Oleh: Elly Delfia
(Dosen Prodi Sastra Indonesia FIB Universitas Andalas)
Hal pertama yang saya lakukan ketika sampai di Korea Selatan saat menjadi dosen tamu di sana adalah mencari masjid. Alhamdulilah, ternyata masjid berada dekat dengan apate tempat tinggal saya. Jaraknya hanya sekitar 15 menit jalan kaki. Masjid itu adalah Masjid Al Fatah, Kota Busan, masjid dengan romansa yang ramah dan menenangkan. Keramahan itu terasa saat saya bertemu dengan beberapa orang Indonesia di sana. Kami saling menyapa dan berkenalan, lalu saling menceritakan alasan sampai ke Korea.
Masjid Al Fatah adalah masjid kedua terbesar di Korea Selatan setelah Masjid Itaewon di Seoul. Masjid itu kerapkali menjadi salah satu destinasi wisata bagi para traveler. Para traveler bisa berkunjung ke masjid ini kapan pun dan juga bisa salat serta beristirahat di masjid ini tanpa harus membayar atau memberikan syarat-syarat tertentu. Saya pernah bertemu traveler dari berbagai negara yang berkunjung ke masjid ini, seperti dari Inggris, Mesir, Sudan, Maroko, dan Malaysia.
Masjid yang dibangun pada tahun 1980 dengan bantuan dana dari Lybia ini terletak di daerah Dusil, Namsan-ro, Geumjeong-gu, Busan Gwanghyeoksi. Masjid Al Fatah yang ramah bagi para traveler ini berdiri kokoh di antara dua tempat ibadah lain, yaitu sebuah kuil Buddha yang besar dan juga gereja Kristen di sebelahnya. Sebuah cerminan toleransi kehidupan beragama yang harmonis dan membuat hati bergetar di negara dengan penganut Islam 0,1 hingga 0,2 persen ini.
Untuk menuju masjid, kita dapat naik kereta bawah tanah dari pusat kota Busan, seperti dari Nampodong atau Jungang, ataupun dari Stasiun Busan dengan tarif kereta 1.300 won satu kali jalan. Kita dapat turun di Stasiun Dusil nomor 131. Stasiun ini masih satu jalur (line) dengan Pasar Nampodong, Jungang, dan Stasiun Busan, yaitu jalur bewarna orannye. Kita tidak perlu transit atau pindah jalur kereta ke jalur lain. Jika kita berangkat dari Terminal Bus Nopo, masjid ini hanya berjarak empat stasiun dari Terminal Bus Nopo, yaitu Stasiun Nopo, Beomosa, Namsan, dan Dusil. Setelah sampai di Stasiun Dusil, kita bisa turun dan jalan menuju pintu keluar yang ada logo masjidnya. Dari arah pintu keluar stasiun, kita bisa berjalan kaki sekitar lima menit menuju Masjid Al Fatah.
Romansa keramahan Masjid Al Fatah tidak hanya dapat dirasakan oleh traveler yang sedang jalan-jalan di Korea Selatan, tetapi juga bagi warga muslim yang menetap di Korea Selatan. Warga muslim tersebut saling mengucapkan “Assalamualaikum” saat berpapasan di masjid tidak peduli dari mana mereka berasal, apa pun warna kulit mereka, dan bentuk tubuh mereka. Semua saling mengucapkan salam dalam bahasa Arab sebagai penanda muslim dan dilanjutkan dengan berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Romansa keramahan itu juga dapat dirasakan saat berada di ruang dalam masjid. Desain ruang dalam masjid membuat nyaman. Perpaduan warna putih dinding dan karpet hijau lantai masjid sungguh menyejukkan mata para pengunjung. Kaligrafi-kaligrafi berbahasa Arab yang terukir indah menghiasi langit-langit dan sebagian dinding masjid juga membuat adem untuk ditatap lama-lama. Romansa keramahan dan ketenangan semakin merasuki kalbu saat suara azan juga berkumandang setiap lima waktu di ruang dalam masjid.
