Ia menegaskan bahwa keinsinyuran bukan hanya gelar, tapi amanah yang memiliki dasar hukum melalui UU No. 11 Tahun 2014. Bergabung di PII, menurutnya, adalah bagian dari menjaga kehormatan profesi serta membangun masa depan bangsa melalui nilai dan etika.
“Insinyur bukan hanya pembangun infrastruktur, tapi juga pembentuk peradaban. Dari Riau, kita akan lahirkan pemimpin-pemimpin teknik masa depan yang tidak hanya pintar, tapi juga berintegritas dan mengabdi,” tegas Ulul. (yrp)