Rabu, 02/7/25 | 02:12 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI ARTIKEL

Kekuatan Bahasa Cinta pada Hubungan Keluarga

Minggu, 02/7/23 | 09:51 WIB

Oleh: Fitria Ayuningtyas
(Dosen Prodi Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta)

 

“Salah satu cara agar dapat mengisi love tank adalah dengan memahami love language orang lain.”

BACAJUGA

No Content Available

Bahasa cinta atau istilah kerennya dengan love language, tidak hanya dapat digunakan di dalam hubungan percintaan saja, tetapi juga dapat digunakan di dalam semua hubungan, khususnya hubungan keluarga. Keluarga sebagai unit sosial-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi. Keluarga dipahami sebagai kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan perkawinan, dan adopsi.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa keluarga mensyaratkan adanya hubungan perkawinan, hubungan darah, maupun adopsi sebagai pengikat. Selain itu, kepala keluarga dalam definisi ini selalu mengacu kepada suami atau ayah (Wiratri, 2018), seperti yang dapat dirujuk pada Undang Undang (UU) No. 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan.

Memahami lima love language akan berdampak signifikan pada perilaku seseorang. Seseorang dapat mengekspresikan rasa sayang dan perhatiannya melalui lima bentuk love language, yaitu words of affirmation, quality time, receiving gifts, act of service, and physical touch.

Lima bentuk love language tersebut merupakan cara seseorang merasakan dan menerima cinta di kehidupan sehari-harinya: words of affirmation merupakan kata-kata yang memberikan semangat, dukungan dan doa, contohnya memberikan dukungan saat anak akan menghadapi ujian/tes di sekolah, sedangkan quality time yaitu menghabiskan waktu bersama, tidak hanya secara virtual atau melalui berbagai media yang saat ini memudahkan kita untuk berkomunikasi tetapi menghabiskan waktu bersama secara fisik, contohnya seperti bertamasya di Kota Tua, Jakarta seharian saat weekend atau sekadar lari pagi bersama di hari Minggu pagi.

Lalu kemudian receiving gifts adalah memberi atau menerima hadiah yang memang sekiranya diinginkan atau diperlukan oleh orang tersebut, seperti memberikan hadiah saat kenaikan kelas atau memberikan hadiah saat ulang tahun atau saat wedding anniversary. Act of service yaitu melakukan hal-hal yang bermanfaat atau yang disukai, contohnya, memasakkan makanan favorit anak atau pasangan, memijat orang tua, merawat anak atau pasangan saat sakit dan lain-lain. Yang terakhir yaitu physical touch. Physical touch dapat diartikan sebagai berbagi kedekatan fisik dan keintiman atau dengan kata lain memberikan sentuhan fisik, seperti pelukan, ciuman, dan sebagainya.

Cara itulah yang disebut love language utama kita sebagai makhluk sosial. Sesuatu hal yang unik adalah cara kita menerima cinta belum tentu sama dengan saat kita mengekspresikan cinta. Para ahli berpendapat bahwa antara car akita menerima cinta dengan cara kita mengekspresikan cinta memiliki keterikatan yang kuat.

Pentingnya Love Language dalam Hubungan Keluarga

Karena sejatinya manusia merupakan makhluk sosial yang haus akan perhatian, cinta dan kasih sayang. Hal tersebut selaras dengan pendapat dari Chapman (2022) yang mengemukakan bahwa secara naluriah manusia haus akan cinta dan kebaikan. Ini adalah dorongan emosional yang paling penting. Manusia menanggung efek pada tubuh ketika mereka tidak diberi makan dan minum.

Manusia juga akan menanggung efek emosional ketika mereka kehilangan perasaan dicintai. Cinta dan kasih sayang secara universal diterima sebagai hal yang esensial untuk kebahagiaan. Kebutuhan manusia akan kasih sayang dimetaforakan oleh Chapman dengan love tank.

Sebaiknya manusia harus memulai untuk belajar menyampaikan kasih sayang kepada orang lain melalui love language dengan begitu akan dapat mengisi love tank emosional mereka, sementara gagal berbicara dalam Bahasa yang benar akan mengosongkannya. Manusia cenderung memiliki koneksi yang sehat dan berkembang ketika love tank-nya penuh dan akan benar-benar merasa dicintai oleh anggota keluarga. Namun, ketika love tank kosong dan tidak merasa dicintai oleh anggota keluarga, akan terbentuk penghalang di antara mereka dengan memiliki sikap negatif terhadap satu sama lain dan bahkan mungkin dapat bermusuhan satu sama lain di waktu-waktu tertentu (Chapman, 2012).

Salah satu cara agar dapat mengisi love tank adalah dengan memahami love language orang lain karena dengan mengetahui love language orang tersebut kita dapat mengekspresikan rasa cinta kita. Memahami bahasa cinta orang lain merupakan upaya kita untuk memberikan cinta yang lebih baik.

