Jumat, 29/8/25 | 00:23 WIB
  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami
Scientia Indonesia
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS
No Result
View All Result
Scientia Indonesia
No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
  • RENYAH
  • TIPS
Home LITERASI KLINIK BAHASA

Konjungsi Penanda Waktu dalam Bahasa Indonesia

Minggu, 19/3/23 | 08:42 WIB
Oleh: Elly Delfia (Dosen Jurusan Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)

Penggunaan kata penghubung atau konjungsi adalah salah satu bagian penting untuk menghasilkan kalimat yang baik. Kalimat yang baik adalah kalimat yang mudah dipahami dan enak dibaca. Kalimat yang baik tentu juga menggunakan konjungsi dengan baik pula. Konjungsi berfungsi sebagai jembatan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat agar membentuk jalinan paragraf dan teks yang indah. Penggunaan konjungsi yang baik adalah refleksi dari keberhasilan seorang penulis dalam membuat kalimat. Jika kalimat-kalimat yang ditulis mudah dipahami, berarti seorang penulis telah berhasil dalam menerapkan seni menggunakan konjungsi dalam membangun kalimat. Jika kalimat-kalimat yang ditulis sulit dipahami, berarti ada bagian kalimat yang perlu dievaluasi. Salah satunya adalah  penggunaan konjungsi, apakah sudah benar atau belum. Itulah alasan mengapa penggunaan konjungsi menjadi salah satu bagian penting dalam membangun kalimat.

Beberapa kesalahan sering muncul dalam penggunaan konjungsi. Hal itu disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang konsep konjungsi, baik pengertian konjungsi, jenis, maupun fungsinya di dalam kalimat. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menggunakan konjungsi, ada baiknya kita mengenal konjungsi terlebih dahulu. Kridalaksana (2008:131) dalam Kamus Linguistik mendefinisikan konjungsi sebagai partikel yang digunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf. Selanjutnya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konjungsi didefinisikan sebagai kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat.

Secara umum, konjungsi terbagi dua, yaitu konjungsi intrakalimat (di dalam kalimat) dan konjungsi antarkalimat (ekstratekstual). Konjungsi intrakalimat terbagi lagi atas tiga, yaitu (1) konjungsi koordinatif (penanda hubungan setara), contohnya dan, atau, sedangkan, tetapi, (2) konjungsi subordinatif (penanda hubungan bertingkat/tidak setara), contohnya agar, supaya, ketika, saat, sejak, jika, karena, dalam, sebab, dan (3) konjungsi korelatif (penanda hubungan setara antara klausa satu dan klausa lainnya dalam sebuah kalimat), contohnya baik…maupun…, tidak hanya…, tetapi juga…, bukan…, melainkan, jangan…, pun…Kemudian, konjungsi antarkalimat (ekstratekstual) adalah konjungsi yang menghubungkan antarkalimat dalam paragraf, contohnya: Akan tetapi, Namun, Kemudian, Pada akhirnya, Dengan demikian, Oleh sebab itu, Oleh karena itu, Sehubungan dengan itu,  Syahdan, Ketika itu.

Ulasan tata cara penulisan konjungsi intrakalimat dan antarkalimat sudah pernah dibahas pada laman Klinik Bahasa Scientia.id edisi 26 Oktober 2020 dengan judul “Tata Cara Penulisan Kata Penghubung Antarkalimat dan Intrakalimat”. Sekarang, kita akan membicarakan konjungsi yang lebih spesifik atau lebih khusus lagi, yaitu konjungsi intrakalimat penanda waktu. Konjungsi penanda waktu ini disebut konjungsi temporal.

BACAJUGA

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB
Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Konjungsi temporal adalah konjungsi yang menghubungkan bagian-bagian yang menunjukkan/menandakan syarat waktu dalam kalimat. Ramlan (2008) mendefinisikan konjungsi temporal sebagai konjungsi yang menandakan hubungan pertalian waktu dalam kalimat untuk menjelaskan terjadinya peristiwa dari kalimat satu ke kalimat yang lain.

Konjungsi temporal terbagi dua, yaitu konjungsi temporal setara atau sederajat, contohnya selanjutnya, setelahnya, sebelumnya, lalu, kemudian dan konjungsi temporal tidak setara atau tidak sederajat, contohnya ketika, sementara, saat, apabila, manakala, sejak. Contoh masing-masing konjungsi penanda waktu setara dan tidak setara dapat dilihat pada contoh-contoh di bawah ini.

(1) Konjungsi Temporal Setara/Sederajat

Penggunaan konjungsi temporal setara/sederajat dapat dilihat pada contoh paragraf di bawah ini.

“Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang bangun setiap pagi sebelum waktu subuh, lalu saya membangunkan suami dan anak-anak untuk salat subuh berjamaah. Setelahnya, saya menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak dengan memasak nasi goreng. Selanjutnya, saya membersihkan rumah dengan cara menyapu dan mengepel lantai. Kemudian, saya, suami, dan anak-anak sarapan nasi goreng bersama di meja makan. Saya selalu ingin menyambut matahari terbit dengan hati gembira setelah semua pekerjaan rumah di pagi hari selesai.”

