![Ketua DPW PKB Sumbar, Firdaus.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/09/FB_IMG_1723701517807_1.jpg)
Padang, Scientia, Scientia – Pemerintah pusat saat ini tengah gencar mendorong hilirisasi di berbagai sektor, termasuk pertanian. Kebijakan ini dinilai menjadi peluang besar bagi Sumatera Barat (Sumbar) yang selama ini dikenal memiliki komoditas unggulan berupa gambir dan kopi. Namun, sayangnya, dua komoditas strategis ini hingga kini masih banyak dijual dalam bentuk mentah sehingga nilai tambah justru dinikmati pihak luar daerah.
DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sumbar melihat hal ini sebagai pekerjaan rumah besar yang harus segera dijawab. Ketua DPW PKB Sumbar, Firdaus, menegaskan bahwa hilirisasi adalah jalan utama agar petani gambir dan kopi bisa lebih sejahtera.
“Petani kita jangan lagi hanya menjual gambir dan kopi dalam bentuk mentah. Sudah saatnya Sumbar punya sentra industri olahan agar nilai tambah kembali ke masyarakat,” kata Firdaus.
Firdaus menjelaskan, saat ini sebagian besar gambir dari Sumbar dijual ke luar daerah bahkan diekspor tanpa pengolahan berarti. Padahal, produk turunan gambir seperti ekstrak catechin memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi di pasar internasional. Begitu juga dengan kopi, terutama varietas Arabika dari Agam dan Solok, yang punya kualitas unggul tetapi sering hanya dipasarkan sebagai green bean.
“Yang rugi jelas masyarakat kita. Petani bekerja keras, tapi keuntungan besar justru diraup oleh industri di luar Sumbar. Hilirisasi adalah cara kita memutus rantai ketergantungan itu,” ujarnya.
Usulan PKB: Sentra Industri di Daerah Penghasil
Sebagai langkah konkret, PKB Sumbar mengusulkan pembangunan sentra industri olahan gambir di Kabupaten Limapuluh Kota dan pusat pengolahan kopi di Agam serta Solok. Sentra ini diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai tempat produksi, tetapi juga sebagai pusat pelatihan, inovasi, dan pemasaran produk turunan.
Menurut Firdaus, keberadaan sentra industri ini akan memberikan multiplier effect, mulai dari terbukanya lapangan kerja baru, naiknya daya saing produk, hingga bertambahnya pendapatan asli daerah.
“Kalau ada industri olahan di daerah penghasil, otomatis ekonomi lokal bergerak. Anak-anak muda juga bisa ikut terlibat, tidak hanya menjadi petani tapi juga pelaku usaha kreatif dari produk turunan,” jelasnya.
Di sisi lain, Fraksi PKB DPRD Sumbar juga berkomitmen mendorong kebijakan daerah yang mendukung program hilirisasi. Salah satunya dengan memberikan insentif pajak dan kemudahan perizinan bagi pelaku industri lokal yang mau berinvestasi di sektor olahan gambir dan kopi.
“Kita ingin menciptakan ekosistem usaha yang sehat. Jangan sampai industri lokal kalah dengan pemain besar dari luar. Perlu ada keberpihakan nyata dari pemerintah,” ujar Firdaus menambahkan.
Firdaus optimis jika hilirisasi berjalan dengan baik, Sumbar bisa menjadi pusat industri olahan pertanian di kawasan barat Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat yang tengah mengurangi ekspor bahan mentah dan memperkuat industri dalam negeri.
“Kita jangan hanya jadi penonton dalam arus hilirisasi nasional. Sumbar punya potensi besar, tinggal bagaimana kita berani mengambil langkah strategis. PKB siap berdiri di depan untuk memperjuangkan kepentingan petani dan masyarakat nagari,” pungkasnya.(yrp)

![Ketua DPW PKB Sumbar, Firdaus.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/09/FB_IMG_1723701517807_1-120x86.jpg)
![Anggota DPRD Sumbar, Donizar.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/11/Screenshot_2025-08-31-15-42-40-94_1c337646f29875672b5a61192b9010f92-350x250.jpg)
![Rapat Persiapan dan Pemantapan BBKT 2025 di Aula Dinas Sosial Kota Padang.[foto : ist]](https://scientia.id/wp-content/uploads/2025/11/Screenshot_2025-11-19-17-22-11-49_1c337646f29875672b5a61192b9010f92-350x250.jpg)




