
Kalimat langsung dan kalimat tidak langsung sering ditemukan di berbagai teks bahasa Indonesia, seperti artikel, berita, cerita, biografi, autobiografi, dan surat. Kuantitas penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung dalam sebuah tulisan pun beragam. Tingginya, frekuensi penggunaan kalimat langsung atau tidak langsung di dalam sebuah tulisan, tentunya membutuhkan kreativitas penulis agar teks tersebut tidak monoton.
Oleh sebab itu, seorang penulis bisa menggunakan berbagai pilihan kata yang menarik. Di dalam edisi Klinik Bahasa Scientia kali ini, kita akan melihat berbagai pilihan kata yang bisa digunakan untuk kalimat langsung dan tidak langsung. Akan tetapi, sebelum masuk ke dalam pembahasan tersebut, kita perlu membedakan terlebih dahulu, apa yang dimaksud dengan kalimat langsung dan tidak langsung.
Dikutip dari berbagai sumber yang telah dirangkum, kalimat langsung adalah sebuah kalimat pernyataan, pertanyaan, atau perintah yang ditulis persis sebagaimana kalimat itu diutarakan oleh orang lain. Dengan demikian, penulis membutuhkan tanda baca petik dua (“…”) untuk membedakan kalimat yang ditiru tersebut. Hal ini menjadi pembeda utama antara kalimat langsung dan kalimat tidak langsung. Kalimat tidak langsung tidak menggunakan tanda baca petik dua, tetapi membutuhkan konjungsi (kata penghubung seperti bahwa) untuk menghubungkan informasi yang dikutip.
Berikut ini adalah contoh kalimat langsung dan kalimat tidak langsung dengan informasi yang sama:
- Ibu berkata, “Saya tidak tahu apa pun tentang itu.” (kalimat langsung).
- Ibu mengatakan bahwa beliau tidak tahu apa pun tentang itu (kalimat tidak langsung).
Dua contoh ini memiliki situasi yang sama, yaitu menyampaikan tuturan yang sudah diutarakan oleh ibu. Akan tetapi, pada contoh pertama, kalimat yang disampaikan oleh ibu dikutip langsung dengan tanda petik dua. Pada contoh kedua, kalimat yang disampaikan oleh ibu tidak dikutip langsung, tetapi disampaikan ulang oleh penulis lain dengan informasi yang sama. Oleh sebab itu, dua kalimat ini dinamakan kalimat langsung dan tidak langsung. Setelah mengetahui perbedaan tersebut, kita akan masuk ke berbagai diksi atau pilihan kata yang bisa digunakan oleh penulis untuk membuat kalimat langsung dan tidak langsung.
Kalimat Langsung
Di dalam kalimat langsung, ada dua bagian penting yang membangun kalimat tersebut. Dua bagian itu adalah kalimat yang dikutip dan kalimat pengantar (pengiring atau penjelas), seperti contoh sebelumnya, Ibu berkata adalah kalimat pengantar, sedangkan “Saya tidak tahu apa pun tentang itu” adalah kalimat yang dikutip. Posisi kalimat pengantar dan kalimat yang dikutip bisa saling menggantikan, seperti:
- Ibu berkata, “Saya tidak tahu apa pun tentang itu.” (kalimat pengantar dan kutipan)
- “Saya tidak tahu apa pun tentang itu,” kata ibu. (kutipan dan kalimat pengantar)
Selain persoalan posisi, hal penting yang harus diperhatikan oleh penulis ketika membuat kalimat langsung adalah tanda baca dan huruf kapital. Seperti yang kita ketahui, secara umum setiap bahasa memiliki tiga format dasar kalimat, yaitu pernyataan, pertanyaan, dan perintah. Ketiga jenis kalimat ini memiliki tanda baca yang berbeda. Kalimat pernyataan diakhiri dengan tanda titik (.), kalimat pertanyaan diakhiri dengan tanda tanya (?), dan kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!). Selain tiga tanda baca ini, kalimat langsung juga identik dengan tanda baca koma (,). Lalu, bagaimana cara mengaplikasikan tanda baca tersebut di dalam kalimat langsung? Berikut uraiannya.
- Jika kalimat pengantarnya ada di depan kutipan, penulis memerlukan tanda baca koma (,) sebelum kutipan. Hal ini dilakukan untuk membedakan antara kalimat pengantar dengan kutipan langsungnya.
