Bukittinggi, Scientia.id – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bukittinggi diasumsikan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi pelanggannya yang ada di kota itu.
Setidaknya hal ini dapat ditarik kesimpulan menyusul terjadinya defisit air bersih mencapai 200 liter per detik dan faktor kemarau yang terjadi saat ini.
“Musim kemarau, Tabek Gadang hanya 35 liter per detik mampu dihasilkan,” kata Direktur Utama PDAM Bukittinggi, Budi Suhendra di Bukittinggi, Rabu (23/7/2025).
Menurut Budi, musim kemarau ini juga memicu terjadinya penurunan distribusi air di sumber air bersih di Sungai Tenang dan di Cingkariang.
“Turun sekitar 60 persen karena kemarau,” sebut Budi.
Sebagaimana disampaikan Budi, kebutuhan air sekitar 400 liter per detik untuk memenuhi kebutuhan 10.500 orang pelanggan.
Defisit air bersih mencapai 200 liter per detik. Ketersediaan air berkurang lantaran keterbatasan sumber air bersih guna memenuhi kebutuhan pelanggan.
Selain itu, tingkat kebocoran pipa juga mencapai angka 42 persen, mengingat pipa telah mencapai usia rata-rata 38 tahun.
“Total panjang pipa PDAM mencapai 195 Km, baru sekitar 12 persen yang diremajakan,” papar Budi.
Saat ini, terang dia, sumber air baku PDAM Bukittinggi terdapat di tiga lokasi yakni di Sungai Tenang, Tabek Gadang dan Cingkariang.
Dari Sungai Tenang, suplai air 160 liter per detik. Jumlahnya terjadi fluktuatif. Jika dirata-ratakan, terpenuhi 80 sampai 120 liter per detik waktu normal.
Sedangkan untuk sumber mata air Cingkariang, 10 liter per detik. Dari Tabek Gadang, 40 liter per detik. Hanya saja, akibat musim kemarau suplai air di sumber air bersih mengalami penurunan.
Baca Juga: Pemko Bukittinggi Salurkan Cadangan Pangan kepada 4.937 KPM pada Juni–Juli 2025
Tadinya ditargetkan 40 liter per detik di Tabek Gadang hanya terpenuhi 35 liter per detik. Sedangkan sumber mata air di Cingkariang dan Sungai Tanang turun sekitar 60 persen karena kemarau. (*)