Contoh paragraf di atas memperlihatkan fungsi konjungsi temporal setara sebagai jembatan yang menghubungkan antarkalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya dalam sebuah paragraf dengan konjungsi lalu, setelahnya, selanjutnya, dan kemudian. Konjungsi temporal setara juga dapat digunakan sebagai penghubung antarkalimat dalam sebuah paragraf atau disebut juga konjungsi ekstrakalimat. Dari penggunaan konjungsi temporal setara, kita bisa membayangkan dengan jelas setiap urutuan peristiwa demi peristiwa atau kronologis kejadian yang diceritakan di dalam paragraf.

(2) Konjungsi Temporal Tidak Setara/Tidak Sederajat

Konjungsi temporal tidak setara/tidak sederajat berfungsi menghubungkan frasa dan klausa yang tidak setara atau tidak sederajat di dalam sebuah kalimat. Ketidaksetaraan tersebut ditentukan oleh ketidaklengkapan salah satu unsur klausanya, seperti tidak ada subjek (S) atau predikat (P). Konjungsi temporal penanda waktu tidak setara/tidak sederajat ini dapat dilihat pada contoh-contoh kalimat di bawah ini.

  1. Ketika melihat Tugu Yogyakarta, saya teringat Jam Gadang yang ada di Bukittinggi.
  2. Sementara menunggu teman-temannya, Upin dan Ipin terus bermain layang-layang.
  3. Hati Nayla terasa pilu saat meninggalkan Kota Padang.
  4. Apabila sudah mendarat di Bandara Internasional Yogyakarta, saya akan mengabari keluarga di Padang kalau saya sudah sampai di Yogyakarta.
  5. Sejak pergi merantau, rumah kami di kampung sudah lama tidak dibersihkan.
  6. Orang tua murid selalu datang ke sekolah manakala diundang oleh guru.

Konjungsi penanda waktu tidak setara atau konjungsi temporal tidak setara/tidak sederajat digunakan untuk menghubungkan bagian kalimat yang tidak setara. Salah satu klausanya mempunyai pola tidak lengkap sebagai penanda ketidaksetaraan. Selain sebagai penghubung, konjungsi penanda waktu tidak setara juga menjelaskan waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang ada di dalam kalimat. Demikian ulasan sederhana mengenai konjungsi penanda waktu atau konjungsi temporal dalam bahasa Indonesia. Semoga dapat memberikan manfaat dalam kegiatan tulis-menulis.

Tags: #Elly Delfia
ShareTweetShareSend
Berita Sebelum

Menyusuri Gamcheon Culture Village: Kampung Warna-Warni Kota Busan

Berita Sesudah

Fenomena Perempuan dan Tubuhnya

Berita Terkait

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Praktik Menyunting

Minggu, 17/8/25 | 14:06 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Dosen Linguistik FIB Universitas Andalas) Menyunting naskah kadang tampak sederhana. Tinggal memperhatikan tanda baca,...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Macam Jenis Tempat Makan dan Minum

Minggu, 10/8/25 | 12:42 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Akhir-akhir ini, kehadiran kafe menjamur di...

Serba-serbi Kritik Sosial Habis Lebaran

Tradisi Menyalin dan Menulis dari “Naskah” atau “Manuskrip”

Minggu, 03/8/25 | 15:42 WIB

Oleh: Dr. Ria Febrina, S.S., M.Hum. (Doktor Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas) Ada kalanya disebut naskah, ada kalanya disebut...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Transitivitas dalam Perspektif Sintaksis Dixon

Minggu, 27/7/25 | 13:04 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Klinik Bahasa edisi ini akan membahas konsep...

Perbedaan Kata “kepada”, “untuk”, dan “bagi”

Berbagai Bentuk dan Makna Kata Ulang

Minggu, 20/7/25 | 11:05 WIB

Oleh: Reno Wulan Sari (Dosen Tamu di Busan University of Foreign Studies, Korea Selatan) Kata ulang sangat sering digunakan di...

Struktur Kalimat Peraturan Perundang-undangan

Hegemoni Deiksis “We” dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis

Minggu, 13/7/25 | 22:55 WIB

Oleh: Elly Delfia (Dosen Prodi Sastra Indonesia dan S2 Linguistik FIB Universitas Andalas) Kali ini, mari kita membaca ulasan yang...

Berita Sesudah
Peran Latar Tempat dalam Perfileman Horor Indonesia

Fenomena Perempuan dan Tubuhnya

Discussion about this post

POPULER

  • Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    Kominfo Dharmasraya Diduga Jadi Biang Kegaduhan Soal Pembahasan Asistensi APBD-P 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukittinggi Didorong Jadi Kota Beradat, Berbudaya, dan Ramah Pejalan Kaki

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bupati Solok Tutup Safari Berburu Hama, Dorong Perlindungan Pertanian dan Silaturahmi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 401 PPPK di Pesisir Selatan Resmi Dilantik, Bupati Ingatkan Jangan Gadaikan SK ke Bank

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sumbang 12 untuk Puti Bungsu Minangkabau

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tiga Pelaku Narkoba Ditangkap, Rekonstruksi Peredaran Sabu di Bukittinggi Terungkap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buzzer, Kominfo, dan Tensi Politik Dharmasraya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Scientia Indonesia

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024

Navigate Site

  • Dapur Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • TERAS
  • EKONOMI
  • HUKUM
  • POLITIK
  • DAERAH
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • LITERASI
    • ARTIKEL
    • CERPEN
    • KLINIK BAHASA
    • KREATIKA
    • PUISI
  • RENYAH
  • TIPS

PT. SCIENTIA INSAN CITA INDONESIA 2024