Contoh:
- Ibu berkata, “Saya tidak tahu apa pun tentang itu.”
- Ibu bertanya, “Siapa dia?”
- Ibu berkata, “Jangan makan buah itu!”
- Jika kalimat pengantarnya ada di belakang kutipan, penulis tidak memerlukan tanda baca koma sebagai pemisah. Akan tetapi, tanda baca koma digunakan sebagai akhir pernyataan kutipan. Berbeda dengan itu, untuk jenis kalimat tanya dan kalimat perintah, tanda baca yang digunakan di akhir pun disesuaikan, yaitu tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
Contoh:
- “Saya tidak tahu apa pun tentang itu,” kata ibu. (Di dalam kalimat ini, tanda baca titik digunakan di akhir kalimat pengantar. Oleh sebab itu, di akhir kutipan hanya menggunakan tanda baca koma)
- “Dia siapa?” tanya ibu.
- “Jangan makan buah itu!” perintah ibu.
Selain tanda baca, penggunaan huruf kapital dalam kalimat langsung juga harus diperhatikan. Huruf kapital selalu digunakan untuk menulis huruf pertama di dalam kutipan. Setelah mengetahui ejaan dalam kalimat langsung, kita akan melihat apa saja diksi atau pilihan kata yang bisa kita gunakan untuk menulis kalimat langsung.
Ketika menulis kalimat langsung, seorang penulis tentu dihadapkan dengan berbagai situasi atau konteks kalimat yang sedang dibangunnya. Hal ini sangat terasa di dalam teks cerita. Biasanya, di dalam sebuah cerita ada suasana sedih, senang, mencekam, dan sebagainya. Dengan demikian, kalimat pengantar yang akan digunakan sebagai pengantar kutipan pun harus disesuaikan dengan situasi dalam teks tersebut. Seorang penulis tidak bisa selalu memakai kalimat katanya untuk semua situasi. Untuk itu, kita akan membedakan beberapa pilihan kata tersebut, sesuai dengan situasi yang paling cocok dengan makna kata itu.
Pertama, situasi normal. Ada banyak pilihan kata yang bisa kita gunakan sebagai pengantar kutipan atau dialog dalam sebuah teks. Berikut ini adalah contoh-contohnya (dalam berbagai ragam teks).
1. “Ini adalah hari yang berat,” katanya.
Ia berkata, “Ini adalah hari yang berat.”
2. “Saya akan akan segera menikah,” ujarnya.
Dia pun berujar, “Saya akan segera menikah.”
3. “Ada banyak hal yang ingin kusampaikan padamu,” tuturnya.
4. “Mereka selalu mengharapkan kehadiranmu,” ungkapnya.
5. “Mungkin, ayahku sedang merindukanku,” ucapnya.
6. “Pada saat itu, kami belum merencanakan apa pun,” ceritanya.
Dia bercerita, “Pada saat itu, kami belum merencanakan apa pun.”
7. “Saya akan Kembali ke rumah itu jika dia juga kembali ke dalam hidup saya,” pungkasnya.
8. “Kupikir semuanya akan baik-baik saja. Ternyata, kehadirannya membuat semua yang sudah aku impikan menjadi samar. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini,” terangnya sambil terus menatap langit.
Diksi katanya, ujarnya, tuturnya, ungkapnya, ucapnya, ceritanya, pungkasnya, dan terangnya adalah beberapa contoh pilihan kata yang bisa digunakan sebagai pengantar dalam kalimat langsung.
Kedua, dialog yang diucapkan dengan suara keras atau lantang. Untuk melukiskan suasana ini, seorang penulis memerlukan diksi yang berbeda dari situasi normal. Dalam situasi ini, seorang penulis bisa menggunakan diksi teriak, pekik, sorak, dan panggil. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya (dalam berbagai ragam teks).
1. “Ibu!!! Ayah sudah pulang!” teriak adikku dari pekarangan rumah.
Adikku berteriak, “Ibu!!! Ayah sudah pulang!”
2. “Kau adalah orang yang paling jahat yang pernah kutemui di dunia ini! Pergilah! Pergi yang jauh! Jangan Kembali lagi!” pekiknya dari dalam rumah.
3. “Kau pasti bisa, Nak!” sorak ayahku di antara ratusan penonton.
4. “Kakak! Kakak! Kau di mana?” panggilnya sekuat tenaga secara berulang.
