Minggu, 13/7/25 | 19:06 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Warna-Warni Kebudayaan Indonesia dalam Puisi “Pusparagam Budaya Nusantara”

Minggu, 02/6/24 | 09:00 WIB

Oleh: Siti Rubaiah Al Adawiyah
(Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)

 

Kebudayaan Indonesia kini tidak lagi diminati oleh generasi muda, bahkan satu per satu kebudayaan telah hilang dan tidak dikenali lagi. Generasi muda cenderung menganggap bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang kuno dan lebih menggemari kebudayaan barat ataupun negara lain. Hal ini merupakan sebuah fenomena yang sangat menyayangkan karena betapa tidak, budaya Indonesia yang kaya dan beragam harus luntur secara perlahan karena tidak lagi diperkenalkan dan dilestarikan. Melalui puisi ini, kecintaan terhadap budaya Indonesia dapat kembali dimunculkan. Keindahan kebudayaan Indonesia digambarkan dengan singkat. Namun, terasa hidup dengan pemilihan diksi yang indah dan imajinatif.

BACAJUGA

Puisi “Ibu” Chairil Anwar dan “Ibu Dehulu” Amir Hamzah: Analisis Stilistika

Puisi “Ibu” Chairil Anwar dan “Ibu Dehulu” Amir Hamzah: Analisis Stilistika

Minggu, 19/5/24 | 11:56 WIB
Perkembangan Sastra Indonesia dalam Majalah

Folklor: Tradisi Ma Beurang yang Hampir Luntur

Minggu, 03/3/24 | 16:19 WIB

Melalui puisi “Pusparagam Budaya Nusantara” karya Nadila Urlia Putri Shafna P, kita dapat mengetahui bagaimana indahnya serta beragamnya kebudayaan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Banyak hal yang masih bisa dieksplorasi terkait kebudayaan Indonesia. Alangkah baiknya, generasi muda bisa lebih mengenal kebudayaan Indonesia dengan mempelajari dan terus melestarikannya.

Puisi merupakan karya sastra yang bersifat imajinatif, menggunakan bahasa konotatif dengan memadatkan segala unsur bahasa sastra, struktur fisik, dan struktur batinnya. Puisi adalah kata-kata indah yang mengungkapkan secara nyata ekspresi dari pikiran manusia (Waat-Dunton Situmorang, dalam Samosir, 2013). Ciri-ciri puisi ialah memiliki rima yang khas, bahasanya imajinatif dan emosional, sehingga memberikan efek keindahan, serta diksi yang ekspresif.

Sebagai sebuah karya sastra, puisi menjadi salah satu medium untuk menyampaikan ide, emosi, dan pengalaman manusia dengan menggunakan bahasa yang estetis. Hal ini sejalan dengan pendapat Mursal Esten (1978) yang menyebutkan bahwa sastra ialah sebuah pengungkapan terhadap fakta artistik serta imajinatif yang menjadi perwujudan atau manifestasi kehidupan manusia. Dengan demikian, puisi mengandung fakta atau pengalaman yang ada di dalam kehidupan manusia yang diwujudkan dalam sebuah karya dengan medium bahasa yang estetis.

Banyak hal yang dapat ditemui dalam puisi. Para penyair mengekspresikan berbagai fenomena dalam kehidupan melalui puisi yang ditulisnya. Salah satu fenomena yang diungkapkan dalam puisi ialah kebudayaan. Kebudayaan merupakan segala sistem pemikiran, rasa, perilaku, serta karya yang dihasilkan oleh manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang mereka pelajari dan diakui sebagai milik mereka (Koentjaraningrat, 1923-1999). Indonesia merupakan negara yang kaya akan ragam kebudayaan. Budaya Indonesia mencakup berbagai aspek, di antaranya ialah pertunjukan, busana, arsitektur, olahraga, seni musik, kuliner, perfilman, kesusastraan, kebebasan pers dan media cetak, serta bahasa (Wikipedia, 2017). Selain itu, berbagai bentuk budaya daerah di Indonesia dapat dirincikan menjadi; rumah adat, upacara adat, tarian, lagu, musim, seni gambar, seni patung, tenun, dan pakaian adat (Wikipedia, 2018).

Kebudayaan Indonesia secara singkat tergambar dalam sebuah puisi yang berjudul “Pusparagam Budaya Nusantara” karya Nadila Urlia Putri Shafna P (2021), seorang mahasiswi Administrasi Publik, Universitas Surakarta. Dalam puisi tersebut, keindahan dan kekayaan kebudayaan Indonesia dirangkum dalam diksi yang indah serta rima yang teratur. Bait pertama menggambarkan tarian ronggeng ayu yang lemah gemulai diiringi dengan musik gamelan. Bait kedua menjelaskan bahwa terdapat juga tari kecak yang meski lebih bergairah, tetapi sama menakjubkannya. Bait ketiga menggambarkan kekayaan budaya timur yang sederhana dengan kharismanya yang tinggi. Pada bait keempat dan kelima, menggambarkan betapa kaya dan indah alam serta kebudayaan yang dimiliki Indonesia.