Semua warga muslim Kota Busan dan sekitarnya, seperti pekerja-pekerja muslim dari berbagai negara, mahasiswa-mahasiswa muslim yang sedang studi di Korea, dan juga keluarga muslim mix married (kawin campur), ataupun warga muslim asli Korea Selatan dapat menikmati romansa keramahan Masjid Al Fatah. Keramahan itu di antaranya fasilitas makan gratis bagi jamaah setiap hari Jumat, fasilitas berbuka puasa gratis selama sebulan pada bulan Ramadan, dan juga fasilitas menggunakan perlengkapan ibadah dengan gratis. Pada hari -hari besar, seperti pada Hari Raya Idulfitri dan Iduladha, masjid ini juga menyelenggarakan salat Id berjamaah dan menyalurkan zakat serta infak untuk warga muslim yang membutuhkan.
Masjid ini juga ramah soal makanan halal (halal food). Koperasi masjid yang dikelola langsung oleh manajemen masjid menyediakan makanan-makanan halal, seperti daging sapi, daging kambing, daging ayam dan beberapa produk halal lainnya. Produk tersebut diproduksi dan dipasok oleh Korea Muslim Federation (KMF). KMF merupakan organisasi muslim Korea Selatan yang mengurus sertifikasi halal, memfasilitasi orang-orang Korea yang tertarik untuk belajar dan mendalami Islam, menuntun para mualaf, memfasilitasi keberangkatan haji, dan juga mengurus hal-hal yang terkait dengan kehidupan muslim di Korea Selatan.
Romansa keramahan lainnya juga dapat dirasakan dari keberadaan dua restoran halal di dekat masjid. Restoran pertama terletak di halaman depan Masjid Al Fatah yang bernama Casablanca. Restoran masakan Maroko ini sangat terkenal dengan kare, yaitu lamb curry (kare kambing) dan beef curry (kare sapi) yang gurih dan lezat. Selain itu, restoran ini juga menyediakan berbagai menu masakan Maroko lainnya, seperti roti Maryam, kambing bakar, dan lain-lain. Rasa masakan di restoran cocok dengan lidah orang Indonesia yang cenderung menyukai masakan asin dan gurih. Dengan harga 10.000 sampai dengan 15.000 won, kita dapat menikmati kare sapi atau kare kambing ala Maroko yang gurih dan lezat itu.
Untuk penyuka masakan Turki yang manis-manis, kita dapat makan di restoran Cappadocia yang menyajikan masakan Turki. Restoran ini terletak persis di belakang Masjid Al Fatah dengan dinding yang menyatu dengan dinding masjid. Berbagai menu masakan Turki yang halal tersedia di sana, seperti baklava, kofte, kebab turki, teh ala turki, dan menu lainnya. Restoran ini memiliki desain interior sedikit lebih mewah dengan lampu-lampu dinding yang redup seperti cahaya lilin.
Pada hari libur kerja seperti Sabtu dan Minggu, Masjid Al Fatah diramaikan oleh muslim Indonesia yang cukup aktif berkegiatan di sana. Mereka mengadakan kelas belajar tajwid, kelas belajar bahasa Korea, pelatihan penyelenggaraan salat jenazah, pelatihan menulis, acara yasinan, dan lain-lain. Acara tersebut biasanya dikoordinatori oleh Persatuan Muslim Indonesia Masjid Al Fatah Busan yang disingkat menjadi PUMITA Busan. Kegiatan PUMITA tetap di bawah pengawasan imam Masjid Al Fatah yang terdiri atas satu imam orang Korea asli dan satu lagi imam masjid yang berasal dari Indonesia.
Warga muslim yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia menyatu di Masjid Al Fatah dalam persaudaraan yang penuh kehangatan tanpa membedakan status sosial, antara mahasiswa, TKI, para pekerja kantoran, dosen, guru, dan lain-lain. Persaudaraan terjalin erat di antara sesama anak rantau yang jauh dari keluarga. Sejauh apa pun kaki melangkah, mencari teman, sahabat, dan saudara baru adalah sebuah keniscayaan. Dari sana dapat kita rasakan romansa keramahan persaudaraan muslim, seperti yang ada di Masjid Al Fatah, Kota Busan. Sobat pembaca yang mempunyai kesempatan untuk berjalan-jalan ke Kota Busan, Korea Selatan, jangan lupa mampir ke Masjid Al Fatah.
Discussion about this post