Dharmasraya, Scientia.Id – Puncak Gunung Medan, salah satu ikon destinasi wisata alam di Kabupaten Dharmasraya, kembali menjadi pusat perhatian. Kali ini, bukan hanya karena keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga karena upaya serius dalam pelestarian lingkungan yang dilakukan oleh berbagai pihak.
Dalam sebuah kegiatan reboisasi yang digagas oleh mahasiswa KKN UIN Imam Bonjol Padang, sebanyak empat ratus batang bibit pohon yang ditanam di kawasan puncak gunung. Kegiatan ini menjadi wujud nyata kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan dan upaya mencegah bencana alam seperti banjir bandang dan tanah longsor.
Tugimin, seorang warga transmigrasi yang telah puluhan tahun tinggal di Jorong Lubuak Aur Nagari Gunung Medan, mengungkapkan bahwa keindahan puncak ini sudah terkenal sejak lama.
“Puncak ini memiliki nilai historis dan sosial yang tinggi bagi masyarakat,” ujar anggota Bamus Gunung Medan ini, Minggu (4/8/2024).
Ia meceritakan bahwa dulu, tempat ini sangat ramai dikunjungi. Sekarang, kita perlu bersama-sama menghidupkan kembali potensi wisata ini.
Lalu, ia mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk selalu menjaga agar keindahan alam ini tetap terjaga untuk generasi mendatang.
Senada Wali Nagari Gunung Medan, Khairul Rasyid, juga menekankan pentingnya menjaga kelestarian hutan di puncak ini. Sebab, puncak ini masuk sebagai destinasi wisata alam yang ke tiga ratus secara nasional.
“Puncak Gunung Medan adalah paru-paru Dharmasraya. Kita harus menjaga agar tetap hijau dan lestari,” tegasnya.
Selain keindahan alamnya, Puncak Gunung Medan juga menyimpan sejumlah mitos yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Namun, bagi Khairul Rasyid, mitos tersebut justru menjadi motivasi tambahan untuk menjaga kelestarian hutan.
“Jika makhluk gaib saja menjaga tempat ini, mengapa kita sebagai manusia tidak?” ujarnya.
Upaya Pelestarian yang Terintegrasi
Dalam upaya melestarikan hutan di Puncak Gunung Medan, berbagai pihak terlibat aktif. Selain mahasiswa KKN, pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Kehutanan juga memberikan dukungan penuh.
“Bibit pohon yang ditanam ini merupakan bantuan dari DLH dan Dinas Kehutanan Dharmasraya,” ungkap Yuda Afriyandi, Wakil Ketua KKN UIN Imam Bonjol Padang.
” Semoga dengan adanya penanaman pohon ini masyarakat dapat melestarikan dan menjaga bibit yang telah di tanaman ini,” ucapnya.
Selain itu, kegiatan reboisasi dengan menanam berbagai jenis bibit pohon seperti pinang, garu, mahoni, dan lainnya juga terus dilakukan. Tujuannya adalah untuk memperkaya keanekaragaman hayati dan menjaga keseimbangan ekosistem hutan.
Menuju Hutan Adat
Upaya pelestarian ini semakin diperkuat dengan adanya pengajuan status hutan adat untuk kawasan Puncak Gunung Medan seluas sekitar 72 hektar.
“Pengajuan ini sudah sampai di tingkat Kementerian,” kata Khairul Rasyid.
Zulbaini, Penyuluh Kehutanan Kabupaten Dharmasraya, menjelaskan bahwa status hutan adat akan memberikan payung hukum yang kuat bagi masyarakat dalam mengelola dan melindungi kawasan hutan.
“Dengan status hutan adat, masyarakat memiliki hak dan kewajiban untuk menjaga kelestarian hutan,” ujarnya.
Zulbaini menegaskan prinsip utama bagi masyarakat terhadap hutan adat ini adalah sebagai tata kelola air dan udara untuk pengambilan kayu tidak dianjurkan.
“Itu lah bentuk skema dari perhutanan sosial ini. Pihak ketiga pun tidak bisa semena-mena untuk mengambil hasil hutan adat tersebut,” ungkapnya.
Zulbaini menjelaskan secara hukum menebang kayu atau ilegal logging tidak diperbolehkan kecuali mempunyai HGU.
Upaya pelestarian Puncak Gunung Medan adalah contoh nyata bagaimana masyarakat, pemerintah, dan mahasiswa bisa bersatu untuk menjaga lingkungan. Semoga semangat ini terus berkobar!
Dengan semangat gotong royong dan kepedulian yang tinggi, diharapkan Puncak Gunung Medan dapat terus lestari dan menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya pelestarian lingkungan. (tnl)
Discussion about this post