Rahmi Wati, S.Pt., M.Si.
(Dosen Fakultas Peternakan Universitas Andalas)
Peternakan merupakan sub sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan di masa depan. Hal ini disebabkan karena tingginya permintaan akan produk peternakan. Selain itu, juga memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi peternak. Kegiatan usaha ternak sapi potong tidak hanya menghasilkan output berupa daging, tetapi juga menimbulkan eksternalitas negatif dari limbah peternakan yang dihasilkan oleh aktivitas peternakan seperti kotoran (feces) dan urin yang menimbulkan pencemaran, antara lain: pencemaran air dan pencemaran udara yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat sekitar lokasi peternakan.
Eksternalitas dalam bahasa lainnya pengaruh/dampak/efek samping yang diterima oleh beberapa pihak sebagai akibat dari kegiatan ekonomi, baik produksi, konsumsi, yang dilakukan oleh pihak lain. Eksternalitas dapat bersifat menguntungkan (positive externalities) atau merugikan (negative externalities). Pengolahan limbah usaha peternakan tersebut merupakan upaya untuk menghindari ekternalitas negatif.
Pemanfaatan limbah peternakan (kotoran ternak) merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan sumber pencemaran bagi lingkungan sekitar. Limbah peternakan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang selain dapat meningkatkan unsur hara pada tanah juga dapat meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah dan memperbaiki struktur tanah tersebut, seperti kandungan nitrogen, posphat, dan kalium sebagai unsur makro yang diperlukan tanaman.
Pengolahan limbah ternak ini sebagai pupuk organik sudah dilakukan oleh beberapa peternak, begitu juga yang dilakukan oleh Bapak Fikrul Arif, S.Pt. sebagai pemilik usaha peternakan sapi potong Blue Garden yang beralamat di Jorong Tanjuang Jati, Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, Kabupaten Lima Puluh Kota. Usaha peternakan Blue Garden ini merupakan mitra kegiatan Pengabdian masyarakat Skim Program Kemitraan Masyarakat Membantu Usaha Berkembang yang diketuai oleh Ibu Afriani Sandra, S.Pt., M.Sc., bersama tiga orang dosen Prof. drh., Endang Purwati RN, MS, Ph.D., Rahmi Wati, S.Pt., M.Si., dan Yolani Utami, S.Pt., M.Si., dan dibantu oleh dua mahasiswa dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
Kegiatan pengabdian yang dilakukan di antaranya adalah membantu peternak melakukan pengujian unsur hara yang terdapat dalam pupuk, pengurusan izin edar dari pupuk serta membantu desain merek dan kemasan dari pupuk organik tersebut. Pengolahan limbah ini juga akan menjadi sumber pendapatan tambahan bagi peternak. Peternak telah menjual pupuk organik ini harga Rp. 22.000,-per karung berat 15 kilogram untuk pupuk padat dan Rp. 10.000,- per liter untuk pupuk cair atau yang dikenal dengan biourin. Khusus untuk biourin belum dipasarkan secara kontinu, tetapi lebih banyak dipakai untuk kalangan sendiri saja. Dengan adanya pengurusan izin edar dan desain merek ini maka akan meningkatkan harga jual dan mempermudah mitra untuk memperluas pemasaran pupuk organik tersebut. Rata-rata harga jual pupuk yang sudah dikemas dan sudah memliki izin edar adalah Rp. 30.000,- /karung dengan berat 15 kg.
Satu ekor sapi setiap harinya menghasilkan kotoran berkisar 10-15 kg limbah padat per hari, dengan 8 ekor sapi induk yang dimiliki peternakan blue garden dapat menghasilkan 80-120 kg per hari atau setara 2.4 – 3.6 ton/bulan. Menurut Darwis dan Rachman (2013), konversi kotoran ternak menjadi pupuk organik sebesar 65%, yang artinya mitra memproduksi 1.5 – 2.3 ton pupuk organik padat per bulan. Dengan demikian, penerimaan yang diperoleh peternak dari pengolahan limbah padat adalah sebesar Rp. 1.500.000 – 2.300.000 per bulan, sedangkan untuk biourin dari 1 ekor sapi adalah 10 liter dengan harga jual Rp. 10.000,- per liternya maka penerimaan yang yang diperoleh peternak adalah Rp. 100.000,-. per liter perhari. Pengolahan limbah usaha peternakan ini dapat menjadi tambahan penerimaan bagi peternak di samping penjualan dari ternak sapinya. Selain itu, eksternalitas negatif dari usaha ini juga dapat diminimalisasi.