Padang, Scientia – Sektor pertanian masih menjadi sektor terbesar dalam perekonomian Sumatra Barat (Sumbar) saat ini. Apalagi, lima tahun belakang ini sektor pertanian masih menjadi penyumbang 25 % dari Produk Domestik Bruto (PDRB) provinsi Sumatera Barat. Selain itu, sektor pertanian menjadi penyerap tenaga kerja terbanyak di Sumatera Barat dengan angka 37–41 % dari total penduduk bekerja.
Keberhasilan sektor pertanian tak lepas dari ketersedian air. Tetapi, ketersedian air sebagai penopang keberhasilan sektor pertanian makin hari makin berkurang akibat ulah tangan manusia sendiri.
Alhasil, daerah sumber air dan resapan air telah berubah fungsi menjadi area penggunaan lain, seperti meningkatnya pembangunan perumahan. Imbasnya, Sumbar sendiri berpeluang mengalami krisis air bersih, bila mengacu pada peta daya dukung air bersih tahun 2017.
Kondisi ini bisa terjadi jika kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tidak dikelola dengan baik. Selama ini yang menjadi ancaman kawasan DAS adalah pembukaan lahan secara ilegal untuk perkebunan sawit atau gambir.
Daerah resapan air akan semakin berkurang jika hutan dikonversi menjadi lahan tambang atau area perkebunan. Krisis air ini juga dialami oleh Kenagarian Aia Gadang, kecamatan Pasaman kabupaten Pasaman Barat.
Untuk mengatasi kelangkaan air bersih, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang (UNP) baru-baru ini telah membangun teknologi sederhana yaitu sumur resapan komunal (kolektif) dalam bentuk Program Kemitraan Masyarakat (PKM) di Nagari Aia Gadang, kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat.
Ketua tim PKM jurusan Teknik Sipil UNP Dr. Eng. Nevy Sandra, ST, M.Eng saat dihubungi menjelaskan, pembangunan sumur resapan bertujuan untuk menjaga agar air hujan bisa ditahan lajunya sehingga tidak menjadi limpasan langsung ke drainase menuju sumur resapan individual. Selain itu, sumur resapan juga berfungsi untuk mencegah terjadinya genangan air yang berlebih. Air tersebut akan tersimpan dan bermanfaat dikemudian hari.
“Sumur resapan individual ini diolah dan disatukan kedalam bangunan penangkap (reservoir) yang nantinya bisa langsung dimanfaatkan bagi sektor produktif seperti pelaku usaha pertanian dan perladangan serta sektor-non produktif untuk pemakaian rumah tangga,”ucapnya. Minggu (2/10)
Lebih lanjut, sebelum pembuatan sumur resapan, pihaknya telah melakukan survey lokasi mitra, observasi lapangan, pelaksanaan kegiatan, pelaporan dan publikasi.
“Kita telah memberikan sosialisasi betapa pentingnya kehadiran dari sumur resapan itu kepada masyarakat. Mereka pun memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang sumur resapan setelah dijabarkan,” jelasnya.
Nevy Sandra menjabarkan, bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat dibuat berbentuk segiempat atau silinder dengan kedalaman tertentu.
“Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter. Selain itu, dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen berbanding 4 pasir tanpa plester. Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40cm. Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10cm dengan campuran 1semen : 2 pasir: 3 kerikil,” tutupnya.
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UNP dalam PKM di Nagari Aia Gadang, kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat melibatkan Totoh Andayono S.T, M.T, dan Yaumal Arbi S.T, M.T. (pzv)