Dalam menyampaikan ide dan gagasan pada sebuah puisi, sering kali digunakan gaya bahasa. Gaya bahasa ialah mengenai penggunaan kata, frasa, atau kalimat tertentu sesuai atau tidak sesuai (Ibrahim, 2015, hlm. 39). Dengan menggunakan gaya bahasa ide/pemikiran dapat lebih menarik perhatian pembaca serta mempengaruhi emosi pembaca agar dapat terpengaruh dengan apa yang ingin disampaikan. Gaya bahasa dapat mengungkapkan pikiran dengan lebih estetis dengan menggunakan ragam gaya bahasa seperti metafora, personifikasi, ironi, simbolisme dan sebagainya.

Puisi “Pusparagam Budaya Nusantara” karya Nadila Urlia Putri Shafna P menggunakan beberapa majas. Diantaranya, majas personifikasi yaitu pada bait pertama, Denting bilah gamelan beradu palu, Cekal mengawal tarian ronggeng ayu. Lirik tersebut menggambarkan seolah-olah gamelan memiliki kehidupannya sendiri dengan bertingkah aktif untuk menciptakan suasana meriah. Selanjutnya, terdapat majas perbandingan pada bait kedua yaitu Kumpulan bundar penari kecak bergairah, Lenggoknya tak selembut sang ronggeng, Namun daya pikatnya tetap mentereng. Pada lirik tersebut dibandingkan antara tari ronggeng dan tari kecak yang mana salah satu diantaranya berlenggok lembut, sedangkan yang lainnya menari dengan bergairah. Meskipun demikian, keduanya tetap menarik perhatian karena keindahannya.

Pada bait ketiga, terdapat majas metafora yaitu Tanah mutiara hitam yang “seharusnya” makmur, Budaya mereka tak ayal lagi, Sederhana dengan karismanya yang tinggi. Lirik tersebut memiliki makna bahwa alangkah baiknya kekayaan alam dan kebudayaan di bagian timur lebih diperhatikan serta dihargai agar bisa menjadi lebih makmur. Terakhir, terdapat majas repetisi pada bait keempat yaitu Dari Sabang sampai Merauke, Dari Miangas sampai Rote. Lirik tersebut menegaskan bahwa kekayaan kebudayaan dan keindahan alam Indonesia begitu beragam dan tersebar di berbagai penjuru yang tentunya tidak dapat disebutkan satu per satu dalam puisi tersebut.

Rima yang digunakan dalam puisi ini memiliki ciri khas tersendiri dengan pola rima yang teratur sehingga menciptakan keselarasan serta keindahan bunyi, seperti yang terdapat pada bait keempat. Kemegahan alam, zamrud khatulistiwa, Dari Sabang sampai Merauke, Dari Miangas sampai Rote, Durhaka jika sampai sirna. Tercipta rima a-b-b-a, pada bait tersebut. Puisi ini juga menggunakan bahasa yang dipadatkan, imajinatif, dan emosional sehingga menciptakan suasana yang hidup melalui kata demi kata yang disampaikan. Diksi yang digunakan dalam puisi ini begitu ekspresif, sehingga pembaca dapat merasakan gambaran yang kuat tentang kebudayaan yang digambarkan pada puisi. Contohnya terdapat pada bait pertama yaitu, Denting bilah gamelan beradu palu, Cekal mengawal tarian ronggeng ayu. Seolah-olah, pembaca ikut mendengarkan suara gamelan dan melihat bagaimana indahnya tarian ronggeng ayu.

Tags: #Siti Rubaiah Al Adawiyah
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Perlawanan dalam Film Tuhan, Izinkan Aku Berdosa

Berita Sesudah

Yogyakarta Dulu dan Kini: Refleksi Sebuah Perubahan

Berita Terkait

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Ekspresi Puitik Penderitaan Palestina dalam Puisi “Tamimi” karya Bode Riswandi

Minggu, 06/7/25 | 11:11 WIB

Oleh: Aldi Ferdiansyah (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)   Karya sastra adalah hasil proses kreatif yang...

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

Minggu, 06/7/25 | 10:56 WIB

Oleh: Nikicha Myomi Chairanti (Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Andalas) Cerita pendek "Seekor Beras dan Sebutir Anjing" karya Eka Arief...

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Berita Sesudah
Hal Tidak Mengenakkan Ketika Berkunjung  ke Yogyakarta

Yogyakarta Dulu dan Kini: Refleksi Sebuah Perubahan

Discussion about this post

POPULER

  • Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    Efisiensi di Negeri Petro Dolar: Jalan Penuh Lubang, Jembatan Reyot Vs Mobil Dinas Baru yang Lukai Rasa Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 100 Hari Kerja Wali Kota Padang Capai Kepuasan 80 Persen

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Forum Mahasiswa Dharmasraya Soroti Konflik Perusahaan dengan Masyarakat, Desak Bupati Bertindak Tegas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Ganti Engkau, Kau, Dia, dan Ia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mambangkik Batang Tarandam dalam Naskah Drama “Orang-orang Bawah Tanah” karya Wisran Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Psikologi Kekuasaan dalam Cerpen “Seekor Beras dan Sebutir Anjing”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keunikan Kata Penghubung Maka dan Sehingga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024