Melalui love language kita dapat mengkomunikasikan hal-hal yang mungkin terlalu sulit untuk dikatakan atau diungkapkan, seperti misalkan ada banyak orang yang terlalu gengsi untuk mengatakan “aku sayang kamu” baik ke pasangan dan keluarganya tetapi dengan memahami love language orang tersebut, kita dapat mengungkapkan perasaan sayang itu tanpa harus mengatakannya dengan lantang. Memahami lima love language dan belajar berbicara love language utama pasangan/keluarga akan sangat berdampak signifikan pada perilaku mereka karena ketika love tank seseorang penuh, mereka akan berperilaku berbeda (Chapman, 2022).

Pada zaman yang modern dan serba canggih seperti saat ini, hubungan antara anak dan orang tua cenderung kurang diperhatikan di dalam suatu keluarga, padahal hubungan ini sangatlah penting karena juga dapat membentuk karakter seorang anak nantinya. Melalui love language, baik anak maupun orang tua dapat berkomunikasi sehingga mampu untuk lebih memahami perlakuan seperti apa yang disukai oleh masing-masing agar dapat terciptanya hubungan yang lebih erat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zhahara & Ayuningtyas (2023) ditemukan  bahwa love language memiliki pemaknaaan dan implementasi yang berbeda-beda, hal tersebut tergantung dari masing-masing individu akan tetapi tujuan akhir yang dimiliki tetap sama, yaitu untuk menciptakan keeratan hubungan antara anak dan orang tua.

Makna dari love language itu sendiri adalah untuk meminimalisasi ekspetasi, menunjukkan perhatian, untuk merasa dicintai, terjadinya hubungan timbal balik, membentuk hubungan yang baik, untuk menyemangati, mengerti perasaan orang lain, dan memenuhi kebutuhan. Love language juga dapat menjadi motivasi untuk berkomunikasi dengan anak atau orang tua agar dapat terciptanya hubungan yang lebih erat dan harmonis.

Tags: #Fitria Ayuningtyas
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Kurban dan Template Masakannya di Indonesia

Berita Sesudah

Puisi-puisi Shofia Novelina dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Berita Terkait

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Tantangan Kuliah Lapangan Fonologi di Era Mobilitas Tinggi

Minggu, 29/6/25 | 08:21 WIB

Oleh: Nada Aprila Kurnia (Mahasiswa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas dan Anggota Labor Penulisan Kreatif/LPK)   Kridalaksana (2009),...

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Mendorong Pemberdayaan Perempuan melalui KOPRI PMII Kota Padang

Minggu, 22/6/25 | 13:51 WIB

Oleh: Aysah Nurhasanah (Anggota KOPRI PMII Kota Padang)   Kopri PMII (Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) merupakan organisasi yang...

Aspek Pemahaman Antarbudaya pada Sastra Anak

Ekokritik pada Fabel Ginting und Ganteng (2020) Karya Regina Frey dan Petra Rappo

Minggu, 22/6/25 | 13:12 WIB

Oleh: Andina Meutia Hawa (Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)   Kajian ekokritik membahas hubungan antara manusia, karya sastra,...

Perkembangan Hukum Islam di Era Digital

Mencari Titik Temu Behaviorisme dan Fungsionalisme dalam Masyarakat Modern

Minggu, 22/6/25 | 13:00 WIB

Oleh: Nahdaturrahmi (Mahasiswa Pascasarjana UIN Sjech M. Jamil Jambek Bukittinggi)   Sejarah ilmu sosial, B.F. Skinner dan Émile Durkheim menempati...

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Salah Kaprah Penggunaan In dan Out di Ruang Publik

Minggu, 15/6/25 | 10:52 WIB

Oleh: Mita Handayani (Mahasiswa Magister Linguistik FIB Universitas Andalas)   Cassirer (dalam Lenk, 2020) mengatakan bahwa manusia adalah animal symbolicum,...

Metafora “Paradise” dalam Wacana Pariwisata

Frasa tentang Iklim dalam Situs Web Greenpeace

Minggu, 15/6/25 | 09:39 WIB

Oleh: Arina Isti’anah (Dosen Sastra Inggris, Universitas Sanata Dharma) Baru-baru ini kita disadarkan oleh fenomena kerusakan alam Raja Ampat yang...

Berita Sesudah
Puisi-puisi Shofia Novelina dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Puisi-puisi Shofia Novelina dan Ulasannya oleh Ragdi F. Daye

Discussion about this post

POPULER

  • Ketua DPD Partai Golkar Sumbar terpilih, Khairunnas saat menerima dokumen persidangan. [foto : ist]

    Khairunnas Kembali Pimpin Golkar Sumbar, Terpilih Secara Aklamasi dalam Musda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jembatan Akses Utama Kampung Surau Rusak Parah, Warga: Jangan Sampai Ada Korban Jiwa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tanda Titik pada Singkatan Nama Perusahaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Musda Golkar Sumbar Digelar Besok, Ketua Umum Bahlil Lahadalia dan Sejumlah Tokoh Nasional Hadir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penggunaan Kata Depan “dari” dan “daripada” yang Tidak Tepat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yonnarlis Ungkap Pentingnya Sinergi dan Kolaborasi Masyarakat dan Polri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peringatan HUT ke-79 Bhayangkara, Ketua DPRD Dharmasraya: Polri Harus jadi Pelayan Masyarakat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024