Ketiga, situasi berbisik. Untuk menggambarkan dialog atau kutipan kalimat langsung dengan situasi yang berbisik (suara pelan), kita bisa menggunakan diksi lain yang berbeda dari sebelumnya. Hal ini sangat membantu penulis untuk membangun suasana di dalam tulisannya terasa lebih dalam. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya (dalam berbagai ragam teks).
1. “Simpan ini baik-baik. Jangan sampai hilang”, bisiknya saat itu, sebelum aku benar-benar meninggalkan mereka.
Ia berbisik sangat lembut, “Simpan ini baik-baik. Jangan sampai hilang.”
2. “Tolong berikan surat ini ketika dia sudah sadarkan diri,” lirihnya pada suatu malam.
Keempat, suara hati. Adakalanya di dalam sebuah cerita, seorang penulis membuat kalimat langsung yang berasal dari suara hati tokohnya. Dialog yang tidak diucapkan dengan bunyi, tetapi bisa dibaca dan dirasakan oleh pembaca. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya (dalam berbagai ragam teks).
- “Apa maksudnya? Apakah dia akan meminta semua itu sekarang? Tidak. Tidak bisa. Aku tidak akan memberikannya,” batinnya.
- “Mereka pikir, mereka bisa membodohiku dengan mudah. Lihat saja nanti, ketika semua ini terungkap, aku tidak akan melepaskan mereka semua,” gumamnya saat itu.
- “Mengapa dia diam saja? Apakah dia sedih? Apakah dia marah? Bagaimana kalau dia tidak ingin berbicara lagi denganku? Apa yang harus aku lakukan? Ah, sebaiknya aku harus membiarkan dia sendiri dulu,” pikirnya.
Sebagai pengantar kutipan langsung yang bersala dari dalam hati tokoh cerita, seorang penulis bisa menggunakan diksi batinnya, gumamnya, dan pikirnya.
Kelima, reaksi. Dialog menjadi bagian yang penting dalam sebuah prosa. Di berbagai dialog ada situasi yang dibangun dari pertanyaan dan jawaban, pernyataan dan sanggahan, dan sebagainya. Berbagai reaksi yang muncul sebagai balasan dari dialog sebelumnya juga memerlukan kreativitas diksi agar teks tersebut lebih menarik. Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya (dalam berbagai ragam teks).
1. “Bukankah kau juga berada di dalam rumah?”
“A…a…aku… aku tidak ada di rumah saat itu”, dalihnya.
2. “Lalu ini untuk apa?”
“Bukan urusanmu!” jawabnya dengan lantang.
3. “Nak, duduk sini, Sayang!”
“Ya, Bu! Tunggu sebentar,” sahutnya.
4. “Tapi, ini milikmu!”
“Bukan! Itu bukan milikku. Aku tidak tahu mengapa itu ada di sini!” bantahnya.
5. “Dia sudah menjatuhkan vas bunga itu! Aku melihatnya.”
“Terjatuh. Ter…jatuh, bukan menjatuhkan. Itu berbeda,” sanggahnya.
6. “Apakah ini milikmu?”
“Eh… bukan, emm, tidak… aku, aku, aku lupa. Maaf, aku harus pergi,” elaknya.
7. “Kau yang berbohong!”
“Kau yang duluan menipuku!” balasnya.
8. “Makan dulu, sedikit!”
“Tidak. Kalau aku bilang tidak, ya tidak!” tolaknya dengan keras.
9. “Kenalkan, dia… dia… dia adalah…”
“Sepupu. Kami sepupu” potongnya langsung saat perempuan itu terlihat bingung menjelaskan.
10. “Ini adalah desain bangunan yang sudah kami siapkan dengan matang,”
“Dan sungguh-sungguh” imbuhnya menyelesaikan kalimat rekannya dalam rapat itu.
11. “Kalian bisa menggunakan semua fasilitas di rumah ini. Oh ya, ruang olahraga ada di lantai dua dan…dan…”
“Ada kolam renang juga,” tambahnya sambil tersenyum manis.
Keenam, kalimat tanya dan perintah. Kalimat tanya dan kalimat perintah sangat berbeda dengan kalimat biasa atau pernyataan. Hal ini juga ditandai dengan tanda baca di akhir kalimat. Kalimat tanya ditandai dengan tanda tanya (?), sedangkan kalimat perintah ditandai dengan tanda seru (!). Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya.
