Senin, 09/6/25 | 07:52 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI RENYAH

Dari Ruang Kelas ke Hati: Pahlawan Sejati dalam Setiap Cerita

Minggu, 10/11/24 | 16:09 WIB

Salman Herbowo
(Kolumnis Rubrik Renyah)

 

Setiap 10 November, kita diajak kembali mengenang cerita heroik yang tak pernah lekang, meski waktu terus berputar. Hari Pahlawan bukan sekadar tanggal dalam kalender; ia adalah pengingat abadi tentang keberanian, tekad, dan pengorbanan yang telah mewarnai sejarah bangsa. Hari ini, semangat pahlawan bukan hanya milik masa lalu, ia hidup dalam kerja keras, ketulusan, dan kepedulian yang kita pupuk setiap hari.

Saya teringat cerita seorang guru saat masih sekolah dasar. Hari itu, beliau mengisahkan perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan. Beberapa nama pahlawan beliau sebutkan, mulai dari Agus Salim, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, hingga Soekarno dan Hatta.

BACAJUGA

Satu Tikungan Lagi

Masih Tentang Busa dan Bilasan

Minggu, 08/6/25 | 17:51 WIB
Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Cerita dari Balik Busa dan Bilasan

Minggu, 01/6/25 | 16:05 WIB

Sebagai siswa sekolah dasar, imajinasi kami begitu kuat. Kami duduk terdiam, terhanyut dalam ceritanya, seolah-olah ikut merasakan ketegangan dan keberanian yang beliau sampaikan. Suaranya yang bergetar penuh semangat membuat kisah itu hidup, membawa kami sejenak ke masa penuh perjuangan—masa di mana kemerdekaan menjadi mimpi yang harus ditebus dengan pengorbanan luar biasa.

Cerita itu terus membekas dalam ingatan saya, dan seiring waktu, pemahaman tentang makna perjuangan semakin dalam. Kini, setiap Hari Pahlawan, saya sadar bahwa perjuangan para pahlawan tak hanya soal mengangkat senjata atau melawan penjajah. Perjuangan itu kini hadir dalam kerja keras membangun bangsa, dalam kepedulian pada sesama, dan dalam ketulusan berbagi kebaikan.

Dulu, saya berpikir pahlawan adalah mereka yang berjuang merebut kemerdekaan. Begitu pemahaman saya dari beberapa buku yang dibaca di bangku sekolah dasar. Namun, seiring bertambahnya usia, pemahaman saya tentang pahlawan mulai berkembang. Pahlawan tak lagi hanya sosok yang mengangkat senjata atau berperang di medan laga, pahlawan adalah siapa saja yang memberi arti bagi kehidupan banyak orang.

Mereka hadir dalam berbagai wujud dan tindakan, seperti dalam kesabaran, ketulusan, dan perhatian yang tak pernah lelah dari seorang guru. Inspirasi rubrik Renyah edisi minggu ini adalah guru wali kelas SD saya, sosok yang mampu membawa kami hanyut dalam cerita-ceritanya hingga akhir. Setiap kisah selalu ditutup dengan nasihat yang menyentuh dan membekas, menghadirkan makna yang semakin terasa seiring waktu. Bagi kami, beliau bukan hanya seorang guru, tapi teladan yang membimbing dengan tulus.

Di tengah perjalanan hidup, sosok guru itu selalu hidup dalam ingatan saya. Sosok yang bukan sekadar pengajar, tetapi pahlawan sejati. Beliau hadir bukan dengan senjata atau sorak kemenangan, melainkan dengan kesabaran, kesederhanaan, dan ketulusan yang mendalam. Beliau adalah orang yang tak pernah dikenal dunia, namun diam-diam merajut masa depan kita dengan penuh kasih.

Setiap nasihatnya, setiap cerita yang ia bagikan, menjadi benih yang tumbuh dalam diri kami, memberi arah, harapan, dan keberanian. Kini, saat saya mengenang semua itu, ada haru yang sulit terlukiskan, seolah beliau masih di sana, duduk di depan kelas, tersenyum dengan tulus, dan mengajarkan kami arti kehidupan. Sosoknya mengajarkan bahwa menjadi pahlawan bisa begitu sederhana, tapi begitu bermakna.

Tags: #Salman Herbowo
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

DPW PKB Gelar Rakorwil Pelaksanaan Program Partai

Berita Sesudah

Mengenal Goethe dan Schiller: Dua Sastrawan Besar Jerman pada Era Sturm und Drang

Berita Terkait

Satu Tikungan Lagi

Masih Tentang Busa dan Bilasan

Minggu, 08/6/25 | 17:51 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Minggu lalu, di rubrik Renyah, saya menulis tentang pengalaman mencuci pakaian—aktivitas sederhana yang diam-diam...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Cerita dari Balik Busa dan Bilasan

Minggu, 01/6/25 | 16:05 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Ada satu kebiasaan yang tak pernah absen menemani masa-masa kuliah saya dulu, menumpuk cucian....

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Jam Tangan dan Seni Menjadi Siapa

Minggu, 25/5/25 | 13:50 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah) Seorang teman pernah berujar tentang urgensi dari jam tangan. Ia menjelaskan tentang benda kecil yang...

Senyuman Kecil dan Mendengar: Hal Kecil yang Berdampak Besar

Tertinggal Karena Lupa, Tertawa Karena Ingat

Minggu, 18/5/25 | 16:44 WIB

Salman Herbowo (Kolumnis Rubrik Renyah)   Lupa adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Dalam keseharian, kita sering kali dibuat repot...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Menyulam Nilai Lewat Cerita: Inyiak Bayeh dan Cerita-cerita Lainnya

Minggu, 11/5/25 | 17:14 WIB

Lastry Monika Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah   Dalam tiga minggu terakhir, saya selalu mengangkat tema seputar...

Sebagian Tidak Suka Orang yang Banyak Cerita

Talempong Batu: dari Batu ke Nada

Minggu, 04/5/25 | 18:02 WIB

Lastry Monika (Dosen Prodi Sastra Minangkabau FIB Unand/Kolumnis Rubrik Renyah)   Bila saya membawa teman pulang kampung, ibu hampir selalu...

Berita Sesudah
Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Mengenal Goethe dan Schiller: Dua Sastrawan Besar Jerman pada Era Sturm und Drang

POPULER

  • Puisi-puisi Elfa Edriwati

    Puisi-puisi Elfa Edriwati

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Rifqi Septian Dewantara dan Ulasannya oleh Azwar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Beban Tidak Kasat Mata Anak Perempuan Pertama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dialek-dialek Bahasa Minangkabau yang (akan) Mulai Hilang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • TRADISI LAGHOUK DAN BAHASA PERJODOHAN MASYARAKAT TRADISIONAL PADANG PARIAMAN

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Puisi-puisi Puti Fathiya Azzahra dan Ulasannya oleh Ragdi F Daye

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024