Oleh: Roma Kyo Kae Saniro
(Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas)
Penyelamatan naskah kuno dapat dikatakan suatu proses yang kompleks dan membutuhkan perhatian khusus untuk memastikan kelestarian dan pemulihan naskah yang rusak. Penyelamatan dilakukan untuk mempertahankan warisan budaya Nusantara karena naskah kuno sebagai warisan budaya manusia yang berharga. Naskah kuno mencerminkan pengetahuan, keyakinan, cerita, dan kehidupan masyarakat masa lalu.
Naskah kuno memiliki nilai sejarah, budaya, dan intelektual yang sangat penting. Naskah kuno berisi berbagai sejarah yang merupakan sebuah saksi bisu dari masa lampau dan tentunya berisi berbagai informasi budaya, agama, sains, dan kehidupan lainnya. Naskah kuno merupakan sebuah peradaban yang harus tetap terjaga kondisi fisik dan kandungannya. Selain itu, naskah kuno pun menjadi warisan budaya tidak hanya satu suku saja, tetapi nasional. Hal ini dapat dilihat dari adanya UU Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1. Perundang-undangan tersebut menunjukkan betapa pentingnya naskah yang ada di Indonesia.
Naskah kuno pun sebagai objek penelitian sastra, budaya, antropologi, atau keilmuan lainnya yang sangat penuh dengan manfaat bagi kehidupan manusia. Naskah kuno mampu menjadi penemuan ilmiah, gagasan filosofis, atau cerita yang belum terungkap. Dengan menjaga naskah kuno, kita memberi peluang untuk mengungkap pengetahuan baru yang mungkin dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan.
Tidak hanya melihat aspek masa lampaunya, naskah kuno pun memiliki peluang di masa depan melalui kuno sering menjadi sumber inspirasi bagi seniman, penulis, dan pembuat film. Karya sastra, seni visual, dan musik dapat terinspirasi oleh narasi, tema, atau gaya yang terdapat dalam naskah kuno. Memelihara naskah kuno memberikan kesempatan bagi pencipta modern untuk menggali ide-ide dan menciptakan karya baru yang terinspirasi oleh warisan budaya. Oleh karena itu, penyelamatan naskah kuno sangat diperlukan.
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki berbagai naskah kuno, salah satunya adalah Surau Pondok Ketek Tanjung Medan Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia. Naskah-nasakh tersebut merupakan peninggalan dari Syekh Burhanuddin Ulakan. Naskah yang terdapat di Surau Pondok Ketek sebanyak 53 (lima puluh tiga) bundel naskah kuno terdiri atas beragam teks, seperti fikih, tasawuf, gramatikal Arab, tauhid, azimat dan mantra, dan sejarah. Namun, dengan mempertimbangkan kondisi fisik naskah, naskah yang berpotensi untuk dapat diselamatkan secara maksimal sebanyak 48 (empat puluh delapan) bundel, sedangkan 5 (lima) lagi mengalami kondisi rusak parah (hancur). Tentu ini menjadi kondisi yang memprihatinkan dan mengkhawatirkan sehingga penyelamatan naskah kuno sangat diperlukan segera.
Penyelamatan naskah kuno yang dilakukan adalah berupa restorasi. Restorasi dilakukan dengan mempertimbangkan keadaan sebuah naskah atau manuskrip karena adanya perbedaan atau tingkat kerusakan yang berbeda-beda tiap manuskrip. Tentunya, hal ini membutuhkan tindakan yang berbeda pula. Jenis kerusakan dan tindakan perbaikan yang berbeda dapat dilakukan melalui langkah- langkah berupa: 1) membersihkan dan melakukan fumigasi; 2) melapisi dengan adanya kertas khusus (doorslagh) pada lembaran naskah yang rentan rusak; 3) memperbaiki lembaran naskah yang rusak dengan bahan yang semestinya dan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai; 4) menempatkan di tempat yang aman dan baik; dan 5) menempatkan di ruangan bersuhu udara teratur. (Mahdi & Kosasih, 2018).
Tidak hanya dilakukan hanya per orangan atau satu Lembaga saja, kolaborasi dan dukungan banyak pihak merupakan kunci utama untuk penyelamatan naskah kuno yang efektif dan maksimal. Banyaknya “tangan-tangan” yang peduli menunjukkan akan banyaknya naskah yang dapat diselamatkan. Hal ini terlihat pada kolaborasi penyelamatan naskah kuno ini diselenggarakan oleh Universitas Andalas, Universiti Malaya, Universitas Tanjungpura, dan Surau Intelektual for Conversavation (SURI).
Kegiatan ini diisi oleh Pramono, S.S., M.Si., Ph.D., Prof. Adjung Dr. Ab Razak Ab Karim, Dr. Akhmad Mansor, dan Agus Syahrani, M.A., serta para dosen Universitas Andalas. Kolaborasi ini melahirkan berbagai naskah lama dengan kondisi baru yang diharapkan mampu untuk bertahan pada masa mendatang. Kolaborasi ini menunjukkan sebuah sinergisitas yang antara Indonesia dan Malaysia yang notabenenya merupakan suku yang serumpun. Hal tersebut pun menciptakan hasil budaya berupa naskah yang memiliki adanya persamaan, seperti naskah yang menggunakan huruf Arab dengan bahasa Melayu dan kandungannya yang berbau keagamaan.
Kolaborasi dalam penyelamatan naskah kuno sangat penting karena tugas ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan dan keahlian yang berbeda, seperti ahli perawatan dan restorasi, ahli bahasa dan paleografi, kurator, pustakawan, arkeolog, ahli digitalisasi, dan sebagainya. Kolaborasi memungkinkan penggabungan keahlian dan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu untuk memastikan perawatan yang holistik dan efektif bagi naskah kuno. Di samping itu, kolaborasi pun melahirkan sumber daya manusia yang baru sebagai agen penyadaran kepada masyarakat lainnya untuk menjaga naskah kuno. Lalu, kolaborasi dalam penyelamatan naskah kuno memastikan bahwa usaha perlindungan dan konservasi dilakukan secara kolektif, melibatkan masyarakat lokal, lembaga pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas akademik. Ini memperkuat pemahaman akan pentingnya menjaga dan melestarikan naskah kuno sebagai warisan bersama.
Discussion about this post