1. “Apa yang membuatmu begitu sedih?” tanya ibu dengan pembawaannya yang tenang.
Ibu mendekatiku dan bertanya, “Apa yang membuatmu begitu sedih?”
2. “Tolong bacakan buku ini dengan pelan. Aku ingin mengingat setiap kalimat yang ditulisnya. Bacakan!” pintanya
3. “Semuanya masuk! Masuk! Cepat!” perintah Pak Wijaya saat itu.
Inilah contoh-contoh berbagai diksi pengantar kalimat langsung dengan ragam situasi teks yang bisa digunakan oleh penulis di dalam tulisannya. Selanjutnya, kita akan masuk ke dalam pembahasan kalimat tidak langsung.
Kalimat Tidak Langsung
Pada uraian sebelumnya telah dituliskan bahwa kalimat tidak langsung tidak memerlukan tanda baca petik dua. Hal ini disebabkan kalimat yang dikutip tersebut akan dibahasakan ulang oleh penulis. Kutipan kalimat tidak langsung ini juga sering ditemukan di berbagai ragam teks. Pada dasarnya, diksi yang akan kita gunakan dalam kalimat tidak langsung hampir mirip dengan kalimat langsung. Akan tetapi, karena kalimat langsung tidak membangun nuansa dialog, pilihan katanya tidak terlalu banyak variasi seperti kalimat langsung. Kalimat tidak langsung cenderung menyampaikan kutipan dalam situasi normal atau datar, sebab kutipan tersebut tidak lagi disampaikan dengan emosi yang persis dengan sumbernya.
Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika menulis kalimat tidak langsung.
- Kalimat tidak langsung tidak memerlukan tanda petik dua (“…”).
- Kalimat tidak langsung menyampaikan ulang informasi dengan bahasa penulis. Oleh sebab itu, kalimatnya tidak sama persis dengan cara pengucapan narasumber. Dengan demikian, di dalam kalimat tidak langsung ada perubahan pronomina. Hal ini bisa dilihat dari contoh kalimat langsung dan tidak langsung di paragraf kedua artikel ini. Contohnya: Ibu mengatakan bahwa beliau tidak tahu apa pun tentang itu. Kata ibu diganti dengan pronomina beliau karena saat ini, kalimat ibu sudah dikutip dan dibahasakan ulang oleh penulis. Dengan demikian, harus ada perubahan pronomina. Perubahan pronomina ini akan sangat sering terjadi di dalam kalimat tidak langsung.
- Sebagian besar kalimat tidak langsung membutuhkan konjungsi (kata penghubung) yang menjadi penghubung antara kalimat pengantar dengan kalimat yang dikutip. Biasanya, kata penghubung yang bisa digunakan adalah bahwa, agar, untuk, supaya, dan sebagainya.
Setelah, memahami definisi kalimat langsung, sekarang kita akan melihat berbagai diksi yang bisa digunakan. Berikut ini adalah contoh-contohnya.
- Cilla mengatakan bahwa dia belum mendapatkan surat rekomendasi beasiswa (Nama Cilla diganti dengan pronomina dia).
- Dosen mengumumkan bahwa semua salindia harus dikirim ke email beliau sebelum presentasi.
- Akhir-akhir ini, ibu sering bertanya kepadaku apa hadiah yang akan kita berikan kepada ayah.
- Pak RT meminta kita untuk memulai gotong-royong pada pukul 10.00 pagi.
- Ayah menyuruh kalian untuk mengambil barang-barang di rumah nenek lalu meletakkannya di rumah Paman Rio.
- Kakakku bilang dia akan pergi ke Pulau Bali besok.
- Ayah menyampaikan bahwa besok beliau tidak bisa menghadiri acara peresmian itu. Beliau mohon maaf.
- Mereka mengucapkan terima kasih untuk kalian semua. Mereka bilang mereka tidak bisa datang langsung ke sini.
- Ibu berpesan supaya kue ini dibuat lebih banyak karena tamu kita lebih dari 50 orang.
- Kemarin, aku dengar dia mengusulkan untuk membuat miniatur dari tanah liat saja.
Inilah berbagai kaidah dan diksi yang berkaitan dengan penulisan kalimat langsung dan tidak langsung. Semoga artikel ini bisa membantu para penulis yang membutuhkan berbagai pilihan kata di dalam tulisannya. Semoga bermanfaat.
Discussion about this post