
Dharmasraya, Scientia.id – Sekitar 150 warga Jorong Kampuang Surau, Nagari Gunung Selasih, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, menggelar aksi unik dengan mengarak TOA (pengeras suara) keliling kampung pada Minggu malam (13/7/2025).
Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes dan ajakan kepada masyarakat untuk segera bermusyawarah terkait sengketa lahan dengan PT Bina Pratama Sakato Jaya (BPSJ).
Arak-arakan TOA tersebut menjadi penanda dimulainya gerakan warga yang menuntut pengembalian 20% lahan dari Hak Guna Usaha (HGU) yang saat ini dikelola oleh PT BPSJ.
Pasalnya, lahan perkebunan kelapa sawit itu dalam waktu dekat akan diremajakan (replanting), dan warga mendesak perusahaan mengembalikan hak masyarakat lebih dulu sesuai regulasi.
Ifdal, salah seorang tokoh pemuda Kampuang Surau, menegaskan bahwa aksi arak-arakan ini sengaja dilakukan untuk mengetuk hati masyarakat agar hadir pada musyawarah esok malam di Rumah Gadang atau Balai Adat.
“Perusahaan wajib mengeluarkan 20 persen lahan yang mereka kelola atau di HGU. Ini sudah jelas hak masyarakat yang sampai sekarang belum dipenuhi,” tegasnya.
Menurutnya, antusiasme warga terlihat sangat tinggi. Bahkan, sejumlah pria lanjut usia ikut ambil bagian dalam arak-arakan, menabuh TOA dan pengeras suara lainnya sambil mengelilingi kampung untuk menggaungkan aspirasi warga.
“Itulah tujuan dari arak-arakan ini, supaya kita bisa segera menggalang musyawarah. Tuntutan ini lahir dari aspirasi masyarakat yang ingin haknya dipenuhi,” ungkapnya.
Senada, tokoh masyarakat Imam Jamaris juga menegaskan bahwa tuntutan pengembalian 20% lahan itu berlandaskan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan.
“Kami berharap PT Bina Pratama Sakato Jaya segera menindaklanjuti tuntutan ini demi memenuhi hak-hak masyarakat atas lahan inti yang sekarang mereka kelola,” ujarnya.
Sebagai informasi, PT Bina Pratama Sakato Jaya merupakan anak perusahaan Incasi Raya Grup yang bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit.
Baca Juga: Maling Sawit dan Getah Karet Marak di Dharmasraya, Petani Menjerit
“Dengan aksi ini, warga Kampuang Surau berharap dapat mendorong perusahaan segera merealisasikan kewajibannya, sekaligus menghindari konflik berkepanjangan yang dapat merugikan semua pihak,” pungkasnya. (tnl)